LAPORAN
PRAKTIKUM
GENETIKA
DAN PEMULIAAN TERNAK (PET1310)
(Penentuan
Golongan Darah)
Disusun
Oleh :
Nama : ARDIANSYAH
Nim : 60700112049
Kelompok
: III (Tiga)
Jurusan : ILMU
PETERNAKAN
Asisten : WAHYUDIR
KADIR
LABORATORIUM
PETERNAKAN
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2013
LEMBAR
PENGESAHAN
Laporan Lengkap
Praktikum Mikrobiologi Ternak, yang berjudul “Penentuan Golongan Darah” disusun
oleh:
Nama : Ardiansyah
Nim : 60700112049
Kelompok : III (Tiga)
Jurusan : Ilmu Peternakan
Telah diperiksa dengan
teliti oleh asisten dan koordinator asisten dan dinyatakan diterima sebagai
laporan lengkap.
Gowa,
Juni 2013
Koordinator Asisten Asisten
( Naimah
Patahuddin, S.Pt ) ( Wahyudir Kadir )
Nim:60700109024
Mengetahui
Dosen Penanggung
Jawab
( Zulkarnaim, S.Pt,M.Si )
NIP.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Darah adalah komponen
yang sangat penting bagi makhluk hidup, karena mempunyai peran yang sangat
banyak terutama dalam pengangkutan zat-zat yang penting bagi proses metabolisme
tubuh. Jika darah mengalami gangguan, maka segala proses metabolisme tubuh akan
terganggu pula (Subowo, 1992).
Darah
adalah cairan yang berwarna merah yang terdapat dalam pembuluh darah. Volume
darah manusia ± 7 % dari berat badan atau ± 5 liter untuk laki-laki dan 4,5
liter untuk perempuan. Golongan darah manusia terbagi menjadi 4 golongan, yaitu
A, B, AB dan O. Dalam hal ini di dalam eritrosit terdapat antigen dan
aglutinogen, sedangkan dalam serumnya terkandung zat anti yang disebut sebagai
antibody dan agglutinin. Golongan darah manusia bersifat herediter yang
ditentukan oleh alel ganda. Sistem penggolongan darah yang umum dikenal dalam
system ABO (Subowo, 1992).
Berdasarkan
hal tersebut di atas, maka dilakukanlah praktikum ini untuk mengetahui cara
menentukan penentuan golongan darah seseorang dan untuk mengetahui system
pewarisan golongan darah dari tetuanya dengan menggunakan blood lanset dengan
bahan serum anti A (biru) dan serum anti B (kuning).
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan
dilakukannya praktikum ini yaitu :
1. Mengetahui cara penentuan golongan darah
seseorang.
2. Mengetahui sistem pewarisan golongan
darah dari tetuanya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Darah
Darah merupakan
suspense sel dan fragmen sitoplasma di dalam cairan yang disebut dengan plasma.
Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti
luas karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan subtansi interselular yang berbentuk plasma. Secara
fungsional darah merupakan jaringan yang dalam artiannya menghubungkan seluruh
bagian-bagian dalam tubuh sehingga merupakan integritas. Darah yang merupakan
suspense tersebut terdapat gen dimana gen merupakan cirri-ciri yang dapat
diamati secara kolektif atau fenotifnya dari suatui organism. Pada organisme
diploid, setiap sifat fenotif dikendalikan oleh setidak-tidaknya satu pasang
gen dimana satu pasang anggota tersebut diwariskan dari setiap tetua. Jika
anggota pasangan tadi berlainan dalam efeknya yang tepat terhadap fenotifnya,
maka disebut alelik. Alel adalah bentuk alternatif suatu gen tunggal, misalnya
gen yang mengendalikan sifat keturunannya (Subowo,1992).
Darah mempunyai fungsi antara lain:
mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, mengangkut karbondioksida
dari jaringan tubuh ke paru-paru, mengangkut sari-sari makanan ke seluruh
tubuh, mengangkut sisa-sisa sari makanan dari seluruh jaringan tubuh ke
alat-alat eksresi,mengangkut hormone dari kelenjar endokrin ke bagian tubuh
tertentu, mengangkut air untuk diedarkan ke seluruh tubuh, menjaga stabilitas
tubuh dengan memindahkan panas yang dihasilkan oleh alat-alat tubuh yang aktif
ke alat-alat tubuh yang tidak aktif, menjaga tubuh dari infeksi kuman dengan
membentuk antibodi (Abbas, 1997).
B.
Penentuan Golongan Darah
Golongan darah manusia ditentukan
berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya. Individu
dengan golongan darah A, memiliki sel darah merah dengan antigen A dipermukaan
membran sel dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya
dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Individu
dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta
tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A atau B. Sedangkan individu
dengan golongan darah O (nol) memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibod terhadap antigen A dan B (Samsuri, 2004).
Penggumpalan darah terjadi karena fibrinogen
(protein yang larut dalam plasma) diubah menjadi fibrin yang berupa jaring-jaring.
Perubahan tersebut disebabkan oleh thrombin yang terdapat dalam darah sebagai
pritrombin. Pembentukan thrombin dari protrombin tergantung pada adanya
tromboplastin dan ion Ca2+ (Poejadi, 1994).
Menurut
Anonim² (2013), penentuan golongan darah bagi manusia penting untuk berbagai
tujuan, diantaranya :
1. Tranfusi darah jika ia anemia atau kurang darah ketika
sakit keras ,
kecelakaan, tentu mereka kurang darah dan harus segera
didonor darahnya.
2. Untuk menentukan genetisnya ia bergolongan darah apa,
jika ia kawin dapat
ditentukan
anaknya, jika tidak sesuai silsilahnya maka harus dipertanyakan
keturunannya ditahun
terakhir ini golongan darah bisa digunakan untuk pola
pola psikologis
seseorang , biasanya jika wawancara pekerjaan/melihat
3. Dari data golongan darah ternyata orang
eropa umumnya bergolongan darah
A atau AB sedang Australia bergolongan darah A
dan O.
Bila darah yang tidak cocok dicampur
sehingga aglutinin plasma anti A atau anti B dicampur dengan sel darah merah
yang mengandung aglutinogen A atau B, terjadilah aglutinasi sel darah merah
berikut ini aglutinin melekatkan diri pada sel darah merah. Karena aglutinin
mempunyai dua tempat pengikatan ( tipe IgG ) atau ( tipe IgM ),
maka satu aglutinin dapat melekat pada dua atau lebih sel darah merah yang
berbeda pada waktu yang sama dengan demikian menyebabkan sel saling melekat
satu sama lain. Keadaan ini menyebabkan sel- sel menggumpal bersama-sama yang
merupakan proses aglutinasi. Kemudian, gumpalan ini menyumbat pembuluh darah
kecil diseluruh system sirkulasi. (Poejadi, 1994).
Pemberian darah
sebagai terapi bagi orang sakit sebelumnya akan diuji kecocokannya antara darah
donor dan darah penderita. Uji ini dimaksudkan agar tidak terjadi reaksi
transfusi yang bisa membahayakan jiwa si penerima darah. Karena
transfusi darah yang tidak cocok dengan resipien dapat berbahaya, maka darah
yang disumbangkan, secara rutin digolongkan berdasarkan jenisnya; apakah
golongan A, B, AB atau O dan Rh-positif atau Rh-negatif. Sebagai tindakan
pencegahan berikutnya, sebelum memulai transfusi, pemeriksa mencampurkan
setetes darah donor dengan darah resipien untuk memastikan keduanya cocok :
teknik ini disebut cross-matching (Anonim¹, 2013).
Penggolongan darah dilakukan dengan cara
berikut ini mula-mula sel darah merah diencerkan dengan saline. Kemudian satu
bagian dicampur dengan aglutinin anti A sedangkan bagian yang lain dicampur
dengan aglutinin anti B. Setelah beberapa menit, campuran tadi diperiksa di
bawah mikroskop. Bila sel darah merah menggumpal artinya “teraglutinasi
“. Sel darah merah golongan O tidak mempunyai aglutinogen dan oleh karena itu
tidak bereaksi dengan serum anti A atau anti B. Golongan darah A mempunyai
aglutinogen A dan karena itu beraglutinasi dengan aglutinin anti A. Golongan
darah B mempunyai aglutinogen B dan beraglutinasi dengan serum anti B. Golongan
darah AB mempunyai aglutinogen A dan B serta beraglutinasi dengan kedua jenis
serum (Samsuri, 2004).
Seperti antibodi yang lain, aglutinin adalah
gamma globulin, dihasilkan oleh sel-sel yang menghasilkan antibodi
terhadap setiap antigen yang lain. Kebanyakan adalah molekul imunoglobin IgM
dan IgG. Aglutinin ini dihasilkan oleh orang-orang yang tidak mempunyai
aglutinogen dalam sel darah merahnya, karena sejumlah kecil antigen golongan A
dan B memasuki tubuh melalui makanan, bakteri, atau dengan cara lain, dan
zat-zat ini memprakarsai perkembangan agglutinin Anti-A atau Anti-B. Sebagai
contoh, infuse antigen golongan A ke dalam resipien yang memiliki golongan
darah non-A akan menyebabkan reaksi imuns yang khas dengan pembentukan
agglutinin dalam jumlah yang lebih besar daripada sebelumnya. Bayi yang baru
lahir juga mempunyai aglutinin dalam jumlah sedikit, berarti pembentukan
aglutinin hampir seluruhnya terjadi setelah lahir (Subowo, 1992).
Orang dengan genotip O tidak menghasilkan
aglutinogen dan karena itu golongan darahnya adalah O. Orang dengan genotip OA
atau AA menghasilkan aglutinogen tipe A dan karena itu mempunyai golongan darah
A. Genotip OB dan BB menghasilkan golongan darah B. Dan tipe genotip AB
menghasilkan golongan darah AB (Abbas, 1997).
Bila tidak terdapat aglutinogen tipe A
dalam sel darah merah seseorang maka dalam plasmanya akan terbentuk antibodi
yang dikenal sebagai aglutinin anti A. Demikian pula, bila tidak terdapat
aglutinogen tipe B di dalam sel darah merah, maka dalam plasmanya terbentuk
antibody yang dikenal sebagai aglutinin anti B. Golongan darah O meskipun tidak
mengandung aglutinogen tetapi mengandung aglutinin anti A dan anti B; golongan
darah A mengandung aglutinogen tipe A dan aglutinin tipe B; dan golongan darah
B mengandung aglutinogen tipe B dan aglutinin anti A. Akhirnya golongan darah
AB mengandung kedua aglutinogen A dan B tetapi tidak mengandung aglutinin sama
sekali (Anonim³, 2013).
C.
Hemoglobin Darah
Melepaskan hemoglobin
ke dalam plasma, yaitu suatu keadaan yang disebut “ Hemolisis “ sel darah
merah. Kadang-kadang bila darah resipien dan darah donor tidak cocok, segera
terjadi hemolisis sel darah merah dalam darah sirkulasi. Dalam hal ini antibodi
menyebabkan lisis sel darah merah dengan mengaktifkan sistem komplemen yang
selanjutnya melepaskan enzim-enzim proteolitik (kompleks litik) yang merobek
membran sel (Anonim², 2013).
Fungsi utama dari sel-sel darah merah yang
juga dikenal sebagai eritrosit adalah mengangkut hemoglobin dan seterusnya
mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan. Selain mengangkat hemoglobin,
sel-sel darah merah juga mempunyai fungsi lain. Contohnya, ia mengandung banyak
sekali karbonik anhidrase yang mengkatalisis reaksi antara karbondioksida dan
air, sehingga meningkatkan kecepatan reaksi bolak-balik ini beberapa ribu kali
lipat. Cepatnya reaksi ini membuat air dalam darah dapat bereaksi dengan banyak
sekali karbondioksida, dan dengan demikian mengangkutnya dari jaringan menuju
paru-paru dalam bentuk ion bikarbonat (HCO3⁻). Hemoglobin yang terdapat dalam sel juga
merupakan dapar asam-basa (seperti juga
pada kebanyakan protein), sehingga sel darah merah bertanggungjawab untuk
sebagian besar daya pendaparan seluruh darah (Anonim³, 2013).
Kandungan hemoglobin normal rata-rata
dalam darah adalah 16 g/dL pada pria dan 14 g/dL pada wanita dan semuanya
berada di dalam sel darah merah. Pada tubuh seorang pria 70 kg, ada sekitar 900
g hemoglobin; 0,3 g hemoglobin dihancurkan dan 0,3 g disintesis setiap jam (
Abbas, 1997).
Sintesis
hemoglobin dimulai dalam proeritroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit dalam
stadium retikulosit, karena ketika retikulosit meninggalkan sumsum tulang, dan
masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit tetap membentuk sedikit
hemoglobin selama beberapa hari berikutnya ( Anonim¹, 2013).
Tahap dasar pembentukan hemoglobin. Pertama,
suksinil-Ko.A, yang dibentuk dalam siklus kreb, berikatan dengan glisin untuk
membentuk molekul pirol. Kemudian, empat pirol bergabung untuk membentuk protoporfirin
IX, yang kemudian bergabung dengan besi untuk membentuk molekul heme.
Akhirnya, setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang, yang
disebut globin, yang disintesis oleh ribosom, membentuk suatu subunit
hemoglobin yang disebut rantai hemoglobin. Tiap-tiap rantai ini
mempunyai berat molekul kira-kira 16.000; empat dari molekul ini selanjutnya
akan berikatan satu sama lain secara longgar untuk membentuk molekul hemoglobin
yang lengkap (Anonim², 2013).
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Adapun waktu
dan tanggal diadakannya praktikum ini adalah:
Hari/ Tanggal : Sabtu, 29 Juni 2013
Pukul :
08.00 Wita sampai selesai
Tempat :
Laboratorium Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar
B.
Alat
dan Bahan
1. Alat
Adapun alat-alat yang dibutuhkan dalam
praktikum ini yaitu Blood lanset, tusuk gigi yang bersih dan kering dan mikroskop.
2. Bahan
Adapun bahan bahan yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu Alcohol 70%, darah praktikan kelompok 3, kapas, serum anti
A dan anti B.
C.
Prosedur
Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini
adalah:
1. Menyiapkan
objek glass dan memberi tanda untuk serum anti A dan serum anti B berdampingan.
2. Membersihkan
bagian jari tangan yang akan ditusuk (diambil darahnya) dengan kapas beralkohol
70%. Kemudian menusuk dengan blood lanset dan meneteskan pada masing-masing
bagian objek glass tadi.
3. Menambahkan
2 tetesserum pada masing-masing tetes darah, yang satu dengan anti A dan yang
lain dengan anti B. kemudian mencampurkan/ meratakan dengan baik hingga
membentuk gambaran oval.
4. Mengamati
dan menentukan golongan darahnya.
5. Mengamati
pewarisan golongan darah antara tetua dan saudara.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No
|
Nama
Praktikan
|
Anti A
|
Anti B
|
Hasil
|
1
|
Resti
Nanda
|
Menggumpal
|
Tidak
Menggumpal
|
A
|
2
|
Zainul
As’ad
|
Menggumpal
|
Menggumpal
|
AB
|
3
|
Asrul
|
Tidak
Menggumpal
|
Menggumpal
|
B
|
Adapun hasil
pengamatan dari praktikum ini adalah :
Sumber : Hasil Pengamatan di Laboratorium
Ilmu Peternakan Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Alauddin
Makassar
B.
Pembahasan
Golongan darah adalah
ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat
dan protein pada permukaan membrane sel darah merah. Dua jenis penggolongan
darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus ( factor Rh).
Golongan darah manusia ditentukan
berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya. Individu
dengan golongan darah A, memiliki sel darah merah dengan antigen A dipermukaan
membrane sel dan menghasilkan antibody terhadap antigen B dalam serum darahnya.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibody terhadap antigen A dalam serum darahnya.
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan
B serta tidak menghasilkan antibody terhadap antigen A atau B. Sedangkan
individu dengan golongan darah O (nol) memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibody terhadap antigen A dan B.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh
dengan 3 golongan darah dari 3 orang praktikan dari kelompok 3. Praktikan Resti
Nanda Saputri golongan darahnya diketahui darah A dimana pada saat pemberian
anti A berwarna biru dan anti B berwarna kuning yang diketahui menggumpal
darahnya adalah darah yang di beri anti A yang menggumpal dan anti B tidak
menggumpal darahnya. Sedangkan praktikan Zainul As’ad diketahui golongan
darahya darah AB karena darah yang di beri pada anti A dan anti B menggumpal
semua darahya. Untuk golongan darah dari Asrul bergolong darah B karena pada
saat pemberian anti A dan Anti B, hanya darah yang menggumpal pada anti B. Hal
ini sesuai pendapat Arief (2010) bahwa Percobaan sederhana dapat dilakukan
dengan mereaksikan sel darah merah dengan serum dari para donor. Hasilnya
adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B, dikenal dengan golongan
darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak memiliki antigen, dikenal
dengan golongan darah O). Kesimpulannya ada dua macam antigen A dan B di sel
darah merah yang disebut golongan A dan B, atau sama sekali tidak ada reaksi
yang disebut golongan O.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengamatan yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Untuk menentukan
golongan darah seseorang maka masing-masing darah
di beri anti A berwarna
biru dan anti B berwarna kuning. Darah
yang menggumpal pada anti A berarti golongan darah A dan darah yang menggumpal
pada anti B maka golongan darah B. Jika darah yang menggumpal pada anti A dan
anti B berarti golongan darah AB tetapi jika tidak ada sama sekali darah yang
menggumpal baik pada anti A maupun anti B berarti golongan darah O.
2.
Sistem pewarisan golongan darah dari tetuanya dapat diketahui dari orang tua yang
sudah mengetahui golongan darahnya dan dilakukan penentuan golongan darah pada anak
untuk mengetahui golongan darah yang sama dari salah satu pada tetuanya (orang
tua) baik dari ayah atau ibu.
B.
Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan pada
praktikum ini yaitu sampel darah yang diteliti dilakukan dengan baik dan benar
pada preparat agar memperjelas hasil pengamatan untuk menentukan golongan
darah.
DAFTAR
PUSTAKA
Abbas, Muhammad.Golongan Darah Manusia. Jakarta:Erlangga.1997.
Anonim¹.2013.Antigen
pada Darah. http://tissa.blogspot.com/2011/06/antigen-
darah.html . Diakses pada tanggal 30 Juni 2013.
Anonim². 2013.Macam-macam Golongan Darah Manusia dan
Penentuannya.
http://muhfadlun.wordpress.com/2011/04/30/macam-macam-golongan-darah-dan-penentuannya. Diakses pada tanggal 30 Juni 2013.
pada tanggal 30 Juni 2013.
Poejadi. Golongan
Darah. Jakarta: Erlangga.1994.
Samsuri.Hemoglobin Darah. Graha Ilmu:
Yogyakarta.2004.
Subowo.Macam-macam Golongan Darah. Penebar
Swadaya: Jakarta.1992
Tidak ada komentar:
Posting Komentar