BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sistem
pencernaan sangat berpengaruh dalam proses kehidupan makluk hidup. Pengetahuan
tentang organ pencernaan sangat penting karna berhubungan erat dengan proses
pencernaan termasuk absorbs. Proses pencernaan sepertti sebuah Industri ,
misalnya industry testil yang menghasilakan pakian, dalam industry iniada tiga
kompenen yang harus di lewati yaitu input, proses, dan output selain itu ada
limbah . kalau dalam industri tekstil inputnya yaitu berupa bahan baku yaitu
benang lalu di masukkan dalam mesin dip roses untuk mengolah bahan baku
tersebut lalu keluarlah hasilnya berupa pakian, samahalnya dalam proses
pencernaan ada tiga komponen yaitu input,proses dan ouput. kalau berbicara
tentang pencernaan ipunya berupa bahan makanan ,bahan makanan ini di gunakan
sebagai bahan baku,tidak mungkin proses pencernaan terjadi tanpa adanya bahan
baku yang akan di cerna. Oleh karna itu akan di bahas dalam makalah ini.
Pemberian pakan pada ternak ruminansia maupun pada ternak ruminanisa secara praktis memerlukan keterangan dasar mengenai zat-zat makanan yang terkandung di dalam bahan makanan dan zat-zat yang di perlukan oleh tubuh esuai dengan status fisilogisternak. Akan tetapi secara ilmiah pemberian pakan pada ternak memerlukan pengetahuan tentang at-zat makanan dan metabolismenya. Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas juga mengenai klasifikasi bahan pakan.
Pemberian pakan pada ternak ruminansia maupun pada ternak ruminanisa secara praktis memerlukan keterangan dasar mengenai zat-zat makanan yang terkandung di dalam bahan makanan dan zat-zat yang di perlukan oleh tubuh esuai dengan status fisilogisternak. Akan tetapi secara ilmiah pemberian pakan pada ternak memerlukan pengetahuan tentang at-zat makanan dan metabolismenya. Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas juga mengenai klasifikasi bahan pakan.
B. Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang akan kami bahas
dalam penulisan makalah ini meliputi:
1.
Defenisi dari Ternak Rumiansia dan Non Ruminansia
2. Sistem
Pencernaan Ternak Ruminansia dan Non Ruminansia
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah ini yaitu Memberikan gambaran mengenai proses
pencernaan pada ruminansia,Memahami fungsi dan bagian berbagai sistem
pencernaan ruminansia dan Mengenal anatomi sistem pencernaan ruminansia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi dari Ternak Rumiansia
dan Non Ruminansia
Ternak
ruminansia adalah ternak atau hewan yang memiliki empat buah lambung dan
mengalami proses memamahbiak atau proses pengembalian makanan dari lambung ke
mulut untuk di mamah. Contoh hewan ruminansia ini adalah ternak sapi, kerbau,
dambing serta ternak domba. Ternak non ruminansia adalah ternak atau hewan yang
memiliki satu lambung atau di sebutjuga dengan ternak monogastrik. Contohnya :
ayam, burung, kuda serta babi.
Ruminansia merupakan binatang berkuku genap subordo dari
ordo Artiodactyla disebut juga mammalia berkuku. Nama ruminan berasal
dari bahasa Latin "ruminare"
yang artinya mengunyah kembali atau memamah biak, sehingga dalam bahasa
Indonesia dikenal dengan hewan memamah biak. Hewan ruminansia umumnya herbivora
atau pemakan tanaman, sehingga sebagian besar makanannya adalah selulose,
hemiselulose dan bahkan lignin yang semuanya dikategorikan sebagai serat kasar.
Hewan ini disebut juga hewan berlambung jamak atau polygastric animal,
karena lambungnya terdiri atas rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Rumen
merupakan bagian terbesar dan terpenting dalam mencerna serat kasar, sehingga
karena pentingnya rumen dalam proses pencernaan ruminansia, maka timbul
pelajaran khusus yang disebut ruminologi.
Ruminansia adalah kelompok hewan mamalia yang bisa memah (memakan) dua
kali sehingga kelompok hewan tersebut dikenal uga sebagai hewan memamah biak.
Dalam sistem klasifikasi, manusia dan hewan ruminansia pada umumnya mempunyai
kesamaan siri dari sistem pencernaan hewan ruminansia dan manusia. Contoh hewan
ruminansia ialah kerbau, domba, kambing, sapi, kuda, jerapah, kancil, rusa dan
lain – lain.
Seperti halnya pada manusia, hewan
ruminansia memiliki seperangkat alat pencernaan seperti rongga mulut (gigi)
pada hewan ruminansia terdapat gigi gerahan yang besar yang berfungsi untuk
menggiling dan menggilas serta mengunyah rerumputan yang mengandung selulosa
yang sulit dicerna. Selain rongga mulut hewan ruminansia memiliki persamaan
dalam alat pencernaan yaitu esophagus, lambung dan usus. Hewan non ruminansia
(unggas) memiliki pencernaan monogastrik (perut tunggal) yang berkapasitas
kecil. Makanan ditampung di dalam crop kemudian empedal/gizzard
terjadi penggilingan sempurna hingga halus. Makanan yang tidak tercerna akan
keluar bersama ekskreta, oleh karena itu sisa pencernaan pada unggas berbentuk
cair.
Ruminansia adalah hewan pemakan hijauan atau herbivora yang memiliki empat buah
kantung lambung yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Proses pencernaan
ruminansaia yaitu pencernaan secara mekanisme dimulut dengan bantuan saliva
(air lidah), pencernaan fermentatif didalam rumen dengan bantuan mikroba rumen,
dan pencernaan enzimatis pasca rumen (hidrolitik). Ruminansia adalah hewan
pemakan hijauan atau herbivora yang memiliki empat buah kantung lambung yaitu
rumen, retikulum, omasum, dan abomasum.Ternak ruminansia merupakan hewan yang
memiliki empat lambung, diantaranya rumen, retikulum, omasum dan abomasum.
Sedangkan ternak non-ruminansia hanya memiliki satu lambung atau sering disebut
dengan mono gastric. . Hewan Ruminansia adalah hewan pemakan hijauan atau
herbivora yang memiliki lambung dengan beberapa ruangan. Hewan ruminansia
termasuk dalam sub ordo Ruminansia dan ordonya adalah Artiodaktil atau berkuku
belah. Hewan non ruminansia adalah hewan yang hanya memiliki satu lambung atau
mono gastrik. Hewan non ruminansia merupakan hewan berperut tunggal dan
sederhana.
B. Sistem
Pencernaan Ternak Ruminansia dan Non Ruminansia
Pola
sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas
mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian, struktur alat
pencernaan kadang-kadang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain.
Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak)
tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi
geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk
mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri
atas 50% selulosa. Jika dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih
pendek. Esofagus (kerongkongan) pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih
mampu berdilatasi (mernbesar). Esofagus berdinding tipis dan panjangnya
bervariasi diperkirakan sekitar 5 cm. Lambung sapi sangat besar, diperkirakan
sekitar 3/4 dari isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk
menyimpan makanan sementara yang akan dimamah kembali (kedua kali).
Selain
itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan fermentasi. Lambung
ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum
dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya.
Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian
ini terlihat dari bentuk tonjolan pada saat otot sfinkter berkontraksi. Makanan
dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi
makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan
fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis
protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di
tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar
(disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua
kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada
omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan
bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya
dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh
enzim. Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan
merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di
abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun
dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan
demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia.
Asam lemak serta protein inilah yang menjadi bahan baku pembentukkan susu pada
sapi. Nah, inilah alasan mengapa hanya dengan memakan rumput, sapi dapat
menghasilkan susu yang bermanfaat bagi manusia. Hewan seperti kuda, kelinci,
dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti pada sapi untuk fermentasi
seluIosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri
terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Proses fermentasi pada sekum
tidak seefektif fermentasi yang terjadi di lambung. Akibatnya kotoran kuda,
kelinci, dan marmut lebih kasar karena proses pencernaan selulosa hanya terjadi
satu kali, yakni pada sekum. Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua
kali, yakni pada lambung dan sekum yang kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan
protozoa tertentu.
Pada
kelinci dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan kembali.
Kotoran yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat makanan, yang akan
dicernakan lagi oleh kelinci. Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar
dibandingkan dengan sekum karnivora. Hal itu disebabkan karena makanan
herbivora bervolume besar dan proses pencernaannya berat, sedangkan pada
karnivora volume makanan kecil dan pencernaan berlangsung dengan cepat. Usus
pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu
dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa).
Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk
mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas
yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif. Tidak
tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan keluar dari tubuh organisme
bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja) hewan yang mengandung bahan
organik akan diuraikan dan dapat melepaskan gas CH4 (gas bio). Jika di lihat
urutan saluran pencernaan pada ruminansia adalah sebagia berikut;
1.mulut esophagus rumen reticulum omasum abomasum usus halus usus besar
1.mulut esophagus rumen reticulum omasum abomasum usus halus usus besar
(caecum, rectum ) anus.
2. Saluran pencernaan non ruminansia.
Pada ternak non ruminansia atau hewan yang mempunyai labung tunggal alat pencernaanya terdiri dari :
Mulut ( cawar oris ) tekak ( pharing ) kerongkongan ( esophagus ) gastrium ( lambung ) intestinum tenue ( usus halus: duodenum, ileum ,jejunum ) usus kasar ( caecum dan rektum) anus. Saluran pencernaan ini dinamakan dengan monogastrik, pada jenis unggas saluran pencernaanya mempunyai beberapa perbedaan dalam bentuk anatominya dengan hewan monogastrik lainnya, tetapi fungsinya secara umum dapat di katakana hamper sama, sedangkan pada hewan ruminansia lebih komleks.
Perbedaan kebutuhan zat makanan ternak ruminansia dan non ruminansia yaitu Standar kebutuhan pakan atau sering juga diberi istilah dengan standar kebutuhan zat-zat makanan pada hewan ruminansia sering menggunakan satuan yang beragam, misalnya untuk kebutuhan energi dipakai Total Digestible Nutrient (TDN), Metabolizable Energy (ME) atau Net Energy (NEl) sedangkan untuk kebutuhan protein dipakai nilai Protein Kasar (PK), PK tercerna atau kombinasi dari nilai degradasi protein di rumen atau protein yang tak terdegradasi di rumen. Istilah Standar didefinisikan sebagai dasar kebutuhan yang dihubungkan dengan fungsi aktif (status faali) dari hewan tersebut. Misalnya pada sapi perah, pemberian pakan didasarkan atas kebutuhan untuk hidup pokok dan produksi susu, sedangkan untuk sapi potong lebih ditujukan untuk kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan. Namun tidak mudah pula untuk menentukan kebutuhan hanya untuk hidup pokok saja atau produksi saja, terutama untuk kebutuhan zat makanan yang kecil seperti vitamin dan mineral.
2. Saluran pencernaan non ruminansia.
Pada ternak non ruminansia atau hewan yang mempunyai labung tunggal alat pencernaanya terdiri dari :
Mulut ( cawar oris ) tekak ( pharing ) kerongkongan ( esophagus ) gastrium ( lambung ) intestinum tenue ( usus halus: duodenum, ileum ,jejunum ) usus kasar ( caecum dan rektum) anus. Saluran pencernaan ini dinamakan dengan monogastrik, pada jenis unggas saluran pencernaanya mempunyai beberapa perbedaan dalam bentuk anatominya dengan hewan monogastrik lainnya, tetapi fungsinya secara umum dapat di katakana hamper sama, sedangkan pada hewan ruminansia lebih komleks.
Perbedaan kebutuhan zat makanan ternak ruminansia dan non ruminansia yaitu Standar kebutuhan pakan atau sering juga diberi istilah dengan standar kebutuhan zat-zat makanan pada hewan ruminansia sering menggunakan satuan yang beragam, misalnya untuk kebutuhan energi dipakai Total Digestible Nutrient (TDN), Metabolizable Energy (ME) atau Net Energy (NEl) sedangkan untuk kebutuhan protein dipakai nilai Protein Kasar (PK), PK tercerna atau kombinasi dari nilai degradasi protein di rumen atau protein yang tak terdegradasi di rumen. Istilah Standar didefinisikan sebagai dasar kebutuhan yang dihubungkan dengan fungsi aktif (status faali) dari hewan tersebut. Misalnya pada sapi perah, pemberian pakan didasarkan atas kebutuhan untuk hidup pokok dan produksi susu, sedangkan untuk sapi potong lebih ditujukan untuk kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan. Namun tidak mudah pula untuk menentukan kebutuhan hanya untuk hidup pokok saja atau produksi saja, terutama untuk kebutuhan zat makanan yang kecil seperti vitamin dan mineral.
Alat pencernaan (Apparatus digestorius)
terdiri atas saluran pencernaan (Tractus alimentarius) dan organ
pembantu (Organa accesoria). Dilihat dari anatomi alat pencernaan,
terdapat tiga kelompok hewan yakni kelompok hewan berlambung jamak (polygastric
animals) antara lain sapi, kerbau, rusa, domba, kambing dan kijang,
kelompok hewan berlambung tunggal (monogastric animals) antara lain
manusia, anjing, kucing, babi, kuda dan kelinci, dan hewan yang berlambung
jamak semu (pseudo polygastric animals) antara lain ayam, bebek, angsa,
dan burung. Hewan yang berlambung jamak dikelompokkan sebagai ruminansia dan
yang berlambung tunggal dikelompokkan ke dalam non ruminansia. Unggas yang
merupakan hewan berlambung jamak semu (pseudo ruminants) dikelompokkan ke dalam
non-ruminansia.
Makanan dari
kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi
makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan
fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis
protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di
tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar
(disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan
kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan
kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang
memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan
diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih
terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.
Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan
merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di
abomasum karena Ph yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun
dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan
demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia.
Sedangkan pada
sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum yang
kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu. Pada kelinci dan
marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan kembali. Kotoran
yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat makanan, yang akan
dicernakan lagi oleh kelinci. Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar
dibandingkan dengan sekum karnivora.
Hal itu disebabkan karena makanan herbivora
bervolume besar dan proses
pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanan kecil dan
pencernaan berlangsung dengan cepat. Usus pada sapi sangat panjang, usus
halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi oleh makanannya
yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa).
Pencernaan karbohidrat dimulai di mulut, dimana bahan makanan bercampur dengan ptialin,
yaitu enzim yang dihasilkan oleh kelenjar saliva (saliva hewan ruminansia sama
sekali tidak mengandung ptyalin). Ptialin mencerna pati menjadi maltosa
dan dekstrin.Pencernaan tersebut sebagian besar terjadi di mulut dan lambung.
Mucin dalam saliva tidak mencerna pati, tetapi melumasi bahan makanan sehingga
dengan demikian bahan makanan mudah untuk ditelan.Mikroorganisme dalam rumen
merombak selulosa untuk membentuk asam-asam lemak terbang.
Mikroorganisme tersebut mencerna pula pati, gula, lemak, protein dan nitrogen
bukan protein untuk membentuk protein mikrobial dan vitamin B. Tidak ada enzim
dari sekresi lambung ruminansia tersangkut dalam sintesis mikrobial. Amilase
dari pankreas dikeluarkan ke dalam bagian pertama usus halus (duodenum) yang
kemudian terus mencerna pati dan dekstrin menjadi dekstrin sederhana dan
maltosa.
Enzim-enzim lain dalam usus halus yang berasal dari getah usus mencerna
pula karbohidrat.Enzim-enzim tersebut adalah
1. Sukrase (invertase) yang merombak sukrosa menjadi
glukosa dan
fruktosa.
2. Maltase yang merombak maltosa menjadi
glukosa
3.Laktase yang merombak laktosa menjadi
glukosa dan galaktosa.
Dari data diatas dapat dirangkum bahwa , Pada
hewan memamah biak, lambungnya terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1. Rumen: bagian lambung tempat
penghancuran makanan secara
mekanis
2.
Retikulum: bagian lambung tempat pencernaan selulosa oleh bakteri
3.
Omasum: bagian
lambung tempat pencernaan secara mekanik
4.
Abomasum:
bagian lambung tempat terjadinya pencernaan secara
kimiawi dengan bantuan enzim dan
HCl yang dihasilkan oleh dinding
abomasum.
Makanan ruminansia banyak mengandung
selulosa, hemiselulosa, pati, dan karbohidrat yang larut dalam air dan
fruktan-fruktan. Proses degradasi dan fermentasi karbohidrat dalam rumen
dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu (1) pemecahan pertikel makanan yang
menghasilkan polimer karbohidrat, (2) hidrolisa polimer menjadi sakarida
sederhana (glukosa), dan (3) fermentasi sakarida sederhana menghasilkan VFA
berupa asetat, propionate, dan butirat, serta gas CO2 dan CH4.
Fermentasi makanan oleh mikroba
rumen akan berlangsung dengan baik jika didukung oleh kondisi yang sesuai untuk
kehidupan mikroba. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah kondisi
rumen mendekati anaerob, pH diusahakan 6,6-7,0 dengan saliva sebagai larutan
penyangga (buffer), kontraksi rumen menambah kontak antara enzim dengan makanan,
laju pengosongan rumen diatur selalu terisi walaupun ternak menderita lapar
dalam waktu yang lama, serta suhu rumen konstan, faktor tersebut diperlukan
untuk kelangsungan proses fermentasi.
Keuntungan ruminansia
Keuntungan ruminansia yang mempunyai
organ fermentatif sebelum usus halus adalah: (1) dapat mencerna bahan makanan
berkadar serat kasar tinggi sehingga bahan makanannya sebagian tidak bersaing
dengan manusia, (2) mampu mengubah sembarang N termasuk Non Protein Nitrogen
(NPN) seperti urea menjadi protein bermutu tinggi, (3) keperluan asam amino
untuk memenuhi nutrisi proteinnya tidak bergantung
kepada kualitas protein makanannya, (4) produk fermentatif dalam rumen dapat
disajikan ke dalam usus halus dalam bentuk yang mudah dicerna, dan (5)
kapasitas rumen yang sangat besar, mampu menampung banyak sekali makanan
sehingga proses makannya dapat berjalan dengan cepat.
Hewan non ruminansia (unggas)
memiliki pencernaan monogastrik (perut tunggal) yang berkapasitas kecil.
Makanan ditampung di dalam crop kemudian empedal/gizzard terjadi
penggilingan sempurna hingga halus. Makanan yang tidak tercerna akan keluar
bersama ekskreta, oleh karena itu sisa pencernaan pada unggas berbentuk cair.
Zat kimia dari hasil–hasil sekresi
kelenjar pencernaan memiliki peranan penting dalam sistem pencernaan manusia
dan hewan monogastrik lainnya. Pencernaan makanan berupa serat tidak terlalu
berarti dalam spesies ini. Unggas tidak memerlukan peranan mikroorganisme
secara maksimal, karena makanan berupa serat sedikit dikonsumsi. Saluran
pencernaan unggas sangat berbeda dengan pencernaan pada mamalia. Perbedaan itu
terletak didaerah mulut dan perut, unggas tidak memiliki gigi untuk mengunyah,
namun memiliki lidah yang kaku untuk menelan makanannya. Perut unggas memiliki
keistimewaan yaitu terjadi pencernaan mekanik dengan batu-batu kecil yang
dimakan oleh unggas di gizzard.
Saluran pencernaan ruminansia
terdiri dari rongga mulut (oral), kerongkongan (oesophagus), proventrikulus
(pars glandularis), yang terdiri dari rumen, retikulum, dan omasum;
ventrikulus (pars muscularis) yakni abomasum, usus halus (intestinum
tenue), usus besar (intestinum crassum), sekum (coecum),
kolon, dan anus. Lambung sapi sangat besar, yakni ¾ dari isi rongga perut.
Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan
dikunyah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi pembusukan
dan peragian.
Pada hewan lambung tunggal (kelinci)
organ saluran pencernaanya terdiri dari mulut, faring, kerongkongan, lambung (gastrum),
usus halus (intestineum tenue), yang terdiri dari doedenum, jejenum,
ileum, usus besar (intestinum crasum), yang terdiri dari kolon,
sekum, dan rektum kemudian berakhir pada anus.
Saluran pencernaan non ruminansia.
Pada ternak non ruminansia atau hewan yang mempunyai labung tunggal alat
pencernaanya terdiri dari a. Mulut ( cawar oris )
b. Tekak ( pharing
)
c. Kerongkongan (
esophagus )
d. Gastrium (
lambung )
e. Intestinum tenue
( usus halus: duodenum, ileum ,jejunum ) usus kasar (
caecum dan rektum)
f. Anus
Saluran pencernaan ini dinamakan
dengan monogastrik, pada jenis unggas saluran pencernaanya mempunyai beberapa
perbedaan dalam bentuk anatominya dengan hewan monogastrik lainnya, tetapi
fungsinya secara umum dapat di katakana hamper sama, sedangkan pada hewan
ruminansia lebih komleks.
Perbedaan kebutuhan zat makanan
ternak ruminansia dan non ruminansia Standar kebutuhan pakan atau sering juga
diberi istilah dengan standar kebutuhan zat-zat makanan pada hewan ruminansia
sering menggunakan satuan yang beragam, misalnya untuk kebutuhan energi dipakai
Total Digestible Nutrient (TDN), Metabolizable Energy (ME) atau Net Energy
(NEl) sedangkan untuk kebutuhan protein dipakai nilai Protein Kasar (PK), PK
tercerna atau kombinasi dari nilai degradasi protein di rumen atau protein yang
tak terdegradasi di rumen. Istilah standar didefinisikan sebagai dasar
kebutuhan yang dihubungkan dengan fungsi aktif (status faali) dari hewan
tersebut.
Misalnya pada sapi perah, pemberian
pakan didasarkan atas kebutuhan untuk hidup pokok dan produksi susu, sedangkan
untuk sapi potong lebih ditujukan untuk kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan.
Namun tidak mudah pula untuk menentukan kebutuhan hanya untuk hidup pokok saja
atau produksi saja, terutama untuk kebutuhan zat makanan yang kecil seperti
vitamin dan mineral.
Dalam
prakteknya dapat diambil contoh sebagai berikut :
Seekor sapi dengan bobot 500 kg
memerlukan energi hidup pokok sebesar 33 MJ NE. Nilai kebutuhan energi ini
dapat bervariasi karena dilapangan akan didapatkan data untuk sapi dengan
kelebihan atau kekurangan pakan. Oleh sebab itu dalam pemberian harus ditetapkan
batas minimal sejumlah kebutuhan nutrient yang direkomendasikan NRC, jangan
sampai kurang dari kebutahan.
Variasi kebutuhan ditentukan oleh
macam hewan dan kualitas pakan. Sesungguhnya standar pakan ini dibuat untuk
dapat mengantisipasi situasi yang lebih beragam, termasuk pengaruh perubahan
cuaca. Standar ini juga masihbisa dipakai untuk kepentingan taraf nasional
(dari Negara yang menyusun) ataubahkan dapat untuk keperluan dunia
internasional yang mempunyai kondisi iklim yang hampir sama.
Sejak tahun 1960-1965 di Inggris,
melalui Dewan Agricultural Research Council (ARC) telah membuat tabel standar
kebutuhan nutrient dari beberapa jenis ternak. Pada tahun 1970 semua publikasi
mengenai table kebutuhan nutrient tersebut diperbaharui (direvisi) dan keluarlah
edisi terbaru untuk ruminansia pada tahun 1980. Perubahan tersebut meliputi
seluruh zat makanan terutama tentang standar untuk penggunaan vitamin dan
mineral. Saat ini telah banyak negara maju dan berkembang yang mempunyai
standar kebutuan zat makanan untuk ternak lokalnya. Namun sampai sekarang
Indonesia belum mempunyai tabel tersebut. Standar kebutuhan yang dipakai di
Indonesia adalah hasil dari banyak penelitian yang ada saja.
Standar Kebutuhan Nutrien untuk
Hidup Pokok Seekor hewan dikatakan dalam keadaan kondisi hidup pokok apabila
komposisi tubuhnya tetap, tidak tambah dan tidak kurang, tidak ada produk
susuatau tidak ada tambahn ekstra energi untuk kerja. Nilai kebutuhan hidup
pokok ini hanya dibutuhkan secara akademis saja, sedangkan dunia praktisi tidak
membutuhkan informasi tersebut, yang dibutuhkan oleh praktisiwan adalah total
kebutuhan hidup pokok dan produksi yang optimal. Jadi pendapat mengenai
kebutuhan hidup pokok untuk hewan secara teori berbeda dengan prakteknya.
Pada hewan yang puasa akan terjadi
oksidasi cadangan nutrient untuk memenuhi kebutuhan energi hidup pokoknya,
seperti untuk bernafas dan mengalirkan darah ke organ sasaran. Tujuan
sesungguhnya dari pembuatan ransum untuk hidup pokok adalah supaya tidak
terjadi perombakan cadangan tubuh yang digunakan untuk aktivitas pokok.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
.Saluran pencernaan
ruminansia, pencernaannya secara sistematis terdiri atas mulut, esophagus,
rumen, reticulum, omasum, abomasums, duodenum, JeJenum, ileum, secum, colon,
dan rectum. Yang membedakannya dengan system pencernaan non-ruminansia adalah
pada jumlah lambungnya, non-ruminansia hanya mempunyai 1 lambung, sedangkan
ruminansia mempunyai lambung yang terdiri dari 4 bagian yang masing-masing
mempunyai fungsi spesifiik masing-masing. Proses pencernaan pada ruminansia
terjadi secara mekanis, fermentatif, dan enzimatis
B. Saran
Untuk meningkatkan mutu dan
relevansi,penyusunan makalah ini mempertimbangkan pula berbagai kecendrungan
baru dalam teori belajar,pendekatan belajar pembelajaran,maupun kecendrungan
global pendidikan.
Penulis menyadari,bahwa isi makalah ini
masih jauh dari sempurna.Karena itu kritik masukan dan sumbang saran pembaca
sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO
BalasHapusmenyediakan Methyl testosteron untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro
PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO
BalasHapusmenyediakan Methyl testosteron untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro