BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Para ulama dan ahli
tafsir terdahulu memberikan perhatian yang besar terhadap penyelidikan
surat-surat Al-Qur’an. Mereka meneliti
al-Qur’an ayat demi ayat dan surat demi surat untuk disusun sesuai dengan
nuzulnya, dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat. Bahkan lebih
dari itu, mereka mengumpulkannya sesuai dengan waktu, tempat dan pola kalimat.
Cara demikian merupakan ketentuan cermat yang memberikan kepada peneliti
obyektif, gambaran mengenai penyelidikan ilmiah tentang ilmu Makki dan Madani.
Perhatian
terhadap ilmu Al-Qur’an menjadi bagian terpenting para sahabat dibanding
berbagai ilmu yang lain. Termasuk di dalamnya membahas tentang nuzulnya suatu
ayat, tempat nuzulnya, urutan turunnya di Mekkah atau di Madinah, tentang yang
diturunkan di Mekkah tetapi termasuk kelompok Madani atau ayat yang diturunkan
di Madinah tetapi masuk dalam kategori Makki, dan sebagainya. Pada intinya
persoalan ini telah menjadi perhatian urgen pada masa sahabat (Al-Qathathan,
1996:72).
Bahkan
salah satu tokoh Mufassir pada masa sahabat, misalnya Ibn Abbas pernah
menyatakan, “Demi Allah. Tidak Ada Tuhan selain Dia. Tidak diturunkannya satu
ayat pun dari kitab Al-Qur’an, kecuali saya mengetahuinya. Di mana diturunkan,
jika saya tahu, bahwa ada seseorang yang lebih tahu daripada saya tentang kitab
Allah, meskipun misalnya itu disampaikan oleh Onta, niscaya saya akan
mengunjunginya”. Pernyataan Ibn Abbas ini, bukan suatu ungkapan kesombongan
tetapi merupakan pernyataan betapa besar perhatian Ibn Abbas terhadap Ilmu-ilmu
Al-Qur’an.
Tema-tema
seputar Makki dan Madani ini sangat banyak ragam penyelidikannya. Abu al-Qasim
al Hasan al Muhammad bin Habib al-Nasyaburi menyebutkan dalam kitabnya
al-Tanbib ‘ala fadll ‘Ulum al-Qur’an, bahwa di antara ilmu-ilmu al-Qur’an yang
paling mulia adalah ilmu tentang nuzul al-Qur’an dan tempat turunnya, urutan
turunnya di Mekkah dan di Madinah, tentang yang diturunkan di Mekkah tetapi
masuk dalam kategori Madaniyah dan diturunkan di Madinah tetapi masuk dalam
kategori Makkiyah, tentang yang diturunkan di Mekkah mengenai penduduk Madinah
dan yang diturunkan di Madinah mengenai penduduk Mekkah, tentang yang serupa
dengan yang diturunkan di Mekkah (Makki) tetapi termasuk Madaniyah dan serupa
dengan yang diturunkan di Madinah (Madaniyah) tetapi termasuk Makkiyah, dan
tentang yang diturunkan di Juhafah, di Bayt al-Maqdis, di Tha’if maupun
Hudaibiyyah. Demikian juga yang diturunkan di waktu malam, di waktu siang,
secara bersamaan ataupun sendiri-sendiri. Ayat-ayat Makki dan surat-surat
Madani atau sebaliknya dan seterusnya; tema-tema itu keseluruhan berjumlah
tidak kurang dari 25 pokok bahasan. Kesemuanya itu terkumpul dalam satu ilmu
yaitu Ilmu Makki dan Madani.
Tema-tema
tersebut merupakan persoalan penting untuk didiskusikan dalam rangka
mempeerdalam ilmu-ilmu al-Qur’an, namun demikian dalam tulisan ini tidak akan
dibahas semuanya, melainkan hanya beberapa tema dasarnya saja yang dirasa sudah
cukup sebagai pengantar. Hal demikian semata-mata memprtimbangkan keterbatasan
tempat dan waktu. Dan bukan dalam artian memperkecil nilai tema-tema di atas.
B.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang dan pembatasan tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat
dirumuskan sebagai
berikut :
1.
Definisi
Makki dan Madani?
2.
Ciri-ciri
ayat-ayat
dan surat-surat Al-Qur’an?
3.
Karakteristik
masing-masing Makki dan Madani?
4.
Hikmah
Makki
dan Madani?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
definisinya
2. Mengetahui
ciri-cirinya
3. Memahami
karakteristik dari masing-masing
4. Memahami
dan mengetahui hikmahnya
BAB II
PEMBAHASAN
A.Definisi
Al-Makiy dan Al-Madaniy
Ada
beberapa definisi tentang al-Makiy dan al-Madaniy yang diberikan oleh para
ulama yang
masing-masing berbeda
satu sama lain. Perbedaan ini disebabkan kriteria yang disebabkan oleh
perbedaan kriteria yang
ditetapkan untuk menetapkan Makiy atau Madaniy sebuah surat atau ayat.
Ada
tiga pendapat yang dikemukakan ulama tafsir dalam hal ini :
1.
Berdasarkan tempat turunnya suatu ayat.
الْمَكِيُّ مَا نَزَلَ بِمَكَّة وَلَوْ بَعْدَ الهِجَرَةِ وَالمَدَنِيُّ
مَا نَزَلَ بِالمَدِيْنَةِ
“ Makkiyah ialah suatu ayat yang
diturunkan di Mekkah, sekalipun sesudah hijrah, sedang Madaniyah ialah yang
diturunkan di Madinah”.
Berdasarkan rumusan di atas,Makkiyah adalah semua surat atau ayat yang
dinuzulkan di wilayah Mekkah dan sekitarnya. Sedangkan Madaniyyah adalah semua surat atau ayat yang
dinuzulkan di Madinah. Adapun kelemahan pada rumusan ini karena tidak semua
ayat al-Qur’an dimasukkan dalam kelompok Makiyyah atau Madaniyyah. Alasannya
ada beberapa ayat al-Quran yang dinuzulkan jauh di luar Mekkah dan Madinah.
2.
Berdasarkan khittab/ seruan/ panggilan
dalam ayat tersebut.
الْمَكِيُّ مَا وَقَعَ خِطَابًا لِأَهلِ مَكَةّ وَالمَدَنِيُّ
مَا وَقَعَ خِطَابًا لِأهْلِ المَدِيْنَةِ
“
Makkiyah ialah ayat yang khittabnya/panggilannya ditujukan kepada penduduk
Mekkah, sedang Madaniyah ialah yang khittabnya ditujukan kepada penduduk Madaniyah”.
Berdasarkan rumusan di atas, para ulama menyatakan bahwa
setiap ayat atau surat yang dimulai dengan redaksi يا أيها الناس (wahai
sekalian manusia) dikategorikan Makkiyyah, karena pada masa itu penduduk Mekkah
pada umumnya masih kufur. Sedangkan ayat atau surat yang dimulai dengan يا أيها الذين أمنوا (wahai
orang-orang yang beriman) dikategorikan Madaniyyah, karena penduduk Madinah
pada waktu itu telah tumbuh benih-benih iman di dada mereka. Adapun
kelemahan-kelemahan pada rumusan ini,
antaa lain:
a.
Tidak semua ayat atau surat di mulai oleh redaksi يا أيها الناس atau يا أيها الذين أمنوا. Maksudnya, tidak selalu yang menjadi sasaran surat atau ayat penduduk Mekkah atau Madinah.
b.
Tidak semua ayat atau surat di mulai oleh redaksi يا أيها الناس meski
Makkiyyah dan yang dimulai dengan redaksi يا أيها الذين أمنوا meski Madaniyyah.
3. Berdasarkan
masa turunnya ayat tersebut.
وَاِنْ كَانَ نُزُوْلُهُ بِغَيْرِ
مَكَّةِ,eاَلْمَكِيُّ
مَانُزِلَ قَبْلَ هِجْرَةِ الرَّسُوْلِ
وَالْمَدَنِيُّ مَانُزِلَ بَعْدَ هَذِهِ الْهِجْرَةِ وَاِنْ كَانَ نُزُوْلُهُ بِمَكَّةَ
وَالْمَدَنِيُّ مَانُزِلَ بَعْدَ هَذِهِ الْهِجْرَةِ وَاِنْ كَانَ نُزُوْلُهُ بِمَكَّةَ
“ Makkiyyah ialah ayat yang
diturunkan sebelum Nabi hijrah ke Madinah, sekalipun turunnya di luar Mekkah,
sedang Madaniyah ialah yang diturunkan sesudah Nabi hijrah, sekalipun turunnya
di Mekkah”.
Dibanding dua rumusan sebelumnya , tampaknya rumusan
al-Makkiy dan al-Madaniy ini lebih populer karena di anggap tuntas dan memenuhi
unsur penyusunan ta’rif (definisi).
Pada umunya, para ulama
membagi surat-surat al-Qur’an menjadi dua kelompok, yaitu surat-surat Makiyyah
dan Madaniyyah. Mereka berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah masing-masing
kelompoknya. Sebagian ulama mengatakan bahwa jumlah surat
Makiyyah ada 94 surat, sedangkan Madaniyyah ada
20 surat.
Sebagian ulama lain mengatakan bahwa jumlah surat
Makiyyah ada 84 surat, sedangkan yang Madaniyyah
ada 30 surat.
Perbedaan-perbedaan
pendapat para ulama itu dikarenakan adanya sebagian surat yang seluruhnya
ayat-ayat Makkiyyah atau Madaniyyah dan ada sebagian surat lain yang tergolong
Makiyyah atau Madaniyyah, tetapi di dalamnya berisi sedikit ayat yang lain
statusnya. Surat-surat al-Qur’an itu terbagi menjadi empat macam :
1. Surat-surat
Makiyyah murni, yaitu surat-surat Makiyyah yang seluruh ayat-ayatnya juga
berstatus Makiyyah semua, tidak ada satupun yang Madaniyyah.
2. Surat-surat
Madaniyyah murni, yaitu surat-surat Madaniyyah yang seluruh ayat-ayatnya juga
berstatus Madaniyyah semua, tidak ada satupun yang Makiyyah.
3. Surat-surat
Makiyyah yang berisi ayat Madaniyyah, yaitu surat-surat yang sebetulnya
kebanyakan ayat-ayatnya adalah Makiyyah, sehingga berstatus Makiyyah, tetapi di
dalamnya ada sedikit ayatnya yang berstatus Madaniyyah.
4. Surat-surat
Madaniyyah yang berisi ayat Makiyyah, yaitu surat-surat yang sebetulnya
kebnyakan ayat-ayatnya adalah Madaniyyah, sehingga berstatus Madaniyyah, tetapi
di dalamnya ada sedikit ayatnya yang berstatus Makiyyah.
B.
Ciri-ciri Makkiyah dan Madaniyah
Ciri – ciri
Makkiyah
Adapun ciri-ciri dari surah Makkiyah ialah:
• Setiap ayat yang dimulai dengan seruan ايها النا س يا (hai manusia) adalah Makkiyah, kecuali dalam surat Al-Haj;
• Setiap surat yang dimulai dengan huruf potong adalah Makkiyah, kecuali surat Al-Baqarah dan Ali-Imran;
• Setiap surah yang memuat kkisah nabi Adam dan Iblis adalah Makkiyah, kecuali kisah nabi Adam yang terdapat dalam surah Al-Baqarah;
• Setiap surat yang menyebutkan masalah atau kisah-kisah ummat dahulu kalapada umumnya Makkiyah, ditammbah azab atau siksaan Allah kepada mereka;
• Suratnya pendek-pendek pada umumnya dengan gaya bahasa yang tegas, padat dan berisi, dan mempunyai balaghah yang sangat tinggi;
• Setiap yang di dalamnya mengandung “sajdah” maka surat tersebut adalah bagian dari Makki; dan
• Setiap surat yang mengandung lafalk al la, berarti Makki. Lafal ini hanya terdapat dalam separuh terakhir dari Al qur‟an, dan disebutkan sebanyak tiga puluh tiga kali dalam lima belas surat.
Sedangkan dari segi tema dan gaya bahasa dapat diringkas sebagai berikut:
• Ajakan kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah, pembuktian mengenai risalah, hari kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat dan kengeriannya, neraka dan azabnya, surga dan nikmatnya, argumentasi terhadap orang musyrik dengan menggunakan bukti yang rasional dan ayat-ayat kauniyah.
• Peletakan dasar umum bagi perundang-undangan dan akhlaq mulia yang menjadi terbentuknya suatu masyarakat, dan penyingkapan dosa orang-orang musyrik dalam menumpahkan darah, memakan harta anak yatim secara zalim, penguburan bayi perempuan hidup-hidup dan tradisi buruk lainnya.
• Menyebutkan kisah para nabi dan umat-umat terdahulu sebagai pelajaran bagi mereka sehingga mengetahui nasib orang yang mendustakan perintah Allah sebelum mereka.
• Sebagai hiburan untuk Rasulullah dan para pengikutnya agar mereka tabah dalam menahan cobaan dan hinaan dari orang-orang kafir, dan untuk menambahkan keyakinan mereka bahwa Allah berada di pihak mereka.
• Suku katanya pendek disertai kata-kata yang mengesankan sekali, pernyataan singkat ditelinga terasa menembus dan terdengar sangat keras, menggetarkan hari dan maknanyapun meyakinkan dengan diperbuat dengan lafal-lafal sumpah.
Adapun ciri-ciri dari surah Makkiyah ialah:
• Setiap ayat yang dimulai dengan seruan ايها النا س يا (hai manusia) adalah Makkiyah, kecuali dalam surat Al-Haj;
• Setiap surat yang dimulai dengan huruf potong adalah Makkiyah, kecuali surat Al-Baqarah dan Ali-Imran;
• Setiap surah yang memuat kkisah nabi Adam dan Iblis adalah Makkiyah, kecuali kisah nabi Adam yang terdapat dalam surah Al-Baqarah;
• Setiap surat yang menyebutkan masalah atau kisah-kisah ummat dahulu kalapada umumnya Makkiyah, ditammbah azab atau siksaan Allah kepada mereka;
• Suratnya pendek-pendek pada umumnya dengan gaya bahasa yang tegas, padat dan berisi, dan mempunyai balaghah yang sangat tinggi;
• Setiap yang di dalamnya mengandung “sajdah” maka surat tersebut adalah bagian dari Makki; dan
• Setiap surat yang mengandung lafalk al la, berarti Makki. Lafal ini hanya terdapat dalam separuh terakhir dari Al qur‟an, dan disebutkan sebanyak tiga puluh tiga kali dalam lima belas surat.
Sedangkan dari segi tema dan gaya bahasa dapat diringkas sebagai berikut:
• Ajakan kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah, pembuktian mengenai risalah, hari kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat dan kengeriannya, neraka dan azabnya, surga dan nikmatnya, argumentasi terhadap orang musyrik dengan menggunakan bukti yang rasional dan ayat-ayat kauniyah.
• Peletakan dasar umum bagi perundang-undangan dan akhlaq mulia yang menjadi terbentuknya suatu masyarakat, dan penyingkapan dosa orang-orang musyrik dalam menumpahkan darah, memakan harta anak yatim secara zalim, penguburan bayi perempuan hidup-hidup dan tradisi buruk lainnya.
• Menyebutkan kisah para nabi dan umat-umat terdahulu sebagai pelajaran bagi mereka sehingga mengetahui nasib orang yang mendustakan perintah Allah sebelum mereka.
• Sebagai hiburan untuk Rasulullah dan para pengikutnya agar mereka tabah dalam menahan cobaan dan hinaan dari orang-orang kafir, dan untuk menambahkan keyakinan mereka bahwa Allah berada di pihak mereka.
• Suku katanya pendek disertai kata-kata yang mengesankan sekali, pernyataan singkat ditelinga terasa menembus dan terdengar sangat keras, menggetarkan hari dan maknanyapun meyakinkan dengan diperbuat dengan lafal-lafal sumpah.
Ciri – cirri Madaniyah
Sedangkan cirri-ciri Madaniah adalah sebagai berikut:
• Setiap ayat-ayat yang dimulai dengan يا ايها الذ ين ا منو adalah Madaniyah;
• Setiap ayat-ayat yang membicarakan soal hukum, fardhu, dan lain-lainya adalah Madaniyah;
• Suratnya panjang dengan gaya bahasa yang bersifat yuridis, panjang, dan lain-lain;
• Setiap surat yang berisi kewajiban atauh ad (sanksi) adalah Madani;
• Setiap surat yang di dalamnya disebutkan tentang orang munafiq adalah Madani kecuali surat Al Ankabut adalah Makki; dan
• Setiap surat yang didalamnya terdapat dialog dengan para ahli kitab adalah Madani.
Sedangkan dari segi tema dan gaya bahasa dapat diringkas sebagai berikut:
• Menjelaskan tata cara ibadah, mu‟amalah,had, kekeluargaan, warisan, jihad, kaidah hukum, masalah perundang-undangan dan hubungan sosial baik di waktu damai maupun saat perang.
• Seruan terhadap Ahli Kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani, dan ajakan kepada mereka untuk memeluk agama Islam, penjelasan mengenai penyimpangan mereka terhadap kitab-kitab Allah terdahulu, permusuhan mereka terhadap kebenaran dan perselisihan mereka setelah kebenaran datang kepada mereka karena rasa dengki diantara sesama mereka.
• Menyingkap perilaku orang-orang munafiq, menganalisis kejiwaan mereka, membuka kedoknya dan menjelaskan bahwa mereka berbahaya bagi agama.
• Suku kata dan ayat-ayatnya panjang dengan gaya bahasa yang memantapkan ketentuan syari‟at serta menjelaskan tujuan dan sasaran syari‟at tersebut
Sedangkan cirri-ciri Madaniah adalah sebagai berikut:
• Setiap ayat-ayat yang dimulai dengan يا ايها الذ ين ا منو adalah Madaniyah;
• Setiap ayat-ayat yang membicarakan soal hukum, fardhu, dan lain-lainya adalah Madaniyah;
• Suratnya panjang dengan gaya bahasa yang bersifat yuridis, panjang, dan lain-lain;
• Setiap surat yang berisi kewajiban atauh ad (sanksi) adalah Madani;
• Setiap surat yang di dalamnya disebutkan tentang orang munafiq adalah Madani kecuali surat Al Ankabut adalah Makki; dan
• Setiap surat yang didalamnya terdapat dialog dengan para ahli kitab adalah Madani.
Sedangkan dari segi tema dan gaya bahasa dapat diringkas sebagai berikut:
• Menjelaskan tata cara ibadah, mu‟amalah,had, kekeluargaan, warisan, jihad, kaidah hukum, masalah perundang-undangan dan hubungan sosial baik di waktu damai maupun saat perang.
• Seruan terhadap Ahli Kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani, dan ajakan kepada mereka untuk memeluk agama Islam, penjelasan mengenai penyimpangan mereka terhadap kitab-kitab Allah terdahulu, permusuhan mereka terhadap kebenaran dan perselisihan mereka setelah kebenaran datang kepada mereka karena rasa dengki diantara sesama mereka.
• Menyingkap perilaku orang-orang munafiq, menganalisis kejiwaan mereka, membuka kedoknya dan menjelaskan bahwa mereka berbahaya bagi agama.
• Suku kata dan ayat-ayatnya panjang dengan gaya bahasa yang memantapkan ketentuan syari‟at serta menjelaskan tujuan dan sasaran syari‟at tersebut
Ciri khas ayat-ayat makkiyah dan madanyah
a.
Makkiyyah
1) Di
dalamnya terdapat ayat sajdah.Tetapi versi lain menyebutkan bahwa ada
perkecualian,
Yakni untuk surat maryam ayat 98,
ar-ra’d:15, dan al-hajj ayat 18 dan 77.
2)
Ayat-ayatnya dimulai dengan kata kalla
3) Dimulai
dengan ungkapan yaa ayyuhan an-naas dan tidak ada ayat yang
dimulai
dengan ungkapan yaa ayyuhan
al-ladziina, kecuali dalam surat Al-Hajj (22), karena di
penghujung surat itu terdapat
sebuah ayat yang dimulai dengan ungkapan yaa ayyuha al-
ladziina
4)
Ayat-ayatnya mengandung tema kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu.kecuali
Al-
Baqarah.
5) Mayoritas
mengandung seruan tauhid, pokok-pokok keimanan kepada Allah Swt. HAri
kiamat, penggambaran keadaan surga
dan neraka, soal-soal azab,pahala dan nikmat,
kebaikan dan kejahatan.
6)
Kebanyakan Menyeru kepada manusia untuk berperangai mulia dan berjalan diatas
rel
kebenaran, serta urusan-urusan
kebajikan dan keluhuran lainnya.
7)
Ayat-ayatnya dimulai dengan huruf-huruf terpotong-potong (huruf at-tahajji)
seperti alif
Lam mim dan sebagainya, kecuali surat
Al-Baqarah (2) dan Ali ‘imran (3).
b.
Madaniyyah
1)
Mengandung ketentuan-ketentuan farai’dh dan hadd
2)
Mengandung sindiran-sindiran terhadapa kaum munafik kecuali surat Al-Ankabut
3)
Mengandung uraian tentang perdebatan dengan ahli kitab
Sedangkan berdasarkan titik tekan
tematis, para ulama merumuskan ciri-ciri spesifik Makkiyah dan Madaniyyah
sebagai berikut
1. Makkiyah
a. Menjelaskan ajakan monotheisme, ibadah
kepada Allah semata, penetapan risalah
kenabiaan, penetapan hari kebangkitan
dan pembalasan, uraian tentang kiamat dan
perihalnya, neraka dan siksanya,
surga dan kenikmatannya, dan mendebat kelompok
musyrikin dengan argumentasi-argumentasirasional
dan naqli.
b. Menetapkan fondasi-fondasi umum
bagi pembentukan hukum syara’ dan keutamaan
akhlak yang harus dimiliki anggota
masyarakat. Juga berisikan celaan-celaan terhadap
kriminalitas yang dilakukan kelompok
musyrikin, misalnya mengambil harta anak yatim
secara zalim serta uraian tentang
hak-hak.
c. Menuturkan kisah para Nabi
umat-umat terdahulu serta perjuangan Muhammad dalam
menghadapi tantangan-tantangan
kelompok musyrikin.
d. Ayat dan suratnya
pendek-pendek dan nada serta perkataannya agak keras.
e. Banyak mengandung
kata-kata sumpah.
2. Madaniyyah
a. Menjelaskan permasalahan
ibadah, muamalah, hudud, bangunan rumah tangga, warisan,
keutramaan jihad, kehidupan sosial,
aturan-aturan pemerintahan menangani perdamaian
dan peperangan, serta
persoalan-persoalan pembentukan hukum syara’
b. Mengkhitabi Ahli Kitab
Yahudi dan Nasrani dan mengajaknya masuk islam, menguraikan
perbuatanmereka yang telah
menyimpangkan Kitab Allah dan menjauhi kebenaran serta
perselisihannya setelah datang
kebenaran.
c. Mengungkap langkah-langkah orang-orang
munafik.
d. Surat dan sebagain ayatnya panjang
serta menjelaskan hukum secara jelas dan
menggunakan ushlub yang jelas
pula.
Ciri-ciri spesifik yang dimiliki
Madaniyyah, baik dilihat dari perspektif analogi ataupun tematis,
memperlihatkan langkah-langkah yang ditempuh islam dalam mensyariatkan
peraturan-peraturannya, yaitu dengan cara periodik hirarkis (tadarruj).
Laporan-laporan sejarah telah
membuktikan adanya sistem sosiokultural yang berbeda antara Mekkah dan Madinah.
Mekkah dihuni komunitas ateis yang keras kepala dengan aksinyayang selalu
menghalangi dakwah Nabi dan para sahabatnya, sedangkan di Madinah setelah Nabi
hijrah ke sana, terdapat tiga komunitas : komunitas muslim yang terdiri atas
kelompok Muhajirin dan Anshar, komunitas munafik, dan komunitas Yahudi.
Al-Qur’an menyadari perbedaan sosiokultural antara keduatempat itu. Oleh karena
itu, alur pembicaraan ayat yang diturunkan bagi penghuni Mekkah sangat berbeda
dengan alur yang diturunkan bagi penduduk Madinah.
C.Karakteristik
Makiyyah dan Madaniyyah
Para
ulama telah menetapkan karakteristik Makiyyah dan Madaniyyah sebagai berikut :
a.
Karakteristik
Makiyyah
Ada
beberapa karakteristik yang dimiliki Makiyyah di antaranya :
1. Setiap
surat yang di
dalamnya terdapat kata كلا Kata ini
dipergunakan untuk memberi
2. peringatan
yang tegas dan keras kepada orang-orang Mekkah yang keras kepala.
3. Setiap
surat yang di
dalamnya terdapat ayat sajdah termasuk Makiyyah.
4. Setiap
surat yang di dalamnya terdapat kisah para Nabi
dan umat-umat terdahulu termasuk Makiyyah, kecuali surat al-Baqarah dan Ali ‘Imran yang keduanya
termasuk Madaniyyah. Adapun surat
al-Ra’d yang masih diperselisihkan.
5. Setiap
surat yang di dalamnya terdapat kisah Nabi Adam
dan Iblis termasuk Makiyyah, kecuali surat
Al-Baqarah yang tergolong Madaniyyah.
6. Setiap
surat yang
dimulai dengan huruf abjad, alphabet (tahjjiy)
ditetapkan sebagai Makiyyah, kecuali Al-Baqarah dan Ali ‘Imran. Huruf tahjjiy
yang dimaksud di antaranya ك ي ه ص ع,
ط ه س ي, ح م, dll
7. Mengandung
seruan (nida’) untuk beriman kepada Allah dan hari kiamat dan apa-apa yang terjadi
di akhirat. Di samping itu, ayat-ayat Makiyyah ini menyeru untuk beriman kepada
para rasul dan para malaikat serta menggunakan argumen-argumen akal, kealaman
dan jiwa.
8. Membantah
argumen-argumen kaum Musyrikin dan menjelaskan kekeliruan mereka terhadap
berhala-berhala mereka.
9. Mengandung
seruan untuk berakhlak mulia dan berjalan di atas syariat yang hak tanpa
terbius oleh perubahan situasi dan kondisi, terutama hal-hal yang berhubungan
dengan memelihara agama, jiwa, harta, akal, dan keturunan.
10. Terdapat banyak redaksi sumpah dan ayatnya
pendek-pendek.
b.
Karakteristik
Madaniyyah
Seperti
halnya dalam Makiyyah, Madaniyyah pun mempunyai karakteristik :
1. Setiap surat
yang berisi hukum pidana, hukum warisan, hak-hak perdata dan
peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perdata serta kemasyarakatan dan
kenegaraan, termasuk Madaniyyah.
2. Setiap surat
yang mengandung izin untuk berjihad, urusan-urusan perang, hukum-hukumnya,
perdamaian dan perjanjian, termasuk Madaniyyah.
3. Setiap surat
yang menjelaskan hal ihwal orang-orang munafik termasuk Madaniyyah, kecual surat Al-Ankabut yang di
nuzulkan di Makkah. Hanya sebelas ayat pertama dari surat tersebut yang termasuk Madaniyyah dan
ayat-ayat tersebut menjelaskan perihal orang-orang munafik.
4. Menjelaskan hukum-hukum amaliyyah dalam
masalah ibadah dan muamalah, seperti shalat, zakat, puasa, haji, qisas, talak,
jual beli, riba, dan lain-lain.
5. Sebagian surat-suratnya panjang-panjang,
sebagian ayat-ayatnya panjang-panjang dan gaya
bahasanya cukup jelas dalam menerangkan hukum-hukum agama.
D.Hikmah ilmu Makky wal Madany
Hikmah
dari ilmu / faedah ilmul makky wal madany adalah
banyak sekali. Dalam hal ini, al-Zarqani di dalam kitabnya manahilul
’irfanmenerangkan sebagian daripada kegunaan ilmu-ilmu ini, ialah :
a.
Dengan
ilmu ini kita dapat membedakan dan mengetahui ayat yang mana yang mansukh dan
nasikh. Yakni apabila terdapat dua ayat atau lebih mengenai suatu masalah,
sedang hokum yang terkandung di dalam ayat-ayat itu bertentangan. Kemudian
dapat diketahui bahwa ayat yang satu makkiyah, sedang ayat lainnya madaniyah;
maka sudah tentu ayat yang makkiyah itulah yang di nasakh oleh ayat yang
madaniyah, karena ayat yang madaniyah adalah yang terakhir turunnya.
b.
Dengan
ilmu ini pula, kita dapat mengetahui Sejarah Hukum Islam dan perkembangannya
yang bijaksana secara umum. Dan dengan demikian, kita dapat meningkatkan
keyakinan kita terhadap ketinggian kebijaksanaan islam di dalam mendidik
manusia baik secara perorangan maupun secara masyarakat.
c.
Ilmu
ini dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap kebesaran, kesucian, dan
keaslian al-Qur’an, karena melihat besarnya perhatian umat islam sejak turunnya
terhadap hal-hal yang berhubungan dengan al-Qur’an, sampai hal-hal yang
sedetail-detailnya; sehingga mengetahui ayat-ayat yang mana turun sebelum
hijrah dan sesudahnya; ayat-ayat yang diturunkan pada waktu Nabi berada di kota
tempat tinggalnya (domisilinya) dan ayat yang turun pada waktu Nabi sedang
dalam bepergian atau perjalanan; ayat-ayat yang turun pada malam hari dan siang
hari; dan ayat-ayat yang turun pada musim panas dan musim dingin dan
sebagainya.
d.
Dapat
mengetahui situasi dan kondisi lingkungan masyarakat pada waktu turunnya Al
Qur’an, khususnya masyarakat Makkah dan Madinah.
Dengan demikian, maka
siapapun yang ingin berusaha merusak kesucian dan keaslian al-Qur’an pastilah
segera diketahui oleh umat islam.
Dr. Shubhi al-Shalih
dalam bukunya Mabahits fi Ulumil Qur’an menyatakan, bahwa dengan Ilmul Makky
wal Madany kita dapat mengetahui fase-fase (marhalah) dari da’wah islamiah yang
di tempuh oleh al-Qur’an secara berangsur-angsur dan yang sangat bijaksana itu,
kondisi masyarakat pada waktu turunnya ayat-ayat al-Qur’an, khususnya
masyarakat Mekkah dan Madinah. Demikian pula, dengan ilmu ini kita dapat
mengetahui uslub-uslub / style-style bahasanya yang berbeda-beda, karena
ditunjukkan pada golongan-golongan yang berbeda, yakni : orang-orang mu’min,
orang-orang musyrik, dan orang-orang ahlul kitab. Demikian pula orang-orang
munafiq.
Ilmul Makky wal
Madany merupakan cabang ilmu-ilmu al-Qur’an yang sangat penting diketahui atau
dikuasai oleh seorang mufassir, sampai-sampai di kalangan Ulama al-Muhaqqiqun,
antara lain Abul Qasim al-Naisaburi (ahli nahwu dan tafsir, wafat tahun 406 H)
tidak membenarkan seseorang menafsirkan al-Qur’an tanpa mengetahui Ilmul Makky
wal Madany.
Abul Qasim
al-Naisaburi dalam Kitab al-Tanbih ‘ala Fadhli ‘Ulumil Qur’an menerangkan
sebagai berikut : “Di antara ilmu-ilmu al-Qur’an yang paling utama adalah ilmu
tentang :
1)
Turunnya
al-Qur’an dan tempat-tempat turunnya.
2)
Urut-urutan
ayat-ayat yang turun di Mekkah pada masa permulaan, pertengahan, dan
penghabisannya. Demikian pula ayat-ayat yang turun di Madinah pada masa
permulaan, pertengahan, penghabisannya.
3)
Ayat-ayat
yang turun di Mekkah sedang hukumnya termasuk Madaniyah.
4)
Ayat-ayat
yang turun di Madinah sedang hukumnya Makiyyah.
5)
Ayat-ayat
yang turun di Mekkah mengenai penduduk Madinah.
6)
Ayat-ayat
yang turun di Madinah mengenai penduduk Mekkah.
7)
Ayat-ayat
yang menyerupai Makkiyah yang terdapat dalam surat Madaniyah.
8)
Ayat-ayat
yang menyerupai Madaniyah yang terdapat dalam surat Makkiyah.
9)
Ayat-ayat
yang turun di Juhfah – sebuah desa tidak jauh dari Mekkah, dalam perjalanan
menuju ke Madinah.
10) Ayat-ayat yang turun di Baitul
Maqdis.
11) Ayat-ayat yang turun d Thaif.
12) Ayat-ayat yang turun di
Hudaibiyah.
13) Ayat-ayat yang turun pada malam
hari.
14) Ayat-ayat yang turun pada siang
hari.
15) Ayat-ayat yang turun secara
kelompok.
16) Ayat-ayat yang turun sendirian.
17) Ayat-ayat Madaniyah yang terdapat
pada surat-surat Makiyah.
18) Ayat-ayat Makkiyah yang terdapat
pada surat-surat Madaniyah.
19) Ayat-ayat yang dibawa dari Mekkah
ke Madinah.
20) Ayat-ayat yang dibawa dari
Madinah ke Mekkah.
21) Ayat-ayat yang dibawa dari
Madinah ke Abbessynia (Habasyah).
22) Ayat-ayat yang turun secara
mujmal (global).
23) Ayat-ayat yang turun secara
mufassar (disertai keterangan).
24) Ayat-ayat yang turun secara rumuz
(dengan isyarat).
25) Ayat-ayat yang dipersoalkan oleh
ulama. Sebagian ulama menganggap Makkiyah, sedang sebagian lagi menganggap
Madaniyah.
Semuanya
itu ada 25 macam ilmu (merupakancabang dari Ilmul Makky wal Madany). Siapapun
yang tidak mengetahui semuanya itu dan tidak bisa membedakan antara 25 macam
ilmu tersebut, maka ia tidak boleh berbicara (menafsirkan) tentang al-Qur’an.
(baca al-Burhan karangan al-Zarkasyi halaman 192, dan al—Itqan karangan
al-Suyuti juz I halaman 8).
Yang termasuk Surat-surat al-makky :
Al-Fatehah, Al-An’aam, Al-A’raaf, Yunus,Huud,Yusuf, Ibrahim, Al-Hijr,
An-Nahl, Al-Isroo’, Al-Kahfi, Maryam, Thaha, Al-Anbiya’, Al-Mu’minuun,
Al-Furqaan, Asy-Syu’aro’, An-Naml, Al-Qashash, Al-Ankabuut, Ar-Ruum, Luqman,
As-Sajdah, Sabaa, Al-Faathir, Yaasiin, Ash-Shaffaat, Shaad, Az-Zumar, Ghaafir,
Fushshilat, Asy-Syuuroo, Az-Zukhruf, Ad-Dukhoon, Al-Jaatsiyah, Al-Ahqaaf, Qaaf,
Adz-Dzaariyaat, Ath-Thuur, An-Najm, Al-Qamar, Al-Waaqi’ah, Al-Mulk, Al-Qalam,
Al-Haaqqah, Al-Ma’aarij, Nuuh, Al-Jin, Al-Muzzammil, Al-Muddatstsir,
Al-Qiyaamah, Al-Muraasalaat, An-Naba’, An-Naazi’aat ,Abasa,At-Takwiir,
Al-Infithaar, Al-Muthaffifiin, Al-Insyiqaaq,Al-Buruuj, Ath-Thaariq, Al-A’laa,
Al-Ghaasyiyah, Al-Fajr,Al-Balad, Asy-Syams, Al-Lail, Adh-Dhuhaa, Al-’Ashr,
At-Tiyn,Al-’Alaq, Al-Qadr, Al-’Aadiyaat, Al-Qaari’ah, At-Takatsur,
Al-Ashr,Al-Humazah, Al-Fiyl, Quraisy, Al-Maa’uun, Al-Kautsar,
Al-Kaafiruun,Al-Masad, Al-Ikhlaash, Al-Falaq, An-Naas.
Yang Surat-surat al-madany : Al-Baqarah,Ali
Imran,An-Nisaa’,Al-Maa`idah,Al-Anfaal,At-Taubah, Ar-Ra’d, Al-Hajj,
An-Nuur,Al-Ahzaab, Muhammad, Al-Fat-h, Al-Hujuroot, Ar-Rahman, Al-Hadiid,
Al-Mujaadalah, Al-Hasyr, Al-Mumtahanah, Ash-Shaf, Al-Jumu’ah, Al-Munaafiquun,
At-Taghaabun, Ath-Thalaaq, At-Tahriim, Al-Insaan, Al-Bayyinah, Al-Zalzalah,
An-Nashr
BAB
III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari pembahasan kali ini yaitu:
Definisi
Al-Makiy dan Al-Madaniy oleh para ahli tafsir meliputi berdasarkan tempat turunnya suatu ayat, berdasarkan khittab/ seruan/ panggilan dalam ayat tersebut, berdasarkan
masa turunnya ayat tersebut.Surat-surat al-Qur’an itu terbagi menjadi
empat macam antara lain : Surat-surat Makiyyah murni, Surat-surat Madaniyyah
murni, Surat-surat Makiyyah yang berisi ayat Madaniyyah, Surat-surat Madaniyyah
yang berisi ayat Makiyyah.
Adapun ciri-ciri dari ayat makkiyah yaitu Setiap
ayat yang dimulai dengan seruan ايها النا س يا (hai manusia)
adalah makkiyah,kecuali surah Al-Haj.Sedangkan ciri-ciri dari ayat madaniyah
yaitu Setiap
ayat-ayat yang dimulai dengan يا ايها الذ ين ا منو adalah Madaniyah, Setiap ayat-ayat
yang membicarakan soal hukum, fardhu, dan lain-lainya adalah Madaniyah.
Karakteristik
surat dan ayat-ayat Al-Qur’an ini terbagi menjadi dua yaitu karakteristik
Al-Makkiy dan karakteristik Al-Madaniy.
Adapun
hikmah mempelajari Ilmu ini antara lain
agar dapat membedakan ayat-ayat nasikh dan mansukh, agar dapat mengetahui sejarah
hukum Islam dan tahapan-tahapannya secara umum, mendorong keyakinan yang kuat,
agar mengetahui fase-fase dakwah Islamiyah yang telah ditempuh oleh Al-Qur’an
secaa bertahap, agar dapat mengetahui keadaan lingkungan, situasi, dan kondisi
masyarakat pada waktu turun ayat-ayat Al-Qur’an, agar mengetahui gaya bahasanya
yang berbeda-beda.
DAFTAR
PUSTAKA
Chalik, Chaerudji Abd. 2007. ‘Ulumul Qur’an. Jakarta. Diadit Media
Syaifullah. 2004. ‘Ulumul Qur’an. Ponorogo. Prodial
Pratama Sejati Press.
Von Dennfer, Ahmad 1988. ‘Ilmu Al-Quran’. Jakarta. Rajawali
Quthan,Mana’ul. 1993. ‘Pembahasan Ilmu Al-Quran’. Jakarta. Rineka Cipta
Zuhdi, Masjufuk. 1982. ‘Pengantar ulumul Quran’. Surabaya. Bina Ilmu
Makalah
ini dipresentasekan Pada Mata Kuliah Semester Ganjil
Jurusan Ilmu
Peternakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar