Sabtu, 23 November 2013

Laporan Biokimia "Lipid"


LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA NUTRISI TERNAK (PET 2314)
Lipid






Disusun Oleh :
                                             Nama                       : ARDIANSYAH
                                            Nim/Kelas                 : 60700112049/B
                                            Kelompok                 : I (Satu)
                                            Jurusan                      : ILMU PETERNAKAN
                                            Asisten                      : AHMAD MIQDAD NAFI     

LABORATORIUM ILMU PETERNAKAN
JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2013



 LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Biokimia Nutrisi Ternak, yang berjudul “Lipid” disusun oleh:
Nama               : Ardiansyah
Nim                 : 60700112049
Kelompok       : I (Satu)
Jurusan            : Ilmu Peternakan
Telah diperiksa dengan teliti oleh asisten dan koordinator asisten dan dinyatakan diterima sebagai laporan lengkap.
                                         Gowa,    Desember 2013
           Koordinator Asisten                                                                         Asisten


        (        Nurwahidah. J      )                                                        (  Ahmad Miqdad Nafi  )
                                                                                     

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab


(Khaerani Kiramang, S.Pt., M.P)
                                                    NIP. 19730828 200604 2 001
Tanggal Pengesahan:          Desember 2013


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
   Dikehidupan sehari hari kita mengenal lemak atau lipid, lemak dan minyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai mentega dan lemak hewan. Minyak umumnya berasal dari tumbuhan, contohnya minyak jagung, minyak zaitun, minyak kacang, dan lain-lain. Walaupun lemak berbentuk padat dan minyak adalah cairan, keduanya mempunyai struktur dasar yang sama. Lemak dan minyak adalah triester dari gliserol, yang dinamakan trigliserida. (Hart, 1987)
          Lipid (Yunani, lipos = lemak) adalah segolongan besar senyawa tak larut air yang terdapat di alam. Lipid cenderung larut dalam pelarut organik seperti eter dan kloroform. Sifat inilah yang membedakannya dari karbohidrat, protein, asam nukleat, dan kebanyakan molekul hayati lainnya. Lipid adalah senyawa biomolekul yang digunakan sebagai sumber energi dan merupakan komponen struktural penyusun membran serta sebagai pelindung vitamin atau hormon. Lipid dapat dibedakan menjadi trigliserida, fosfolipid, dan steroid. Trigliserida sering disebut lemak atau minyak. Disebut lemak jika pada suhu kamar berwujud padat. Sebaliknya, disebut minyak jika pada suhu kamar berwujud cair (Hart, 1987).

B. Tujuan Praktikum
                Adapun tujuan diadakannya praktikum ini yaitu :
     1. Untuk mengetahui terjadinya pembentukan emulsi dari minyak
     2. Untuk mengetahui kelarutan lipid pada pelarut tertentu
     3. Untuk mengetahui sifat ketidakjenuhan minyak atau lemak
     4. Untuk mengetahui terjadinya hidrolisis pada minyak oleh alkali

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lipid
          Lipid mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofobik. Karena nonpolar, lipid tidak larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi larut dalam pelarut nonpolar, seperti alkohol, eter atau kloroform. Fungsi biologis terpenting lipid di antaranya untuk menyimpan energi, sebagai komponen struktural membran sel, dan sebagai pensinyalan molekul (Putri, 2013).
          Lipid adalah senyawa organik yang diperoleh dari proses dehidrogenasi endotermal rangkaian hidrokarbon. Lipid bersifat amfifilik, artinya lipid mampu membentuk struktur seperti vesikel, liposom, atau membran lain dalam lingkungan basah. Lipid biologis seluruhnya atau sebagiannya berasal dari dua jenis subsatuan atau "blok bangunan" biokimia: gugus ketoasil dan gugus isoprena. Dengan menggunakan pendekatan ini, lipid dapat dibagi ke dalam delapan kategori: asil lemak, gliserolipid, gliserofosfolipid, sfingolipid, sakarolipid, dan poliketida (diturunkan dari kondensasi subsatuan ketoasil); serta lipid sterol dan lipid prenol (diturunkan dari kondensasi subsatuan isoprena) (Yuki, 2013).
          Meskipun istilah lipid kadang-kadang digunakan sebagai sinonim dari lemak. Lipid juga meliputi molekul-molekul seperti asam lemak dan turunan-turunannya (termasuk tri-, di-, dan monogliserida dan fosfolipid, juga metabolit yang mengandung sterol, seperti kolesterol. Meskipun manusia dan mamalia memiliki metabolisme untuk memecah dan membentuk lipid, beberapa lipid tidak dapat dihasilkan melalui cara ini dan harus diperoleh melalui makanan (Pramarsh, 2013).
          Lipid (dari bahasa Yunani lipos, lemak) merupakan penyusun tumbuhan atau hewan yang dicirikan oleh sifat kelarutannya. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut nonpolar seperti kloroform, eter, dan benzena. Penyusun utama lipid adalah trigliserida, yaitu ester gliserol dengan tiga asam lemak yang bisa beragam jenisnya (Gordon, 1990). 
          Lipid adalah  senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol yang kadang-kadang mengandung gugus lain. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic se[erti eter, aseton, kloroform, dan benzene (Salirawati, 2007).
          Lipid secara umum dapat dibagi ke dalam dua kelas besar, yaitu lipid sederhana dan lipid kompleks. Lipid yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak sebagai unit penyusunnya adalah triasilgliserol, juga sering disebut lemak, lemak netral, atau trigliserida. Jenis lipid ini merupakan contoh lipid yang paling sering dijumpai baik pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Triasilgliserol adalah komponen utama dari lemak penyimpan atau depot lemak pada sel tumbuhan dan hewan, tetapi umumnya tidak dijumpai pada membran. Triasilgliserol adalah molekul hidrofobik nonpolar, karena molekul ini tidak mengandung muatan listrik atau gugus fungsional dengan polaritas tinggi (Lehninger 1982).
          Suatu lipid didefinisikan sebgai senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter. Lipid tidak memiliki rumus molekul yang sama, akan tetapi terdiri dari beberapa golongan yang berbeda. Berdasarkan kemiripan struktur kimia yang dimiliki, lipid dibagi menjadi beberapa golongan  yaitu Asam lemak, Lemak dan fosfolipid. Lemak secara kimia diartikan sebagai ester dari asam lemak dan gliserol. Rumus umum lemak yaitu R1, R2, dan R3 adalah rntai hidrokarbin dengan jumlah atom karbon dari 3 sampai 23, tetapi yang paling umum dijumpai yaitu 15 dan 17 (Salirawati, 2007).
          Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol,kedua istilah ini berarti “triester (dari) gliserol”. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak bersifat sebarang: pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak (Fessenden & Fessenden, 1982).
          Lemak digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam lemaknya. Adapun penggolongannya adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh. Lemak yang mengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Dalam lemak hewani misalnya lemak babi dan lemak sapi, kandungan asam lemak jenuhnya lebih dominan. Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini dapat di identifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga terbentuk asam lemak jenuh (Salirawati, 2007).
          Panjang rantai asam lemak pada trigliserida yang terdapat secara alami dapat bervariasi, namun panjang yang paling umum adalah 16, 18, atau 20 atom karbon. Penyusun lipid lainnya berupa gliserida, monogliserida, asam lemak bebas, lilin (wax), dan juga kelompok lipid sederhana (yang tidak mengandung komponen asam lemak) seperti derivat senyawa terpenoid/isoprenoid serta derivat steroida. Lipid sering berupa senyawa kompleks dengan protein (Lipoprotein) atau karbohidrat (glikolipida) (Hart,  1987).
          Asam lemak penyusun lipid ada dua macam, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh molekulnya mempunyai ikatan rangkap pada rantai karbonnya. Halogen dapat bereaksi cepat dengan atom C pada rantai yang ikatannya tidak jenuh (peristiwa adisi). Lipid yang mengandung asam lemak tidak jenuh bersifat cairan pada suhu kamar, disebut minyak, sedangkan lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat yang sering disebut lemak (Gordon, 1990).
          Selama penyimpanan, lemak atau minyak mungkin menjadi tengik. Ketengikan terjadi karena asam lemak pada suhu ruang dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi menjadi hidrokarbon, alkanal, atau keton, serta sedikit epoksi dan alkohol (alkanol) dengan BM relatif rendah dan bersifat volatil dengan aroma yang tidak enak (tengik/rancid). Karena mudah terhidrolisis dan teroksidasi pada suhu ruang, asam lemak yang dibiarkan terlalu lama akan turun nilai gizinya. Pengawetan dapat dilakukan dengan menyimpannya pada suhu sejuk dan kering, serta menghindarkannya dari kontak langsung dengan udara. Dari segi gizinya, asam lemak mengandung energi tinggi (menghasilkan banyak ATP). Karena itu kebutuhan lemak dalam pangan diperlukan. Diet rendah lemak dilakukan untuk menurunkan asupan energi dari makanan. Asam lemak tak jenuh dianggap bernilai gizi lebih baik karena lebih reaktif dan merupakan antioksidan di dalam tubuh (Fessenden & Fessenden, 1982).
B. Uji yang berkaitan dengan Lipid
          Dalam lipid Terdapat berbagai macam uji yang berkaitan dengan lipid yang meliputi analisis kualitatif maupun kuantitatif. Lipid yang bersifat kualitatif seperti uji kelarutan lipid, uji arcolein, uji kejenuhan lipid, uji ketengikan, uji salkowski untuk kolesterol. Sedangkan uji bersifat kuantitatif yaitu uji lieberman buchard dan uji bilangan iod (Erma, 2013).
          Uji kelarutan lipid terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terhadap berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya lipid tersbut tidak akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar (Ery, 2013).
          Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji akrolein. Dalam uji ini terjadi dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau dalam lemak/minyak menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein. Uji akrolein digunakan untuk menguji keberadaan gliserin atau lemak. Ketika lemak dipanaskan setelah ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO4) yang akan menarik air, maka bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap putih ( Hart, 1987).
          Uji ketidakjenuhan lipid digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji apakah termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan pereaksi Iod Hubl. Iod Hubl ini digunakan sebagai indikator perubahan. Asam lemak yang diuji ditambah kloroform sama banyaknya. Tabung dikocok sampai bahan larut. Setelah itu, tetes demi tetes pereaksi Iod Hubl dimasukkan ke dalam tabung sambil dikocokdan perubahan warna yang terjadi terhadap campuran diamati. Asam lemak jenuh dapat dibedakan dari asam lemak tidak jenuh dengan cara melihat strukturnya. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan ganda pada gugus hidrokarbonnya. Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan timbulnya warna merah asam lemak, lalu warna kembali lagi ke warna awal kuning bening. Warna merah yang kembali pudar menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak (Fessenden & Fessenden, 1982). 
          Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap dapat diadisi oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi iod huble akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod huble (Lehninger, 1982).
          Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji ketengikan. Dalam uji ini, diidentifikasi lipid mana yang sudah tengik dengan yang belum tengik yang disebabkan oleh oksidasi lipid. Minyak yang akan diuji dicampurkan dengan HCl. Selanjutnya, sebuah kertas saring dicelupkan ke larutan floroglusinol. Floroglusinol ini berfungsi sebagai penampak bercak. Setelah itu, kertas digantungkan di dalam erlenmeyer yang berisi minyak yang diuji. Serbuk CaCO3 dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan segera ditutup. HCl yang ditambahkan akan menyumbangkan ion-ion hidrogennya yang dapat memecah unsur lemak sehingga terbentuk lemak radikal bebas dan hidrogen radikal bebas. Kedua bentuk radikal ini bersifat sangat reaktif dan pada tahap akhir oksidasi akan dihasilkan peroksida (Gondon, 1990). 
          Uji Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan kolesterol. Kolesterol dilarutkan dengan kloroform anhidrat lalu dengan volume yang sama ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid. Apabila dalam sampel tersebut terdapat kolesterol, maka lapisan kolesterol di bagian atas menjadi berwarna merah dan asam sulfat terlihat berubah menjadi kuning dengan warna fluoresens hijau (Pramarsh, 2013). 
          Uji Lieberman Buchard merupakan uji kuantitatif untuk kolesterol. Prinsip uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan asam sulfat ke dalam campuran. Sebanyak 10 tetes asam asetat dilarutkan ke dalam larutan kolesterol dan kloroform (dari percobaan Salkowski). Setelah itu, asam sulfat pekat ditambahkan. Tabung dikocok perlahan dan dibiarkan beberapa menit. Mekanisme yang terjadi dalam uji ini adalah ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3 kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini dikonversi menjadi polimer yang mengandung kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini menandakan hasil yang positif. Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari terbentuknya warna pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi hijau tua (Salirawati, 2007).
          Pada lipid terdpat uji bilangan iod. Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan,sedangkan lemak yang barasal dari tumbuhan berupa zat cair. Lemak  yang mempunyai titik lebur  tinggi mengandung asam lemak jenuh,sedangkan lemak cair atau yang basa disebut minyak mengandung asam lemak tidak jenuh. Lemak hewan dan tumbuhan mempunyai susunan asam lemak yang berbeda-beda. Untuk menentukan derajat ketidakjenuhan asam lemak yang terkandung didalamnya diukur dengan bilangan iodium. Iodium dapat bereaksi dengan ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul iodium mengadakan reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Oleh karenanya makin banyak ikatan rangkap,makin banyak pula iodium yang dapat bereaksi (Yuki, 2013).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
                Adapun waktu dan tempat diadakannya praktukum ini yaitu:
      Hari/Tanggal         : Sabtu/30 November 2013
      Pukul                     : 14.00-15.30 Wita
       Tempat                 : Laboratorium Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan
                                      Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
B. Alat dan Bahan
     1. Alat
          Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu bulp, bunsen, erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, kaki tiga, kasa asbes, pipet skala, pipet tetes, rak tabung dan tabung reaksi.
     2. Bahan
          Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alkohol 95%, alkohol 96% panas, aquades, eter, KOH 5%, larutan NaCO3 0,3%,larutan sabun,  minyak murni, minyak zaitun dan tissue.
C. Prosedur Kerja
                Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini yaitu:
     1. Membuat Emulsi
         a. Menyiapakan alat dan bahan
         b. Mengisi aquades pada 3 tabung reaksi sebanyak 5 ml dan memberikan
     label pada tiap tabung tersebut
c. Pada tabung I diisi minyak zaitun 1 tetes
d. Pada tabung II diisi larutan NaCO3 0,3% 3 tetes, setelah itu
     ditambahkan lagi minyak zaitu 1 tetes
e. Pada tabung III diisi larutan sabun 3 tetes kemudian ditambahkan
     minyak zaitun 1 tetes. Setelah dihomogenkan dan diamati warnanya.
f. Kemudian selanjutnya didiamkan selama 30 menit lalu diamati
     perubahan warna yang terjadi
     2. Sifat Larut Lemak
          a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
          b. Larutan alkohol dan aquades dipipet skala sebanyak 2 ml kemudian
              dimasukkan ke dalam tabung reaksi
          c. Kemudian selanjutnya memipet minyak zaitun sebanyak 2 tetes
          d. Menghomogenkan tabung reaksi
3. Menyatakan Ikatan Tak Jenuh
       Minyak yang digunakan adalah minyak murni 3 tetes, minyak kelapa ini ditetskan larutan Kmn04 0,1 N tetapi jangan sampai berlebih. Warna zat ini akan hilang
4. Menyabunkan Minyak
              a. Memasukkan 5 ml minyak ke dalam labu erlenmeyer 100 ml dan juga
                  20 ml alkohol 96%, 3 ml larutan K0H 5%. Lalu dipanaskan dengan api
                   kecil dengan sesekali dihomogenkan
              b. Kemudian dilakukan penyabunan selama 30 menit
c. Setelah selesai penyabunan, isi labu didinginkan kemudian dilarutkan
    dalam 100 ml air panas

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
               Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai beriukut:
     1. Membuat Emulsi
Gambar
Keterangan
1.    Setelah dihomogenkan
a. Tabung 1

                        
                         1                   
     Aquades 5 ml + Minyak
     Zaitun 1 tetes

b. Tabung II
   
                                  1
                      
   Aquades 5 ml + NaC03 0,3%
   3 tetes + Minyak zaitun 1 tetes                                
                                                                      
 
1. Keruh






1. Keruh
                                                             
c. Tabung III

                    1
                   
          Aquades 5 ml + Larutan    
          Sabun 3 tetes + Minyak 
          Zaitun 1 tetes                   
1. Keruh




2. Setelah didiamkan Selama 30  
     Menit
     a. Tabung I


                       
                         1
     Aquades 5 ml + Minyak
     Zaitun 1 tetes
     b. Tabung II


                        1
    Aquades 5 ml + NaC03 0,3%
   3 tetes + Minyak zaitun 1 tetes                               
  
  


1. Bening





1. Keruh

c. Tabung III

                   1
                  
         Aquades 5 ml + Larutan   
         Sabun 3 tetes + Minyak 
     Zaitun 1 tetes                   

1. Putih Susu


         Sumber: Hasil Pengamatan di Laboratorium Ilmu Peternakan, Fakultas  Sains  dan    
                      Teknologi  Universitas Islam Negeri (Uin) Alauddin  Makassar.

2. Sifat Larutan Lemak
Gambar
Keterangan
1.     Setelah ditetesi Minyak Zaitun
a. Aquades

                  1
                 2
b. Alkohol 95%
                
                      1

1.Cincin bening
2.Larutan bening



1.Gelembung



c. Alkohol 96% panas

                 1
              
d. Eter

                 1
                
1.Gelembung



1.Bening

2.    Setelah dihomogenkan
a.Aquades

                1              
               
b. Alkohol 95%


                 1
                 2

1.Bening





1. Bening
2.Gelembung

c. Alkohol 90% panas

                 1
           
d. Eter

                  1
                     

1.Gelembung




1.Bening
         Sumber: Hasil Pengamatan Di Laboratorium Ilmu Peternakan, Fakultas  Sains dan   
                         Teknologi Universitas Islam Negeri (Uin) Alauddin  Makassar
3. Menyatakan Ikatan Tak Jenuh
Gambar
Keterangan
1.     Sebelum dicampur KMNO4
Minyak Kelapa
                
                     1
              
b.Sesudah dicampur KMN04
    Minyak Kelapa
               
                      1
1.Kuning jernih




1.Endapan-endapan warna ungu

           Sumber: Hasil Pengamatan Di Laboratorium Ilmu Peternakan, Fakultas  Sains Dan      
                         Teknologi   Universitas Islam Negeri (Uin) Alauddin  Makassar.

4. Menyabunkan Minyak
Gambar
Keterangan
1.     Minyak + alkohol 96% 3ml KOH 5% + dipanaskan  30 menit



                             1
                            2   
     
  2.    Setelah dipanaskan + air 
         panas 200 ml


            1
              2

3. Campuran diatas
    dimasukkan masing-
    masing tabung sebanyak
     200 ml asam cuka


       1
            2
          



           1
              2
1.Bening
2.Kuning muda kental


      
1.Cincin kuning
2.Kuning keruh



1.Larutan bening
2.Putih keruh




1.Kuning
2.Putih keruh
          




4. Salah satu tabung diatas 
      dibagi menjadi sama  
      besar di dalam 2 tabung



                             1
                            2   
     
        

            1
              2

      5.Lrutan pada nomor 3
         diatas ditambahkan
         dengan larutan HCL

       1
            2

1.Kuning muda
2.Putih


      

1.Kuning muda
2.Putih keruh



1.Kuning muda
2.Putih keruh





           Sumber: Hasil Pengamatan Di Laboratorium Ilmu Peternakan, Fakultas  Sains dan   
                         Teknologi   Universitas Islam Negeri (Uin) Alauddin  Makassar.


B. Pembahasan
     1. Membuat Emulsi
          Berdasarkan pengamatan praktikum yang dikalakukan diperoleh hasilnya pada pada tiga tabung tersebut yang telah diisi aqudes 5 ml, minyak zaitun 1 tetes pada tabung 1. Pada tabung II diisi juga aquades 5 ml, larutan NaCO3 0,3% 3 tetes dan minyak zaitun 1 tetes, sedangkan pada tabung III diisi juga aquades 5 ml dengan penambahan larutan sabun 3 tetes dan minyak zaitun 1 tetes. Setelah itu lalu dihomogenkan. Hasilnya yang didapatkan pada tabumg I dan II itu keruh, sedangkan pada tabung III berbusa dan keruh juga. Untuk selanjutnya didiamkan selama 30 menit, setelah itu diamati. Warna yang terjadi pada tabung I bening, pada tabung II keruh dan pada tabung III putih susu.
          Menurut litratur Raharjo (2005) bahwa asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh lebih memiliki titik lebur rendah dan mudah larut dan zaat minyak kelapa direaksikan dengan air + NaC03 diperoleh hasil emulsi dari reaksi tersebut, dikarenakan memecah molekul sehingga susunannya rusak.
          Perbandingan literatur dengan percobaan yang dilakukan seharusnya pembuatan emulsi ini molekul pada tabung tersebut memecah 2 lapisan molekul pada bagian atas dan bagian bawahnya. Sementara pada percobaan praktikum yang dilakukan tidak ada hal itu maka dari itu hasil praktikum dengan literatur tidak sesuai.


2. Sifat Larutan Lemak
          Hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan sifat larutan lemak yaitu pada tabung yang ditetesi minyak zaitun pada aquades terdapat cincin bening dengan larutan bening, sedangkan pada alkohol yang telah ditetesi minyak zaitun terdapat gelembung saja begipun dengan alkohol 96% panas. Pada eter yang telah ditetesi minyak zaitun warnanya bening. Kemudian setelah itu dihomogenkan. Pada aquades berwarna bening, sedangkan pada alkohol ada gelembung kecil dan bening. Alokohol 96% hanya ada gelembung dan eter berwarna bening.
          Berdasarkan literatur, menurut Anisya (2013) bahwa pengujian larutan lemak menunjukan minyak yang dicampur dengan air itu ternyata lemak-lemak tersebut tidak larut dalam air.
          Jika mau dibandingkan dari paraktikum dengan literatur maka dapat sisimpulkan bahwa hasilnya tidak sama antara teori dengan praktikum dimana hasil praktikum, aquades yang ditetesi minyak larut dalam air sementara pada literatur menyatakan bahwa minyak yang dicampur dengan air maka lemak-lemak tersebut tidak larut dalam air.
3. Menyatakan Ikatan Tak Jenuh
          Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh bahwa sebelum ada penambahan larutan pada minyak kelapa hasilnya itu berwarna kuning jernih. Setelah ada penambahan atau pencampuran larutan KmnO4 pada minyak kelapa maka berubah hasilnya yaitu terdapat endapan-endapan berwarna ungu.
          Menurut Anisya (2013) bahwa minyak kelapa dan asam oleat yang sama-sama ditambahkan dengan KmnO4 membuat menjadi luntur yang menunjukan dengan adanya pencampuran dari minyak kelapa dan asam oleat dapat melunturkan warna KmnO4.
          Maka dari itu sangat sesuai dari hasil praktikum dengan literatur karena hasil praktikum sebelum ada penambahan larutan KmnO4 berwarna kuning jernih, setelah dicampur larutan KmnO4 hasilnya berubah dan luntur yang ada hanya endapan-endapan berwarna ungu.
4. Menyabunkan Minyak
          Hasil yang diperoleh dari percobaan ini yaitu minyak ditambah alkohol dan KOH itu yang telah dipanaskan selama 30 menit hasilnya bening dan kuning muda kental. Setelah itu dipanaskan dengan air 200 ml hasinya terdapat cincin kuning dan kuning keruh. Kemudian ditambahkan asam cuka 200 ml kedalam tiap tabung sehingga berwarna putih keruh, putih dan larutan bening. Lalu tabung tersebut dibagi 2 yang sama besar dengan warna kuning muda dan putih. Ada 1 tabung diantara tiap-tiap tabung ditambahkan larutan HCL menghasilkan warna kuning muda dan putih keruh.
          Menurut Anisya (2013) bahwa larutan sabun yang diasamkan dengan HCl pekat ternyata tidak menghasilkan dua lapisan karena banyaknya gumpalan-gumpalan lemak.


           Sementara dalam percobaan hasilnya menghasilkan 2 lapisan tetapi tidak ada gumpalan. Sedangkan pada literatur menunjukkan bahwa jika ditambahkan dengan HCl maka tidak menghasilkan 2 lapisan dengan segerombol gumpalan.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa:
1.         Untuk membuat emulsi minyak didalam air lebih baik menggunakan emulsifier yang larut air  dan demikian sebaliknya. Pembentukan emulsi terdiri dari dua; Hidrofilik yaitu bagian emulgator yg suka pada air (Pada fase ini bersifat polar maka molekul – molekul emulsifier tersebut akan teradsorbsi lebih kuat oleh air dibandingkan minyak) dan Lipofilik yaitu bagian emulgator yg suka pada minyak (Pada fase ini bersifat non polar maka molekul – molekul emulsifier tersebut akan teradsorbsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan oleh air).
2.         Untuk mengetahui ada atau tidaknya noda dan larut atau tidaknya suatu sampel untuk mngetahui termasuk larutan non polar ataupun polar. Semua lemak larut dalam kloroform dan benzena. Alkohol panas merupakan pelarut lemak yang baik.  Dimana kloroform termasuk larutan non polar sedangkan larutan lainnya termasuk larutan polar.
3.         Untuk mengetahui apakah sampel-sampel ini termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh. Warna yod ium yang hilang ini menandakan bahwa larutan tersebut termasuk asam lemak tidak jenuh, warna yodium yang  tidak hilang jadi termasuk ke dalam asam lemak jenuh
4.         Air adalah senyawa polar sedangkan minyak adalah senyawa non polar, jadi keduanya sukar bercampur oleh karena itu emulsinya mudah pecah. Untuk memantapkan suatu emulsi perlu ditambahkan suatu zat emulgator atau zat pemantap. Dimana penambahan larutan NaCl dalam larutan atau reaksi penyabunan yaitu berfungsi untuk memisahkan antara sabun dengan gliserolnya. Untuk mempercepat laju reaksi pada percobaan reaksi penyabunan maka perlu dilakukan pemanasan.
B. Saran
          Sebelum melakukan praktek di laboratorium sebaiknya praktikan   mempelajari terlebih dahulu teori  sebelum praktikum agar tidak  terjadi kesalahan pada saat praktikum berlangsung. Agar kiranya asisten mengawasi dan membimbing praktikan demi kelancaran praktikum tanpa ada hambatan

DAFTAR PUSTAKA
Erma. 2013. Analis Lipid. http://ilmukimia.webs.com. (1 Desember 2013).
Ery. 2013. Diskusi Lemak. http://www.answers.com/topic/acrolein_test. (1 Desember
       2013).
      Fessenden dan Fessenden.Kimia Organik II,edisi ketiga.Jakarta: Erlangga.1982. 
      Gordon. Minyak:Sumber,penanganan, pengelolahan, dan pemurnian.Yogyakarta
       : Fakultas Teknologi pertanian UGM.1990.
      Hart. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan.Jakarta:Universitas 
             Indonesia press.1987.
      Lehninger AL. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Jakarta:Maggy Thenawijaya.1982.
       Pramarsh. 2013. Test for cholesterol. http://www.planetayurveda.com/cholesterol_
               remedies. (1 Desember 2013).
      Salirawati .Belajar Kimia Menarik. Jakarta: Grasindo.2007. 
     


Tidak ada komentar:

Posting Komentar