Senin, 17 Februari 2014

Laporan Ilmu Hijauan & Tatalaksana Ladang



LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG
ILMU HIJAUAN PAKAN TERNAK DAN TATA LAKSANA LADANG
 (PET – 2315)

 

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Melulusi Mata Kuliah Ilmu
Hijauan Pakan Ternak dan Tata Laksana Ladang Ternak (Pet-2315)
Pada Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar



Oleh:

ARDIANSYAH
60700112049



JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2013



HALAMAN PENGESAHAN
Judul                          :    Laporan Lengkap Praktek LapangIlmu Hijauan Pakan dan Tata Laksana Ladang(Pet-2315) 
Laporan                     :    Sebagai Salah Satu Syarat Melulusi Mata KuliahIlmu Hijauan Pakan dan Tata Laksana Ladang (Pet-2315)  Pada Jurusan Ilmu Peternrakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Nama                         :    Ardiansyah
Kelas                         :    B
Telah diperiksa dan disetujui oleh  Asisten dan Koordinator Asisten dan dinyatakan diterima.
Samata,   Desember2013
Koordinator Asisten                                                                       Asisten

Wahyudir Kadir, S.Pt                                                             Rismawati
                                                                                           Nim:60700111061

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Ir. Abd. Latief Fattah, M.Sc
                                                        NIP:



Tanggal Pengesahan :Desember  2013
  


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
           Hijaun pakan adalah semua jenis tanaman hijaun yang dapat dikonsumsi oleh ternak ruminansia, tidak meracuni ternak dan zat gizinyadapat memenuhi kebutuhan hidup ternak. Menurut Humpreys (1981), sejak 10.000 atau 15.000 tahun yang lampau orang telah mengenal famili rerumputan seperti beras, gandum dan jewawut. Kemudian berkembanglah pengetahuan-pengetahuan spesialisasi tentang pemuliabiakan (tanaman dan hewan) untuk memperoleh varietas yang lebih baik dan metode produksi yang lebih efisien (Hasan, 2012).
Makanan hijauan merupakan semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan.Kelompok tanaman ini adalah rumput (graminae), leguminosa dan tumbuh-tumbuhan lainnya.Kelompok hijauan biasanya disebut makanan kasar. Hijauan yang diberikan ke ternak ada dalam bentuk hijauan segar dan hijauan kering. Hijauan segar adalah makanan yang berasal dari hijauan dan diberikan ke ternak dalam bentuk segar. Sedangkan hijauan kering adalah hijauan yang diberikan ke ternak dalam bentuk kering (hay) atau disebut juga jerami kering (Edo, 2013).
Hal inilah yang mendorong untuk melakukan praktek lapang demi mengetahui bagian-bagian tanaman dengan fungsinya untuk kebutuhan ternak baik dalam bentuk hijaun segar dan hujauan kering dan juga untuk mengtahui jenis-jenis rumput dan legum yang biasanya dikonsumsi oleh ternak serta mengetahui pengelolaan dan pemeliharaan tata laksana ladang dengan melalui pengolahan perkandangan dan pemeliharaan ternak.
Tumbuhan adalah makhluk ciptaan allah SWT yang dimana umat manusia dapat menggunakan sebagai bahan makanan dan sebagai bahan pakan untuk ternak itu sendiri, hal ini sesuai dengan firman allah SWT dalam Q.S. Al-An’am ayat 99 yang berbunyi :
uqèdurüÏ%©!$#tAtRr&z`ÏBÏä!$yJ¡¡9$#[ä!$tB$oYô_t÷zr'sù¾ÏmÎ/|N$t7tRÈe@ä.&äóÓx«$oYô_t÷zr'sùçm÷YÏB#ZŽÅØyzßl̍øƒUçm÷YÏB${6ym$Y6Å2#uŽtIBz`ÏBurÈ@÷¨Z9$#`ÏB$ygÏèù=sÛ×b#uq÷ZÏ%×puŠÏR#yŠ;M»¨Yy_urô`ÏiB5>$oYôãr&tbqçG÷ƒ¨9$#urtb$¨B9$#ur$YgÎ6oKô±ãBuŽöxîur>mÎ7»t±tFãB3(#ÿrãÝàR$#4n<Î)ÿ¾Ín̍yJrO!#sŒÎ)tyJøOr&ÿ¾ÏmÏè÷Ztƒur4¨bÎ)ÎûöNä3Ï9ºsŒ;M»tƒUy5Qöqs)Ïj9tbqãZÏB÷sãƒÇÒÒÈ                                            
Terjemahannya:
                Dan dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.

Pada ayat diatas telah memberikan kita penjelasan bahwa tumbuh-tumbuhan itu merupakan kekuasaan Allah SWT yang memiliki berbagai manfaat bagi seluruh makhluk hidup didunia yang dimana tumbuh-tumbuhan tumbuh dengan air hujan yang diturunkan Allah SWT ke bumi sebagai bentuk kekuasaan-Nya.
Selain dari Q.S.Al-An’am ayat 99, adapun juga yang menjelaskan ayat lain yang terdapat dalam Q.S.As-Sajdah ayat 27 yang berbunyi :
                                                                                                                                    öNs9urr&(#÷rttƒ$¯Rr&ä-qÝ¡nSuä!$yJø9$#n<Î)ÇÚöF{$#Îãàfø9$#ßl̍÷ãYsù¾ÏmÎ/%Yæöyã@à2ù's?çm÷ZÏBöNßgßJ»yè÷Rr&öNåkߦàÿRr&ur(Ÿxsùr&tbrçŽÅÇö7ãƒÇËÐÈ

Terjemahan:
Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman yang daripadanya makan hewan ternak mereka dan mereka sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan?

B. Tujuan Praktek Lapang
Adapun tujuan dilakukannya praktek lapang adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses tata laksana ladang
2. Dapat mengetahui sistem pemeliharaan Hijauan Makanan Ternak (HMT)
3. Untuk mengetahui proses pengolahan Hijauan Makanan Ternak (HMT)
C. Kegunaan
Adapun kegunaan dari praktek lapang ini adalah dapat memberikan sumbangsi informasi bagi kalangan masyarakat, terkhusus akadimisi ilmu peternakan mengenai hijauan makanan ternak.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Hijauan
Hijaun secara umum merupakan sumber energi utama bagi ternak ruminansia yang berfungsi memelihara serta membangun tanah. Hampir 90% kebutuhanpokok ternak ruminansia bersumber dari hujauan sehingga ternak sering dijuluki sebagai mesin berbahan baku hijaun yang menghasilkan daging dan susu (Hasan, 2012).
Hijauan merupakan bahan pakan pokok yang biasanya dipenuhi dari rumput. Produksi susu sapi yang rendah dapat terjadi karena kuantitas dan kualitas rumput kurang baik terutama terjadi pada musim kemarau. Untuk mengatasi kekurangan rumput tersebut maka dapat dipakai bahan hijauan lain berupa daun kacang-kacangan (gliricidia, kaliandra, lamtoro, turi, enceng gondok dll) dan limbah pertanian (jerami padi, batang jagung, kelobot jagung dll). Jumlah hijauan yang diberikan sebagai pakan sapi perah berkisar 50-75% dari protein yang dibutuhkan atau perhitungan secara kasar kurang lebih 10 % berat badan (Apik, 2013).
Hijauan diartikan sebagai pakan yang mengandung serat kasar, atau bahan yang tak tercerna, relatif tinggi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ternak ruminansia membutuhkan sejumlah serat kasar dalam ransumnya agar proses pencernaan berjalan secara lancar dan optimal. Sumber utama dari serat kasar itu sendiri adalah hijauan (Siregar 1994).
Faktor tata laksana ladang sangat penting diketahui bagi para pelaku peternakan yaitu adalah tata laksana pengembalaan. Secara sederhana tata laksana adalah pola atau manajemen yang diterapkan oleh peternak dalam mengelola ladang prngembalaannya. Salah satu inti kegiataannya adalah pengelolaan hijauan pakan (Hasan, 2012).
      B. Jenis Hijaun Pakan
Hijauan pakan terbagi dalam 2 kelompok besar yaitu kelompok rumput (Graminae)dan kelompok legum (Leguminosae).Keduanya memiliki hubungan yang sangat erat sebagai penyedia hijauan pakan untuk ruminansia (Hasan, 2012).
Rumput merupakan tumbuhan monokotil, mempunyai sifat tumbuh, yaitu membentuk rumpun, tanaman dengan batang merayap pada permukaan, tanaman horisontal dengan merayap tetapi tetap tumbuh ke atas dan rumpun membelit (Siregar, 1994).
Rumputmerupakan jenis tanaman yang hanya memiliki 1 keping. Biasanya disebut tanaman berkeping satu karena embrionya memiliki satu kotiledon (Hasan, 2012).
Rumput dalam pengelompokkannya dibagi menjadi dua yaitu rumput potong dan rumput gembala. Yang termasuk dalam kelompok rumput potongan adalah rumput yang memenuhi persyaratan: memiliki produktivitas yang tinggi, tumbuh tinggi secara vertikal dan banyak anakan seerta responsif terhadap pemupukan.Termasuk kelompok ini antara lain: Pennisetum perpureum, Pannicum maximum, euchlaena mexicana, Setaria sphacelata, Pannicum coloratum dan Sudan grass (AAK, 1983).
Legum yaitu  tanaman kayu dan herba ciri khas berbentuk bunga kupu-kupu. Hijauan pakan jenis leguminosa (polong-polongan) memiliki sifat yang berbeda dengan rumput-rumputan, jenis legume umumnya kaya akan protein, Ca dan P. Leguminosa memiliki bintil-bintil akar yang berfungsi dalam pensuplai nitrogen, dimana di dalam bintil-bintil akar inilah bakteri bertempat tinggal dan berkembang biak serta melakukan kegiatan fiksasi nitrogen bebas dari udara, itulah sebabnya penanaman campuran merupakan sumber protein dan mineral yang berkadar tinggi bagi ternak, disamping memperbaiki kesuburan tanah. Contohnya: Kaliandra (Calliandra callothyrsus), Siratro (Macroptilium antropurpureum), Gamal (Gliricidia sepium), Lamtoro (Leucaena glauca), Banhinia (Rufescens lam) dan Turi (Sesbania Grandivora) (Tillman, 1991).
Legum merupakan jenis hijauan yang bijinya berkeping dua. Pada umumnya legum mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan Graminae (Hasan, 2012).
Hijauan segar dan hijauan kering dapat dibudidayakan dengan memperhatikan mutu hijauan tersebut yaitu sifat genetik dan lingkungan (keadaan tanah daerah, iklim dan perlakuan manusia) agar dapat memenuhi kebutuhan gizi makanan setiap ternak dan membantu peternak mengatasi kesulitan dalam pengadaan makanan ternak. Dalam mengusahakan tanaman makanan ternak untuk mandapatkan hijauan yang produktivitasnya tinggi maka perlulah tanaman makanan ternak diusahakan secara maksimal mulai dari pemilihan lokasi, pemetaan wilayah, pengelolaan tanah, pemilihan bibit, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, panen dan usaha–usaha untuk memepertahankan dan meningkatkan mutu (pascapanen) sampai dengan penanganan hijauan sebelum dikonsumsi ternak (Anonim¹, 2013).
Rumput gajah merupakan rumput yang sangat dikenal di indonesia, mempunyai berbagai nama antara lain: Elephant grass, napier grass, uganda grass dan rumput gajah. Rumput ini berasal dari Afrika dan Tropika. Rumput gajah merupakan tanaman tahunan (parennial), tumbuh tegak membentuk rumpun dan memiliki rhizoma yang pendek, perakaran cukup dalam, tinggi tanaman dapat mencapai 3-4, 5 meter dan apabila dibiarkan tumbuh bebas dapat setinggi 7 meter.  Panjang daun 30-120 cm dan lebar daun 10-50 mm. Pelepah daun berbulu dengan dasar bonggol yang berbulu.Batang tebal dan keras pada yang telah tua. Tipe bunga berbentuk spike (bulir) dengan panjang panicle 10-30 cm dan lebarnya 15-30 mm. Warna bunga kehijauan, kekuningan atau kecoklatan. Butiran dikelilingi oleh bulu-bulu yang kaku dan pendek (Apik, 2013).
Rumput gembala merupakan jenis rumput yang memiliki ciri-ciri antara lain : tumbuh pendek atau menjalar dengan stolon, tahan terhadap renggutan atau injakan, memiliki perakaran yang kuat dan tahan kekeringan. Termasuk kelompok ini antara lain: Brachiaria brizhantha, Brachiaria ruziziensis, Brachiaria mutica, Paspalum dilatatum, Digitaria decumbens, Choris gayana, African star grass (Cynodon plectostachyrus) (AAK, 1983).
Rumput ditinjau dari metode pemanfataannya terbagi ata dua yaitu rumput grazing dan rumput potong. Rumput grazingadalahrumput yang dikonsumsi oleh ternak langsung dilapangan. Biasanya tinggi rumput grazing dapat mencapai 2 meter diatas permukaan tanah, tahan terhadap injakan, serta tahan terhadap renggutan ternak. Sementara rumput potong adalah rumput yang dikonsumsi oleh ternak ruminansia melalui perantara peternaknya (dengan istilah cut and carry). Rumput potong pada umumnya berproduksi tinggi, tingginya dapat mencapai 10 meter diatas permukaan tanah, dan memerluhkan perhatian dalam pengelolaan pemanenan (Hasan, 2012).
Rumput gajah mempunyai beberapa varietas, antara lain varietas Afrika, varietas Hawai dan varietas Taiwan.Rumput gajah Taiwan ini termasuk spesies terbaik. Varietas lainnya seperti Afrika dan Hawai memiliki karesteristik yang berbeda dimana varietas Afrika yang ditandai dengan batang dan daun yang kecil, tumbuh tegak, berbunga dan produksi lebih rendah jika dibandingkan dengan rumput varietas hawai, sedangkan varietas Hawai ditandai dengan batang dan daun yang lebar, pertumbuhan rumpun sedikit menyebar, produksi cukup tinggi dan berbunga (Anonim², 2013).
Legum adalah kelompok hijauan lain yang merupakan unsur utama dalam usaha peternakan ruminansia. Legum pada umumnya mengandung protein  yang tinggi dibandingkan Graminae. Dalam salah satu cabang usaha peternakan ruminansia yakni fattening, keberadaan legum sangat dibutuhkan. Selain itu, legum juga memiliki fungsi yang sama dengan dengan Graminaedalam lingkungannya sebagai tanaman vegetasi dan pengendali erosi. Namun hal lain yang dimiliki legum adalah kemampuannya memfiksasi nitrogen di udara melalui bintil-bintil akarnya. Ada beberapa jenis legum terutama yang ada di Indonesia yaaitu Arachis, Sentro, Calopogonium musconoides, Macroptilum atropurpureum, Stylosanthes/Stilo, Lablab, Clitoria ternatea, Kaliandra colothyrsus, Gliricidia maculata, Leuchaena leucocephala, Sesbania grandiflora, Sesbania sesban, Bauhinia malabarica (Hasan, 2012).
Ternak-ternak dipelihara untuk dimanfaatkan tenaga/diambil hasilnya dengan cara mengembakbiakannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan para petani. Agar ternak peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan.Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk serta tenaga bagi ternakdewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dalam jumlah cukup. Pakan yang sering diberikan pada tenaga kerja antara lain berupa hijauan dan kosentrat (Anonim³, 2013).
C.Tata Laksana Ladang
Tatalaksana perkandangan merupakan salah satu faktor produksi yang belum mendapat perhatian dalam usaha peternakan sapi potong khususnya peternakan rakyat.Kontruksi kandang yang belum sesuai dengan persyaratan teknis dapat menganggu produktivitas ternak, kurang efisien dalam penggunaan tenaga kerja berdampak terhadap lingkungan sekitarnya. Kondisi kandang yang tidak luas, tidak nyaman dan tidak sehat akan menghambat produktivitas ternak itu sendiri (Anonim4, 2013).
Aspek manajemen tidak dapat dihitung jumlahnya dan juga sulit untuk mengukur keterampilan manajemen secara parsial.Penilaian dapat dilakukan hanya berdasarkan hasil akhir dari suatu kegiatan, apakah manajemennya baik atau buruk. Khususnya dalam bidang peternakan sapi perah terdapat istilah  General management (tatalaksanan peternakan)dan Pratical management (tatalaksana rutin peternakan).General management adalah pengelolaan semua factor produksi termasuk pemasaran, sedangkan Practical management adalah tatalaksana rutin yang dijalankan sehari-hari yang berkaitan dengan ternaknya (Chiho yuki, 2013).
Menurut  Edo(2012) untuk mendapatkan hasil yang memuaskan terhadap budi daya tanaman makanan ternak perlu perlakuan pengelolaan yang baik dan cepat untuk mendapatkan pertumbuhan, produksi dan mutu tanaman yang tinggi. Pengelolaan ini mulai dari pemilihan lokasi, pemilihan bibit sebagai bahan penanaman dan pengolahan tanah dan penanaman.
          1. Pemilihan lokasi
Dalam menentukan tempat atau lokasi yang hendak dipakai sebagai area penanaman hijauan, baik sebagai produksi potongan ataupun penggembalaan,
2. Pemilihan bibit dan bahan penanaman
Pemilihan bibit sekiranya sesuai dengan lingkungan setempat, mudah dikembangkan dan dikelola dan kemungkinan bisa memberikan produksi yang lebih tinggi.Sedangkan bahan penanaman yang umum dipergunakan sebagai bibit ialah biji, pols dan stek.
3.Pengolahan tanah dan penanaman
Maksud pengolahan tanah yaitu untuk mempersiapkan media tumbuh yang optimal bagi suatu tamanan dan umumnya dilakukan pada akhir musim kemarau.Sedangkan tahap-tahap pengolahan tanah yang baik meliputi land-clearing, pembajakan dan penggaruan.
Penanaman dimulai pada awal musim penghujan, segera setelah tanah itu selesai diolah dengan sempurna.Hijauan yang ditanam dengan syarat produktivitas persatuan luas cukup tinggi, nilai palatabilitasnya cukup baik, toleran terhadap lingkungan (mampu dan cepat beradaptasi dengan tanah dan iklim setempat), mudah dikembangbiakkan dan nilai gizinya cukup tinggi (Suyitman, 2003).
     D. Sistem Pemeliharaan Hijauan Makanan Ternak
Tanaman yang berkualitas tinggi selain dari tata laksana ladangnya, yang harus diperhatiaka adalah pelaksanaan pemeliharaannya. Pelaksanan pemeliharaan diantaranya dengan cara pemberantasan siangan (weeds), pendangiran dan pemupukan ulangan. Siangan yang tumbuh berupa rumput-rumput liar atau tanaman-tanaman penganggu disingkirkan.Pendangiran dilakukan guna untuk menggemburkan kembali tanah yang menjadi padat akibat terjadinya hujan lebat.Pemupukan ulang berarti memberikan kembali pupuk atau zat-zat makan dalam tanah yang hilang pada tanaman agar perkembangannya semakin baik dan juga memperbaiki struktur tanah tersebut (Edo, 2013).
Kesuburan tanah akan merosot jika tanah tersebut sering ditanami dan tidak pernah diberi pupuk. Agar peternak memperoleh produksi hijauan secara kontinyu, maka salah satu jalan yang harus ditempuh ialah memperbaiki keadaan tanah dengan jalan pendangiran, pemupukan dan pemanenan yang tepat.Hijauan bisa dipupuk dengan pupuk buatan ataupun pupuk organik seperti pupuk kandang ataupun pupuk kompos (Kartadisastra, 1997).
Setelah melakukan peremajaan, selanjutnya tanaman dipotong mengambil bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah, baik oleh manusia ataupun oleh renggutan ternak itu sendiri sewaktu digembalakan yang disebut defoliasi. Defoliasi dilakukan pada saat akhir vegetatif atau menjelang berbunga (Edo,2012).
Perlakuan pemupukan dapat diberikan setelah penanaman, seperti pemberian N, P dan K bersamaan setelah tanam, sedangkan untuk pupuk N seperti pupuk urea dapat diberikan 15-20 hari setelah tanam selain itu juga dapat digunakan pupuk kandang. Pada tanaman penghasil hijauan pupuk nitrogen dibutuhkan dalam perbandingan yang lebih tinggi dibandingkan dari penghasil biji.Pupuk P dan K dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak. Pemberantasan hama dapat secara mekanis, ditangkap dengan tangan atau pakai jala, sedangkan pemberantasan penyakit dengan penyemprotan fungisida atau membongkar dan membuang tanaman yang diserang penyakit (Pratomo, 1986).
Seperti diketahui secara umum, ternak tidak dapat melangsungkan kehidupannya tanpa adanya asupan pakan.Produktivitas ternak tinggi jika asupan pakannya seimbang yakni tercukupi baik dari segi kualitas maupun kuantitas pakan.Pakan memiliki peran yang penting bagi ternak, baik bagi pemenuhan kebutuhan hidup pokok, bunting, laktasi, produksi (telur, daging dan susu) maupun untuk kepentingan kesehatan ternak yang bersangkutan. Karena ternak jika salah diberi pakan juga dapat menimbulkan penyakit yang merugikan bagi ternak dan peternak.Jenis pakan yang umumnya diberikan pada ternak adalah hijauan dan konsentrat (Kanisius, 1983).
Maksud pengolahan tanah yaitu untuk mempersiapkan media tumbuh yang optimal bagi suatu tamanan dan umumnya dilakukan pada akhir musim kemarau.Sedangkan tahap-tahap pengolahan tanah yang baik meliputi land-clearing, pembajakan dan penggaruan.
a.     Membersihkan areal (Land-clearing)
Bermaksud membersihkan areal terhadap pepohonan, semaksemak dan alang-alang atau tumbuh-tumbuhan lainnya denganmempertimbangkanbeberapa jenis pepohonan sebagai pelindung, peneduh dan pencegah erosi.
b.    Pembajakan (Ploughing)
Bermaksud untuk memecah lapisan tanah menjadi bongkah-bongkah sehingga mempercepat proses mineralisasi bahan-bahan organik. 
c.     Penggaruan (Harrowing)
Penggaruan atau penggemburan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan besar menjadi struktur remah, sekaligus membersihkan sisa-sisa perakaran tumbuh-tumbuhan liar.
Penanaman dimulai pada awal musim penghujan, segera setelah tanah itu selesai diolah dengan sempurna.Hijauan yang ditanam dengan syarat produktivitas persatuan luas cukup tinggi, nilai palatabilitasnya cukup baik, toleran terhadap lingkungan (mampu dan cepat beradaptasi dengan tanah dan iklim setempat), mudah dikembangbiakkan dan nilai gizinya cukup tinggi (Suyitman, 2003).
Tanah akan mempengaruhi padang rumput sesuai dengan kandungan humusnya,kompenen zat gizinya seperti keseimbangan nitrogen, kadar pospat yang tersedia serta unsur-unsur renik seperti tembaga dan seng. Misalnya bila kadar nitrogen tanah rendah, maka kandungan  nitrogen padang rumput akan rendah dan rumput akan tumbuh lambat (Reskohadiprodjo, 1985).


BAB III
METODE PRAKTEK LAPANG
A. Waktu dan Tempat
Kegiatan praktek lapang Ilmu Hijauan Pakan dan Tata Laksana Ladang dilakukan pada hari Kamis05Desember 2013 pukul 10.00 Wita -Selesaibertempat Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan, Desa Pabbentengang, Kec. Bajeng, Kab. Gowa, Provinsi Sul-Sel
B. Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara, mahasiswa mendatangi responden. Usahakan  memperoleh data
obyektif. Data penunjang dapat diperoleh dari  masyarakat. Mahasiswa
menemui staf atau karyawan untuk  mendapatkan informasi dari responden
yang diwawancarai di Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi
Selatan  Desa Pabbentengang Kec. Bajeng Kab. Gowa.Berkomunikasi
secara langsung dengan cara pewancara berhadapan muka (face to face
Communication)dengan sasaran seperti, obrolan ditempat peternakan,
mengunjungi rumah warga, dan pendekatan langsung dengan petani ternak
serta bersosialisasi secara langsung dengan petani ternak.
2.Observasi, dengan melakukan pengamatan secara langsung atas keadaan responden serta keadaan yang terjadi di daerah penelitian atau praktikum. Responden menjelaskan kepada mahasiswa mengenai ruang lingkup tentang Pertanian dan Peternakan dan cara Pengelolaannya yang ada di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan.
    3. Mencatat, salah satu penunjang praktek lapang . Pada saat responden satu 
persatumengenai Pertanian dan Peternakan dan mahasiswamencatat         informasi yang dianggap penting.                                     
Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah dengan metode observasi dengan melihat secara langsung dan merekam segala kejadian di lapangan dan metode wawancara juga dilakukan dalam pembuatan laporan ini yaitu dengan bertatap langsung dengan peternak dan memberikan sejumlah pertanyaan.Dalam hal ini yang diteliti adalah breeding ternak dan hijauan, feeding dan manejemen pengolahan perkandangan, pemeliharaan ternak, tata laksana ladang, sistem pemeliharaan manejemen hijauan makanan ternak dan pengolahan pakan ternak dan pengolahan limbah padat dan cair
C. Pengolahan Data
1.Jenis Hijauan BPTP
 2. Pengolahan Limbah Padat dan Cair
 3. Proses Pembuatan Pakan
 4.Breeding
    5. Feeding
6. Manajemen Pemeliharaan


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
     1. Gambaran lokasi BPTP (Kebun Percobaan Gowa)
Kebun percobaan Gowa terletak di Desa Pabbentengang, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, yaitu sekitar 25 km dari pusat Kota Makassar. Kebun percobaan gowa merupakan pelaksana teknis dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan yang berfungsi sebagai sarana untuk teknologi yang dihasilkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan, verifikasi teknologi sebelum disebarluaskan kepada pengguna serta sarana untuk melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak guna melakukan pengkajian, pengujian dan pemanfaatan lahan.
Selain melaksanakan mandat yang diberikan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Kebun Percobaan Gowa mempunyai tugas pokok memberdayakan lahan, melakukan budidaya sapi potong dan melakukan budidaya hijauan makanan ternak.
Pada tahun 1985-1995 kegiatan Balai Penelitian Ternak Bogor yang berlokasi di Sulawesi Selatan diperluas dengan membentuk kantor Sub Balai Penelitian Ternak Gowa yang berlokasi di Desa Pabbentengang, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa dengan areal seluas 99 hektar. Kemudian pada tahun 1996 sampai dengan tahun 2001 Sub Balai Penelitian Tanaman Serat Bajeng memiliki lahan seluas 50 hektar menggabungkan diri dengan Sub Balai Penelitian Ternak Gowa. Nama gabungan kedua kantor tadi menjadi Kantor Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Gowa (IP2TP Gowa) yang menginduk pada kantor Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara. Pada tahun 2001 sampai sekarang kantor IP2TP Gowa berganti nama menjadi kantor Kebun Percobaan Gowa yang menginduk pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Kemudia pada tahun 2005, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan menyerahkan seluruh areal bekas sub Balai Pnelitian Tanaman Serat Bajeng (seluas 50 hektar) kepada Balai Penelitian Tanaman Sereal yang sekarang menjadi Percobaan Bajeng.
Denah Kebun Percobaan Gowa
 










 Sumber:Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan
Secara administrasi Desa Pabbentengang terletak di wilayah timur Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa, yang merupakan salah satu Desa dari 10 Desa dan 4 Kelurahan dan Wilayah Desa Pabbentengangsecara administrasi dibatasi oleh wilayah Kabupaten dan Kecamatan serta Desa tetangga.
a. Demografi/ batas Desa
1.   Sebelah Utara                               :  Berbatasan dengan Desa
                                           Paraikatte dan  Desa Bontoramba
                                                              Kecamatan Palangga
              2. Sebelah Selatan                :  Berbatasan dengan DesaLassang,
Kabupaten Takalar
3. Sebelah Barat                   :  Berbatasan dengan Desa Maccinibaji
4. Sebelah Timur                  :  Berbatasan dengan Desa Towota,
                                           Kabupaten Takalar
b. Jarak dari pusat administrasi
1. Jarak dari ibu kota Kecamatan 7 km       
2. Jarak dari ibu kota Kabupaten 20 km
3. Jarak dari ibu kota Provinsi 25 km
c. Topografi
Keadaan topografi Desa Pabbentengang merupakan daerah daratan di ketinggian antara 300-500 dpi (di atas permukaan laut).


2.Struktur dari BPTP
Struktur Organisasi BPTP Sulawesi Selatan saat ini berdasarkan surat keputusan Menteri pertanian terdiri dari kepala, Sub Bagian tata usaha dan seksi pelayanan teknik, serta kelompok jabatan fungsional peneliti, penyuluh, teknisi litkayasa dan fungsional lainnya telah dibentuk kelompok fungsional.

Kelompok Fungsional
Sie. Pelayanan Teknik
Sub. Bagian tata Usaha
KEPALA BALAI
 








3. Luas dan penggunaan lahan dari BPTP
Luas areal kebun percobaan Gowa adalah 961.702 M2.Sesuai dengan sertifikat No.AA. 123809 tanggal 05 april 1990. Sarana dan prasana yang dimiliki kebun percobaan Gowa meliputi tanah, gedung kantor, laboratorium, perpustakaan, green house, kandang sapi, bengkel peralatan, rumah dinas, ternak sapi, traktor, sepeda motor dan kendaraan roda empat.




B. Pembahasan
1.Jenis Hijauan BPTP
Di BPTP Hijauan makanan ternak (HMT) terdiri dari 31 jenis – jenis koleksi makanan dan rata-rata HMT tersebut berasal di luar negeri kecuali 1 yang dari Enrekang (Maiwa).
No.
NAMA
No.
NAMA
1
Brachiaria Hybrid
CV. Mulato
17
Digitari Milanjiana
CV. Jarra
2
Panicum Maximum
People Gunio
18
Panicum SP
3
Arachis Pintoii
ATF 2320
19
Urocloa Pullans
CPI 60147
4
Arachis Pintoii
CV. Amarolla
20
Clitoria Ternatea
CPI 58569
5
Arachis Pintoii
ATF 495
21
Centrosema Plumeri
CPI 58568
6
Stylosanthes Guianensis
Ciat 184
22
Desmanthus Penambulanius
7
Stylosanthes Guianensis
ATF 3308
23
Arachis SP
CV. Maiwa
8
Stylosanthes Hamata
24
Desmodium Rensonii
9
Panicum  Maximum
CV. Rivisdale
25
Codariocalys Giroides
10
Panicum  Insfectum
26
Centrosema Pubescens
CV. Sentro
11
Paspalum Atratum
CV. He-Gene
27
Flamengia Congesta
12
Setaria Spachelata
CV. Spelanda
28
Tripsacum Andersoni
13
Brachiaria Brizantha
CV. Toledo
29
Macroptilium Atropurparium
CV. Siratro
14
Brachiaria Decumbens
CV. Basilik
30
Kelsaphole
15
Brachiaria Humidicola
CV. Tolli
31
Macroptilium Bractiatum
49747
16
Digitaria Milanjiana
CV. Stichland


Sumber: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan
2. Pengolahan Limbah Padat dan Cair
    a. Biogas
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknyaÿ biogas yang diinginkan. Lahanÿ yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.
Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran ternak dapat langsung disalurkan kedalam digester. Disamping digester harus dibangun juga penampung sludge (lumpur) dimana slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair.
Setelah pengerjaan digester selesai maka mulai dilakukan prosespembuatanbiogas dengan langkah langkah sebagai berikut:
1.      Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan kedalam digester
2.      Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.
3.      Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 - 5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
4.      Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala.
5.      Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal.
Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk memasak juga mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui.
          b. Bio Urine
Alat yang harus disiapkan téh Drum Plastik, Pengaduk dari kayu, Timbangan, Literan, Gayung, Ember, Jerigen, Saringan, Botol, Lumpang dan Alu. Untuk bahan utamanya Urine Sapi 60 liter, sedangkan bahan pendukungnya mah Air Tanah 40 liter, Jahe 1 kg, Kunyit 1 kg, Kencur 1 kg, Laos 2 kg, Temulawak 2 kg, Temuireng 2 kg, Jengkol 2 kg, Terasi ½ kg, Daun Lamtoro ½ kg, Air Gula Merah 2 liter dan Em Tani 1 liter.
Pada langkah awal jahe, kunyit, kencur, laos, temulawak, temuireng, jengkol, dan daun lamtoro téh ditumbuk sampai halus. Semua bahan yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam drum plastik. Selanjutnya masukan juga urine sapi, lalu aduk-aduk.
Berikutnya terasi dihaluskan, kemudian campurkan dengan air gula dan EmTani. Setelah didiamkan selama 2 jam, masukan ke dalam drum. Tambahkan air dan aduk semua bahan sampai tercampur rata (homogen). Lalu drum ditutup rapat.
Pada minggu pertama lakukan pengadukan sebanyak 2 kali. Jangan lupa, setelah diaduk drum ditutup lagi. Setelah 3 minggu cairan bio pestisida téh disaring lalu dimasukkan ke dalam jerigen dan ditutup. Ampasnya bisa dijadikan untuk bahan kompos atau digunakan langsung sebagai pupuk. Simpanlah jerigen ditempat yang sejuk dan tidak kena sinar matahari. Apabila jerigen menggelembung, buka tutupnya untuk membuang akumulasi gas yang terbentuk oleh proses permentasi. Bio pestisida bisa digunakan apabila pembentukan gas telah terhenti. Jika tidak langsung digunakan, dapat dikemas sesuai kebutuhan, misalnya dengan menggunakan botol plastik.
Pemanpaatan urine sebagai bahan pestisida organik memberikan dua manpaat sekaligus, yaitu sebagai alternatip pengendalian hama tanaman secara alami yang aman bagi lingkungan dan menjadi solusi dalam penanganan limbah ternak sapi, khususnya limbah cair.
     3. Pembuatan Pupuk Organik
Cara membuat pupuk organik yaitu dari fermentasi kotoran sapi sehingga menjadi pupuk organik yang bagus. Cara membuatnya yaitu :
a.    feses sapi yang bercampur dengan urine dan residu pakan dalam kandang kolektif dikeluarkan dan dikering anginkan (kadar air 55-65%)
b.    dimasukkan ke dalam bak pengomposan yang dinaungi, sehingga terlindung dari hujan dan dari matahari.
c.    Feses di sebar secara merata pada dasar bak setebal 20 cm dipercik air, ditaburi urea, ditaburi urea, ditaburi probiotik abu sekam padi dengan takaran 1 kg urea (0,1 %), 2,5 kg (0,25) probiotik dan 100 kg (10%) abu sekam padi per ton  bahan feses
d.   Diatas lapisan pertama dihamparkan kembali bahan feses setebal 20 cm secara merata. Ditaburi urea, probiotik dan abu sekam padi seperti yang diberikan pada lapisan pertama
e.    Lanjutkan dengan lapisan ke 3, ke 4 dan ke 5 (tebal bahan maksimal 5 lapis x 20 cm = 100 cm)
f.     Di bagian atas lapisan feses yang ke 5 akhirnya ditutup dengan terpal atau penutup sejenisnya
g.    Seminggu sekali isi bak dibolak balik dengan cangkul dan sekop
h.    Pada minggu ke 3 proses fermentasi selesai di tandai dengan suhu bahan yang sudah konstan/ tetap (tidak naik dan tidak turun suhunya)
i.      Kompos yang dikeluarkan dari bak-bak pengomposan, dikering anginkan, disaring dengan penyaring pasir yang kasar dan hasil saringannya sudah dapat langsung digunakan sebagai pupuk organik (pada minggu ke 2  biasanya terjadi kenaikan temperatur, pada feses ini sebaiknya temperatur diamati terus sampai mencapai temperatur puncak (antara 60o C- 70o C), pada minggu ke 3 temperatur menurun. Apabila suhu sudah konstan berarti proses pengomposan selesai)
j.      Apabila pupuk organik ini belum mau digunakan, maka dapat disimpan dalam kantong yang tertutup.
3. Proses Pembuatan Pakan
Manajemen pengelolahan hijuan makanan ternak yaitu pakan hijauan diberikan ini terlebih dahulu dicincang dengan menggunakan mesin pencincang rumput (chopper) sedangkan pakan konsentrat diberikan pada bak-bak penampungan pakan.Ternak yang dipelihara untuk tujuan pengemukan perlu diberikan pakan non-hijauan atau pakan penguat. Disamping karena kandungan proteinnyaa lebih tinggi, pakan penguat juga memberikan pertambahan berat badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hijauan, atas dasar inilah sehingga penggunaan pakan penguat (konsentrat) pada perusahaan ini mendapat perhatian yang cukup besar oleh pihak manajemen.
Jerami segar (kadar air 80%) dijemur selama 4-5 hari kering (kadar air menjadi 60%). Kemudian ditumpuk pada bak fermentasi setebal kira-kira 20 cm.
Ditaburi serbuk bio starter sebanyak 0,6 % dan urea sebanyak 0,6% secara merata. Kedalam tumpukan jerami dipercikkan air dengan menggunakan gembor halus agar merata.setelah selesai mengerjakan pada lapisan jerami/ tumpukan jerami yang pertama, maka diatasnya dihampar kembali jerami setebal 20 cm secara merata dan diperlakukan seperti pada hamparan jerami yang pertama.demikian dilakukan terus sampai tersusun 5 lapisan yang masing-masing tebalnya 20 cm.
Tebal tumpukan jerami seluruhnya 1 meter. Bagian atas ditutup dengan terpal atau bahan penutup lainnya agar proses fermentasi dapat berlangsung sempurnah. Dibiarkan selama 3 minggu.Pada minggu ke 3 dilakukan pembalikan jerami.Hasil fermentasi dikeringkan ditempat yang ternaungi dari hujan dan matahari.
4. Breeding
Proses breeding ternak pada perusahaan ini melalui usaha pengadaan sapi dengan adanya kelahiran ternak berdasarkan pengelompokan perkawinan maupun pengadaan sapi melalui usaha pembelian dari luar perusahaan.Pengadaan sapi melalui pengelompokan perkawinan dapat dilakukan dengan mengusahakan kelahiran ternak dari induk-induk ternak yang sudah diseleksi untuk dijadikan sebagai induk sapi yang berpeluang besar melahirkan anak sesuai yang diharapkan. Dari ternak yang susah diseleksi tersebut, kemudian dilepaskan ke lokasi pengembalaan dengan menggunakan dua sistem pengelompokan perkawinan yaitu kelompok perkawinan bila special breed, dari hasil perkawinan ini menghasilkan bibit unggul yang diberi nama Bila Special Breed atau lebih dikenal dengan istilah “Bis Breed”. Teknologi pembibitan sapi yang diterapkan cukup maju antara lain teknologi IB (Inseminasi Buatan), sperma sexing dan embrio transfer dibawah supervisi UNHAS dan LIPI.  PT. BULI  juga memiliki holding ground sapi Bali berkapasitas 700 ekor.
Kelompok perkawinan komersil, kelompok ini dikatakan kelompok perkawinan special karena dari hasil perkawinan sapi yang pertumbuhannya cepat dengan kualitas daging yang tinggi, pada kelompok perkawinan ini dipilih sapi jenis: bali dara (peranakan onggole) dikawinkan dengan pejatan bali gundul (tidak bertanduk), induk onggole (SO, PO) dikawinkan dengan sapi pejantan onggole (SO) dan induk BX dikawinkan dengan onggol (SO). Jenis sapi yang dihasilkan dari kelompok perkawinan ini diberi nama“Komersil Bila Cross” atau yang lebih dikenal dengan istilah “Kalbi Cross”.
Agar persediaan ternak sapi potong tetap stabil, maka pihak perusahaan juga mengusahakan pengadaan sapi melalui usaha pembelian dari luar perusahaan.  Pembelian sapi yang dilakukan perusahaan selama ini pada umumnya berasal dari petani dan perusahaan-perusahaan lain disekitar lokasi.
     5. Feeding
Feeding merupakan pemberian pakan untuk ternak dimana pemberian pakan (feeding) untuk ternak dilakukan dengan adlibitum setiap hari, baik itu pakan hijauan maupun konsentrat dengan presentase 70% konsentrat dan 30% hijauan.Jenis hijauan yang biasa diberikan yaitu rumput dan legume, pada perusahaan ini rumput yang paling banyak dikembangkan adalah rumput gajah dan legum yang dikembangbiakkan adalah sentro (Centrosema pubescens).Pakan hijauan yang diberikan meliputi rumput gajah, rumput alam maupun jerami padi, yang diberikan pada pagi dan sore hari, setelah pakan konsentratnya diberikan.Karena letak kebun rumput yang agak jauh diberi lokasi kandang penggemukan maka untuk mengangkut rumput tersebut digunakan 2 unit traktor gandengan.
Pakan hijauan diberikan ini terlebih dahulu dicincang dengan menggunakan mesin pencincang rumput (chopper).Pencincangan ini dimaksudkan untuk mempermudah perenggutan sekaligus mengurangi hijauan yang terbuang saat perenggutan, sedangkan pakan konsentrat diberikan pada bak-bak penampungan pakan.
Adapun pemberian air pada sistem feedlot dilakukan setiap hari pada saat sanitasi kandang yaitu pagi hari dan penambahan kembali pada sore hari untuk kebutuhan ternak pada malam hari.
     6. Manajemen Pemeliharaan
1. Penggemukan Sapi
Yang paling untuk penggemukan sapi adalah sapi berumur 2-2,5 tahun. Hal ini di karenakan  pada usia tersebut tulang-tulang sapi sudah terbentuk secara sempurna sehingga proses penggemukan dapat dilakukan secara efektif. Ciri-ciri penggemukan sapi yaitu biasanya dapat mengetahui dengan darpi gigi sapi tersebut. Untuk usia 2 tahun biasanya gigi seroi sapi sudah berganti besar 2-4 buah. Apabila lebih dari itu biasanya usia sapi sudah berumur 3 tahun.
Dalam pemilihan sapi selain usia, hal lain yang lebih penting adalah masalah fisik sapi. Fisik sapi yang baik meliputi panjang tubuhnya, tampilan depan dan belakang.
Jangka waktu pemilaharaan ini tergantung dari tujuan peternak, apakah memelihara dengan jangka pendek (3-4 bulan) atau jangka panjang (6-12 bulan).
Jenis pakan adalah campuran antara pakan hijauan kosentrat.Pakan jenis kosentrat sebaiknya diberikan ternak pada pagi dan sore hari, sedangkan pada jenis hijauan kadang-kadang diberikan. Adapun tahap-tahap yang harus diperhatikan dalam penggemukan sapi yaitu:
Perkandangan
·    Ukuran kandang per ekor 3 x 1,15 m dengan lantai tanah/papan
·    Tempat pakan dengan ukuran lebar 50 cm, dalam 30 cm, panjang 60 cm, terletak 0,5 m dari permukaan tanah.
Pemberian Pakan
·      Komposisi pakan hijauan yang diberikan terdiri dari limbah daun jagung 70%, rumput gajah 30%.  Hijauan yang diberikan sebanyak 10% dari bobot badan, bervariasi antara 8,68 – 22,54 kg, pemberian dilakukan dua kali, yaitu pagi dan sore hari.
·      Pakan tambahan yang diberikan adalah dedak sebanyak 1,5 kg per ekor per hari dengan pemberian pada pagi hari sebelum pemberian pakan hijauan.  Pemberian mineral garam dan air minum tersedia penuh sepanjang hari (adlibitum).
·      Penambahan dedak 1% dari bobot badan (1,5 kg/ekor/hari) mampu menaikkan bobot badan dari 122,79 kg menjadi 156,37 kg atau terdapat kenaikan bobot badan 33,57 kg, sehingga didapatkan rata-rata pertambahan bobot badan harian 0,52 kg/ekor/hari.
Pengendalian Hama dan Penyakit
·      Pencegahan penyakit dilakukan dengan pemberian vitamin B-Plex, pemberian antibiotik Piroxy yang dilakukan secara kontinyu setiap 2 minggu sekali 10-20 cc per ekor.
·      Obat cacing diberikan setiap 2 bulan sekali 1 tablet Rintal Bolliu. 
2. Manajemen Pemeliharaan Ternak
Manajemen pemeliharaan ternak pada perusahaan ini menerapkan sebagian besar adalah extensif rearing sistem, dimana ternak-ternak tersebut dilepas di dalam paddock sepanjang tahun, akan tetapi ada sebagian kelas sapi dipelihara secara intensif (sapihan, jantan muda, dan bull). Sistem ini bertujuan untuk mempercepat perbaikan kondisi tubuh induk sapi.
Masalah kesehatan sapi yang digemukkan juga merupakan masalah yang sangat diperhatikan oleh manajemen perusahaan.Hal ini disebabkan karena kesehatan ternak merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha penggemukan. Ternak sapi yang kesehatannya terganggu akan menyebabkan menurunnya kemampuan ternak tersebut mengkonsumsi pakan, sehingga proses penggemukan sapi akan terhambat.
Sapi-sapi di perusahaan senantiasa dijaga kesehatannya dengan memperhatikan higien sapi, lingkungan serta tindakan pencegahan penyakit berupa pemberian obat cacing melalui mulut, mandi obat (dipping), injeksi vitamin B kompleks dan injeksi teerramcyn.
Untuk mengantisipasi terjadinya masalah jika ternak sakit tidak diketahui oleh pekerja, maka dilakukan pengontrolan rutin.Pengontrolan terhadap kondisi ternak yang ada dalam kandang dilakukan setiap hari yaitu pada saat pemberian pakan dan setelah pemberian pakan.
3. Manajemen Perkandangan
Manajemen perkandangan dengan sistem feedlot yaitu sistem dengan ternak dikandangkan dan pakan diberikan dalam kandang tersebut. Pada unit penggemukan Bila River Ranch memiliki 8 unit kandang penggemukan yang masing-masing dinamakan kandang A, B, C, D, F, G, H. masing-masing kadang dibagi menjadi 10 petak. Setiap petak kandang yang luasnya 24 m2 (4m x 6m) dapat menampung 20 ekor sapi muda atau 10 ekor sapi dewasa.
Sapi-sapi yang digemukkan pada unit Bila Ranch River terdiri dari dua fase yaitu fase starter dan fase growser.Sapi yang tergolong pada fase strarter yaitu sapi dengan berat 100 – 175 kg, sedangkan sapi yang tergolong sapi growser yaitu sapi dengan berat 176 – 250 kg.
Pembersihan kandang yang dilakukan meliputi pembersihan lantai kandang, tempat makanan dan bak air minum dari sisa-sisa makanan, karena hal tersebut dapat menyebabkan terkontaminasinya makanan dengan bakteri atau kuman yang dapat membawa bibit penyakit. Pembersihan lantai kandang dari kotoran ternak dilakukan dengan cara menyiramkan air kemudian didorong ke saluran pembuangan yang ada di dalam kandang untuk kemudian diteruskan oleh aliran air ke tempat pembuangan yang ada dibelakang kandang.


BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Adapun kesimulan dari praktek lapang kali ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui proses tata laksana ladang dengan cara kostruksi perkandangan sesuai dengan persyaratan sehingga tidak mengganggu produktivitas ternak.
2.      Untuk mengetahui sistem pemeliharaan hijauan pakan ternak dengan melalukan dan melaksanan pemeliharaan diantaranya dengan cara pemberantasan siangan (weeds), pendangiran dan pemupukan ulangan. Siangan yang tumbuh berupa rumput-rumput liar atau tanaman-tanaman penganggu disingkirkan.Pemupukan ulang berarti memberikan kembali pupuk atau zat-zat makan dalam tanah yang hilang pada tanaman agar perkembangannya semakin baik dan juga memperbaiki struktur tanah tersebut
3.      Untuk mengetahui proses pengolahan hijauan makanan ternak dengan cara menaburi serbuk bio starter sebanyak 0,6  % secara merata. Ke dalam tumpukan jerami dipercikkan air dengan menggunakan gembor halus agar merata. Setelah selesai mengerjakan pada lapisan jerami/ tumpukan jerami yang pertama, maka diatasnya di hampar kembali jerami setebal 20 cm secara merata dan diperlakukan seperti pada hamparan jerami lapisan yang pertama. Demikian dilakukan terus sampai tersusun 5 lapisan yang masing-masing tebalnya 20 cm.
B.     Saran
Adapun saran pada praktek lapang ini adalah sebaiknya waktu yang digunakan dalam pengambilan data diperpanjang agar dapat mengetahui lebih banyak pengetahuan dari lapangan.


DAFTAR PUSTAKA
AAK.Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Yogyakarta: Yayasan Kanisius. 1983.

Anonim¹. 2013. Beralih ke Sapi.http://Sapi2010.wordpress.com/. 2010.  Diakses pada tanggal 7 Desember 2013.

Anonim². 2013. Hijauan Pakan Ternak.http://ilmuternakkita.blogspot.com/.
Diakses pada tanggal 7Desember 2013.

Anonim3.2013. Pakan Ternak. http://www.wordpress.com. Diakses pada tanggal
8  Desember 2013.

Anonim4. 2013. Hijauan Pakan Ternak.http://www.id.wikipedia.com. Diakses
            pada tanggal 8 Desember 2013.

Apik. 2013.Jenis Pakan Ternak. http://apikdewefppundip2011.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 7Desember 2013.

CihoYuki.2013.Tata Laksana Ladang.http://Herisusilo73.com/.Diakses pada tanggal 7 Desember 2013.

Edo.2013. Hijauan Makanan Ternak. http://ediskoe.blogspot.com/?expref=next-blog. Diakses pada tanggal 7Desember 2013.

Hasan, Syamsuddin.Hijaun Pakan Tropik.Bogor: IPB Press.2012.

Siregar, S.B. Ransum Ternak Ruminansia.  Jakarta: PT. Penebar Swadaya. 1994
Suyitman, dkk.Agrostologi. Padang: Fakultas Peternakan Universitas Andalas. 2003. 

Tillman, A.D., Hartadi, H. Reksohadiprojo, S., Prawirokusumo, S., Lebdosoekojo, S. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 1991.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar