LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG
ILMU HIJAUAN PAKAN TERNAK DAN
TATA LAKSANA LADANG
(PET
– 2315)
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Melulusi Mata Kuliah Ilmu
Hijauan Pakan Ternak dan Tata
Laksana Ladang
Ternak (Pet-2315)
Pada Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains
Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar
Oleh:
ARDIANSYAH
60700112049
|
JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Laporan Lengkap Praktek LapangIlmu Hijauan Pakan dan Tata Laksana Ladang(Pet-2315)
Laporan : Sebagai Salah Satu Syarat Melulusi Mata
KuliahIlmu Hijauan Pakan dan Tata Laksana Ladang (Pet-2315) Pada
Jurusan Ilmu Peternrakan Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Nama : Ardiansyah
Kelas : B
Telah
diperiksa dan disetujui oleh Asisten dan
Koordinator Asisten dan dinyatakan diterima.
Samata,
Desember2013
Koordinator Asisten Asisten
Wahyudir Kadir,
S.Pt Rismawati
Nim:60700111061
Mengetahui
Dosen
Penanggung Jawab
Dr. Ir. Abd. Latief
Fattah, M.Sc
NIP:
Tanggal
Pengesahan :Desember 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hijaun pakan adalah semua jenis
tanaman hijaun yang dapat dikonsumsi oleh ternak ruminansia, tidak meracuni
ternak dan zat gizinyadapat memenuhi kebutuhan hidup ternak. Menurut Humpreys
(1981), sejak 10.000 atau 15.000 tahun yang lampau orang telah mengenal famili
rerumputan seperti beras, gandum dan jewawut. Kemudian berkembanglah
pengetahuan-pengetahuan spesialisasi tentang pemuliabiakan (tanaman dan hewan)
untuk memperoleh varietas yang lebih baik dan metode produksi yang lebih
efisien (Hasan, 2012).
Makanan
hijauan merupakan semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk
daun-daunan.Kelompok tanaman ini adalah rumput (graminae), leguminosa
dan tumbuh-tumbuhan lainnya.Kelompok hijauan biasanya disebut makanan kasar.
Hijauan yang diberikan ke ternak ada dalam bentuk hijauan segar dan hijauan
kering. Hijauan segar adalah makanan yang berasal dari hijauan dan diberikan ke
ternak dalam bentuk segar. Sedangkan hijauan kering adalah hijauan yang
diberikan ke ternak dalam bentuk kering (hay) atau disebut juga jerami
kering (Edo, 2013).
Hal inilah yang mendorong untuk melakukan praktek lapang
demi mengetahui bagian-bagian tanaman dengan fungsinya untuk kebutuhan ternak
baik dalam bentuk hijaun segar dan hujauan kering dan juga untuk mengtahui
jenis-jenis rumput dan legum yang biasanya dikonsumsi oleh ternak serta
mengetahui pengelolaan dan pemeliharaan tata laksana ladang dengan melalui
pengolahan perkandangan dan pemeliharaan ternak.
Tumbuhan adalah makhluk ciptaan allah SWT yang
dimana umat manusia dapat menggunakan sebagai bahan makanan dan sebagai bahan
pakan untuk ternak itu sendiri, hal ini sesuai dengan firman allah SWT dalam
Q.S. Al-An’am ayat 99 yang berbunyi :
uqèdurüÏ%©!$#tAtRr&z`ÏBÏä!$yJ¡¡9$#[ä!$tB$oYô_t÷zr'sù¾ÏmÎ/|N$t7tRÈe@ä.&äóÓx«$oYô_t÷zr'sùçm÷YÏB#ZÅØyzßlÌøUçm÷YÏB${6ym$Y6Å2#utIBz`ÏBurÈ@÷¨Z9$#`ÏB$ygÏèù=sÛ×b#uq÷ZÏ%×puÏR#y;M»¨Yy_urô`ÏiB5>$oYôãr&tbqçG÷¨9$#urtb$¨B9$#ur$YgÎ6oKô±ãBuöxîur>mÎ7»t±tFãB3(#ÿrãÝàR$#4n<Î)ÿ¾ÍnÌyJrO!#sÎ)tyJøOr&ÿ¾ÏmÏè÷Ztur4¨bÎ)ÎûöNä3Ï9ºs;M»tUy5Qöqs)Ïj9tbqãZÏB÷sãÇÒÒÈ
Terjemahannya:
Dan dialah yang menurunkan air
hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam
tumbuh-tumbuhan Maka kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang
menghijau. kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak;
dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun
anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak
serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan
pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.
Pada
ayat diatas telah memberikan kita penjelasan bahwa tumbuh-tumbuhan itu
merupakan kekuasaan Allah SWT yang memiliki berbagai manfaat bagi seluruh
makhluk hidup didunia yang dimana tumbuh-tumbuhan tumbuh dengan air hujan yang
diturunkan Allah SWT ke bumi sebagai bentuk kekuasaan-Nya.
Selain dari Q.S.Al-An’am ayat 99, adapun juga yang
menjelaskan ayat lain yang terdapat dalam Q.S.As-Sajdah ayat 27 yang berbunyi :
öNs9urr&(#÷rtt$¯Rr&ä-qÝ¡nSuä!$yJø9$#n<Î)ÇÚöF{$#Îãàfø9$#ßlÌ÷ãYsù¾ÏmÎ/%Yæöyã@à2ù's?çm÷ZÏBöNßgßJ»yè÷Rr&öNåkߦàÿRr&ur(xsùr&tbrçÅÇö7ãÇËÐÈ
Terjemahan:
Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya kami menghalau (awan yang
mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu kami tumbuhkan dengan air hujan itu
tanaman yang daripadanya makan hewan ternak mereka dan mereka sendiri. Maka
apakah mereka tidak memperhatikan?
B. Tujuan
Praktek Lapang
Adapun tujuan dilakukannya praktek lapang adalah
sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui proses tata laksana ladang
2.
Dapat mengetahui sistem pemeliharaan Hijauan Makanan Ternak (HMT)
3. Untuk mengetahui proses
pengolahan Hijauan Makanan Ternak (HMT)
C.
Kegunaan
Adapun
kegunaan dari praktek lapang ini adalah dapat memberikan sumbangsi informasi
bagi kalangan masyarakat, terkhusus akadimisi ilmu peternakan mengenai hijauan
makanan ternak.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Gambaran Umum Hijauan
Hijaun secara
umum merupakan sumber energi utama bagi ternak ruminansia yang berfungsi
memelihara serta membangun tanah. Hampir 90% kebutuhanpokok ternak ruminansia
bersumber dari hujauan sehingga ternak sering dijuluki sebagai mesin berbahan
baku hijaun yang menghasilkan daging dan susu (Hasan, 2012).
Hijauan merupakan bahan pakan pokok yang biasanya dipenuhi
dari rumput. Produksi susu sapi yang rendah dapat terjadi karena kuantitas dan
kualitas rumput kurang baik terutama terjadi pada musim kemarau. Untuk
mengatasi kekurangan rumput tersebut maka dapat dipakai bahan hijauan lain
berupa daun kacang-kacangan (gliricidia, kaliandra, lamtoro, turi, enceng
gondok dll) dan limbah pertanian (jerami padi, batang jagung, kelobot jagung
dll). Jumlah hijauan yang diberikan sebagai pakan sapi perah berkisar 50-75%
dari protein yang dibutuhkan atau perhitungan secara kasar kurang lebih 10 %
berat badan (Apik, 2013).
Hijauan
diartikan sebagai pakan yang mengandung serat kasar, atau bahan yang tak
tercerna, relatif tinggi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ternak ruminansia
membutuhkan sejumlah serat kasar dalam ransumnya agar proses pencernaan
berjalan secara lancar dan optimal. Sumber utama dari serat kasar itu
sendiri adalah hijauan (Siregar 1994).
Faktor tata
laksana ladang sangat penting diketahui bagi para pelaku peternakan yaitu
adalah tata laksana pengembalaan. Secara sederhana tata laksana adalah pola
atau manajemen yang diterapkan oleh peternak dalam mengelola ladang
prngembalaannya. Salah satu inti kegiataannya adalah pengelolaan hijauan pakan
(Hasan, 2012).
B. Jenis Hijaun Pakan
Hijauan pakan terbagi dalam 2 kelompok besar yaitu kelompok rumput (Graminae)dan kelompok legum (Leguminosae).Keduanya memiliki hubungan
yang sangat erat sebagai penyedia hijauan pakan untuk ruminansia (Hasan, 2012).
Rumput
merupakan tumbuhan monokotil, mempunyai sifat tumbuh, yaitu membentuk rumpun,
tanaman dengan batang merayap pada permukaan, tanaman horisontal dengan merayap
tetapi tetap tumbuh ke atas dan rumpun membelit (Siregar, 1994).
Rumputmerupakan
jenis tanaman yang hanya memiliki 1 keping. Biasanya disebut tanaman berkeping
satu karena embrionya memiliki satu kotiledon (Hasan, 2012).
Rumput dalam pengelompokkannya
dibagi menjadi dua yaitu rumput potong dan rumput gembala. Yang termasuk
dalam kelompok rumput potongan adalah rumput yang memenuhi persyaratan:
memiliki produktivitas yang tinggi, tumbuh tinggi secara vertikal dan banyak
anakan seerta responsif terhadap pemupukan.Termasuk kelompok ini antara lain: Pennisetum
perpureum, Pannicum maximum, euchlaena mexicana, Setaria sphacelata, Pannicum
coloratum dan Sudan grass (AAK, 1983).
Legum yaitu tanaman kayu dan herba
ciri khas berbentuk bunga kupu-kupu. Hijauan pakan jenis leguminosa
(polong-polongan) memiliki sifat yang berbeda dengan rumput-rumputan, jenis
legume umumnya kaya akan protein, Ca dan P. Leguminosa memiliki
bintil-bintil akar yang berfungsi dalam pensuplai nitrogen, dimana di dalam
bintil-bintil akar inilah bakteri bertempat tinggal dan berkembang biak serta
melakukan kegiatan fiksasi nitrogen bebas dari udara, itulah sebabnya penanaman
campuran merupakan sumber protein dan mineral yang berkadar tinggi bagi ternak,
disamping memperbaiki kesuburan tanah. Contohnya: Kaliandra (Calliandra
callothyrsus), Siratro (Macroptilium antropurpureum), Gamal (Gliricidia
sepium), Lamtoro (Leucaena glauca), Banhinia (Rufescens lam)
dan Turi (Sesbania Grandivora) (Tillman, 1991).
Legum merupakan jenis hijauan
yang bijinya berkeping dua. Pada umumnya legum mengandung protein yang lebih
tinggi dibandingkan dengan Graminae
(Hasan, 2012).
Hijauan segar dan hijauan kering dapat
dibudidayakan dengan memperhatikan mutu hijauan tersebut yaitu sifat genetik
dan lingkungan (keadaan tanah daerah, iklim dan perlakuan manusia) agar dapat
memenuhi kebutuhan gizi makanan setiap ternak dan membantu peternak mengatasi
kesulitan dalam pengadaan makanan ternak. Dalam mengusahakan tanaman makanan
ternak untuk mandapatkan hijauan yang produktivitasnya tinggi maka perlulah
tanaman makanan ternak diusahakan secara maksimal mulai dari pemilihan lokasi,
pemetaan wilayah, pengelolaan tanah, pemilihan bibit, penanaman, pemupukan,
pemeliharaan, panen dan usaha–usaha untuk memepertahankan dan meningkatkan mutu
(pascapanen) sampai dengan penanganan hijauan sebelum dikonsumsi ternak
(Anonim¹, 2013).
Rumput gajah merupakan rumput yang sangat dikenal di
indonesia, mempunyai berbagai nama antara lain: Elephant grass, napier
grass, uganda grass dan rumput gajah. Rumput ini berasal dari Afrika dan
Tropika. Rumput gajah merupakan tanaman tahunan (parennial), tumbuh
tegak membentuk rumpun dan memiliki rhizoma yang pendek, perakaran cukup
dalam, tinggi tanaman dapat mencapai 3-4, 5 meter dan apabila dibiarkan tumbuh
bebas dapat setinggi 7 meter. Panjang daun 30-120 cm dan lebar daun
10-50 mm. Pelepah daun berbulu dengan dasar bonggol yang berbulu.Batang tebal
dan keras pada yang telah tua. Tipe bunga berbentuk spike (bulir) dengan
panjang panicle 10-30 cm dan lebarnya 15-30 mm. Warna bunga kehijauan,
kekuningan atau kecoklatan. Butiran dikelilingi oleh bulu-bulu yang kaku dan
pendek (Apik, 2013).
Rumput gembala merupakan jenis rumput
yang memiliki ciri-ciri antara lain : tumbuh pendek atau menjalar dengan
stolon, tahan terhadap renggutan atau injakan, memiliki perakaran yang kuat dan
tahan kekeringan. Termasuk kelompok ini antara lain: Brachiaria
brizhantha, Brachiaria ruziziensis, Brachiaria mutica, Paspalum dilatatum,
Digitaria decumbens, Choris gayana, African star grass (Cynodon
plectostachyrus) (AAK, 1983).
Rumput ditinjau dari metode
pemanfataannya terbagi ata dua yaitu rumput grazing
dan rumput potong. Rumput grazingadalahrumput
yang dikonsumsi oleh ternak langsung dilapangan. Biasanya tinggi rumput grazing dapat mencapai 2 meter diatas
permukaan tanah, tahan terhadap injakan, serta tahan terhadap renggutan ternak.
Sementara rumput potong adalah rumput yang dikonsumsi oleh ternak ruminansia
melalui perantara peternaknya (dengan istilah cut and carry). Rumput potong
pada umumnya berproduksi tinggi, tingginya dapat mencapai 10 meter diatas
permukaan tanah, dan memerluhkan perhatian dalam pengelolaan pemanenan (Hasan,
2012).
Rumput gajah mempunyai beberapa
varietas, antara lain varietas Afrika, varietas Hawai dan varietas
Taiwan.Rumput gajah Taiwan ini termasuk spesies terbaik. Varietas lainnya
seperti Afrika dan Hawai memiliki karesteristik yang berbeda dimana varietas
Afrika yang ditandai dengan batang dan daun yang kecil, tumbuh tegak, berbunga
dan produksi lebih rendah jika dibandingkan dengan rumput varietas hawai,
sedangkan varietas Hawai ditandai dengan batang dan daun yang lebar,
pertumbuhan rumpun sedikit menyebar, produksi cukup tinggi dan berbunga (Anonim², 2013).
Legum adalah kelompok hijauan
lain yang merupakan unsur utama dalam usaha peternakan ruminansia. Legum pada
umumnya mengandung protein yang tinggi
dibandingkan Graminae. Dalam salah
satu cabang usaha peternakan ruminansia yakni fattening, keberadaan legum sangat dibutuhkan. Selain itu, legum juga
memiliki fungsi yang sama dengan dengan Graminaedalam
lingkungannya sebagai tanaman vegetasi dan pengendali erosi. Namun hal lain
yang dimiliki legum adalah kemampuannya memfiksasi nitrogen di udara melalui
bintil-bintil akarnya. Ada beberapa jenis legum terutama yang ada di Indonesia
yaaitu Arachis, Sentro, Calopogonium
musconoides, Macroptilum atropurpureum, Stylosanthes/Stilo, Lablab, Clitoria
ternatea, Kaliandra colothyrsus, Gliricidia maculata, Leuchaena leucocephala,
Sesbania grandiflora, Sesbania sesban, Bauhinia malabarica (Hasan, 2012).
Ternak-ternak dipelihara untuk dimanfaatkan
tenaga/diambil hasilnya dengan cara mengembakbiakannya sehingga dapat
meningkatkan pendapatan para petani. Agar ternak peliharaan tumbuh sehat dan
kuat, sangat diperlukan pemberian pakan.Pakan memiliki peranan penting bagi
ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup
dan menghasilkan produk serta tenaga bagi ternakdewasa. Fungsi lain dari pakan
adalah untuk memelihara daya tahan tubuh kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai
dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu
baik dalam jumlah cukup. Pakan yang sering diberikan pada tenaga kerja antara
lain berupa hijauan dan kosentrat (Anonim³, 2013).
C.Tata Laksana Ladang
Tatalaksana perkandangan merupakan salah satu faktor produksi yang belum mendapat perhatian dalam
usaha peternakan sapi potong khususnya peternakan rakyat.Kontruksi kandang yang
belum sesuai dengan persyaratan teknis dapat menganggu produktivitas ternak,
kurang efisien dalam penggunaan tenaga kerja berdampak terhadap lingkungan
sekitarnya. Kondisi kandang yang tidak luas, tidak nyaman dan tidak sehat akan
menghambat produktivitas ternak itu sendiri (Anonim4, 2013).
Aspek manajemen tidak dapat dihitung jumlahnya
dan juga sulit untuk mengukur keterampilan manajemen secara parsial.Penilaian
dapat dilakukan hanya berdasarkan hasil akhir dari suatu kegiatan, apakah
manajemennya baik atau buruk. Khususnya dalam bidang peternakan sapi perah terdapat
istilah General management (tatalaksanan peternakan)dan Pratical management (tatalaksana
rutin peternakan).General management adalah pengelolaan semua factor
produksi termasuk pemasaran, sedangkan Practical management adalah tatalaksana rutin yang
dijalankan sehari-hari yang berkaitan dengan ternaknya (Chiho yuki, 2013).
Menurut Edo(2012) untuk mendapatkan hasil yang memuaskan terhadap budi
daya tanaman makanan ternak perlu perlakuan pengelolaan yang baik dan cepat
untuk mendapatkan pertumbuhan, produksi dan mutu tanaman yang tinggi.
Pengelolaan ini mulai dari pemilihan lokasi, pemilihan bibit sebagai bahan
penanaman dan pengolahan tanah dan penanaman.
1. Pemilihan lokasi
Dalam
menentukan tempat atau lokasi yang hendak dipakai sebagai area penanaman
hijauan, baik sebagai produksi potongan ataupun penggembalaan,
2. Pemilihan bibit dan bahan penanaman
Pemilihan bibit sekiranya sesuai
dengan lingkungan setempat, mudah dikembangkan dan dikelola dan kemungkinan
bisa memberikan produksi yang lebih tinggi.Sedangkan bahan penanaman yang umum
dipergunakan sebagai bibit ialah biji, pols dan stek.
3.Pengolahan
tanah dan penanaman
Maksud pengolahan tanah yaitu untuk
mempersiapkan media tumbuh yang optimal bagi suatu tamanan dan umumnya
dilakukan pada akhir musim kemarau.Sedangkan tahap-tahap pengolahan tanah yang
baik meliputi land-clearing, pembajakan dan penggaruan.
Penanaman dimulai pada awal musim
penghujan, segera setelah tanah itu selesai diolah dengan sempurna.Hijauan yang
ditanam dengan syarat produktivitas persatuan luas cukup tinggi, nilai
palatabilitasnya cukup baik, toleran terhadap lingkungan (mampu dan cepat
beradaptasi dengan tanah dan iklim setempat), mudah dikembangbiakkan dan nilai
gizinya cukup tinggi (Suyitman, 2003).
D. Sistem Pemeliharaan Hijauan Makanan
Ternak
Tanaman yang berkualitas tinggi
selain dari tata laksana ladangnya, yang harus diperhatiaka adalah pelaksanaan
pemeliharaannya. Pelaksanan pemeliharaan diantaranya dengan cara pemberantasan
siangan (weeds), pendangiran dan pemupukan ulangan. Siangan yang tumbuh
berupa rumput-rumput liar atau tanaman-tanaman penganggu
disingkirkan.Pendangiran dilakukan guna untuk menggemburkan kembali tanah yang
menjadi padat akibat terjadinya hujan lebat.Pemupukan ulang berarti memberikan
kembali pupuk atau zat-zat makan dalam tanah yang hilang pada tanaman agar
perkembangannya semakin baik dan juga memperbaiki struktur tanah tersebut (Edo,
2013).
Kesuburan
tanah akan merosot jika tanah tersebut sering ditanami dan tidak pernah diberi
pupuk. Agar peternak memperoleh produksi hijauan secara kontinyu, maka salah
satu jalan yang harus ditempuh ialah memperbaiki keadaan tanah dengan jalan
pendangiran, pemupukan dan pemanenan yang tepat.Hijauan bisa dipupuk dengan pupuk
buatan ataupun pupuk organik seperti pupuk kandang ataupun pupuk kompos
(Kartadisastra, 1997).
Setelah
melakukan peremajaan, selanjutnya tanaman dipotong mengambil bagian tanaman
yang ada di atas permukaan tanah, baik oleh manusia ataupun oleh renggutan
ternak itu sendiri sewaktu digembalakan yang disebut defoliasi. Defoliasi dilakukan pada saat akhir vegetatif atau menjelang
berbunga (Edo,2012).
Perlakuan
pemupukan dapat diberikan setelah penanaman, seperti pemberian N, P dan K
bersamaan setelah tanam, sedangkan untuk pupuk N seperti pupuk urea dapat
diberikan 15-20 hari setelah tanam selain itu juga dapat digunakan pupuk
kandang. Pada tanaman penghasil hijauan pupuk nitrogen dibutuhkan dalam
perbandingan yang lebih tinggi dibandingkan dari penghasil biji.Pupuk P dan K
dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak. Pemberantasan hama dapat secara mekanis,
ditangkap dengan tangan atau pakai jala, sedangkan pemberantasan penyakit
dengan penyemprotan fungisida atau membongkar dan membuang tanaman yang diserang
penyakit (Pratomo, 1986).
Seperti
diketahui secara umum, ternak tidak dapat melangsungkan kehidupannya tanpa
adanya asupan pakan.Produktivitas ternak tinggi jika asupan
pakannya seimbang yakni tercukupi baik dari segi kualitas maupun
kuantitas pakan.Pakan memiliki peran yang penting bagi ternak, baik bagi
pemenuhan kebutuhan hidup pokok, bunting, laktasi, produksi (telur, daging dan
susu) maupun untuk kepentingan kesehatan ternak yang bersangkutan. Karena
ternak jika salah diberi pakan juga dapat menimbulkan penyakit yang merugikan
bagi ternak dan peternak.Jenis pakan yang umumnya diberikan pada ternak adalah
hijauan dan konsentrat (Kanisius, 1983).
Maksud
pengolahan tanah yaitu untuk mempersiapkan media tumbuh yang optimal bagi suatu
tamanan dan umumnya dilakukan pada akhir musim kemarau.Sedangkan
tahap-tahap pengolahan tanah yang baik meliputi land-clearing, pembajakan dan penggaruan.
a. Membersihkan
areal (Land-clearing)
Bermaksud
membersihkan areal terhadap pepohonan, semaksemak dan alang-alang atau tumbuh-tumbuhan
lainnya denganmempertimbangkanbeberapa
jenis pepohonan sebagai pelindung, peneduh dan pencegah erosi.
b. Pembajakan
(Ploughing)
Bermaksud
untuk memecah lapisan tanah menjadi bongkah-bongkah sehingga mempercepat proses
mineralisasi bahan-bahan organik.
c. Penggaruan
(Harrowing)
Penggaruan
atau penggemburan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan besar
menjadi struktur remah, sekaligus membersihkan sisa-sisa perakaran
tumbuh-tumbuhan liar.
Penanaman
dimulai pada awal musim penghujan, segera setelah tanah itu selesai diolah
dengan sempurna.Hijauan yang ditanam dengan syarat produktivitas persatuan luas
cukup tinggi, nilai palatabilitasnya cukup baik, toleran terhadap lingkungan
(mampu dan cepat beradaptasi dengan tanah dan iklim setempat), mudah
dikembangbiakkan dan nilai gizinya cukup tinggi (Suyitman, 2003).
Tanah
akan mempengaruhi padang rumput sesuai dengan kandungan humusnya,kompenen zat
gizinya seperti keseimbangan nitrogen, kadar pospat yang tersedia serta
unsur-unsur renik seperti tembaga dan seng. Misalnya bila kadar nitrogen tanah
rendah, maka kandungan nitrogen padang rumput akan rendah dan rumput
akan tumbuh lambat (Reskohadiprodjo, 1985).
BAB III
METODE
PRAKTEK LAPANG
A. Waktu dan Tempat
Kegiatan
praktek lapang Ilmu Hijauan Pakan
dan Tata Laksana Ladang dilakukan pada hari Kamis05Desember 2013 pukul 10.00 Wita -Selesaibertempat Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi
Selatan, Desa Pabbentengang, Kec. Bajeng, Kab. Gowa, Provinsi Sul-Sel
B. Metode
Pengumpulan Data
1.
Wawancara, mahasiswa mendatangi responden. Usahakan memperoleh data
obyektif.
Data penunjang dapat diperoleh dari
masyarakat. Mahasiswa
menemui staf atau karyawan
untuk mendapatkan informasi dari
responden
yang
diwawancarai di Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan
Pengembangan
Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi
Selatan Desa Pabbentengang Kec. Bajeng Kab.
Gowa.Berkomunikasi
secara
langsung dengan cara pewancara
berhadapan muka (face to face
Communication)dengan
sasaran seperti, obrolan ditempat
peternakan,
mengunjungi
rumah warga, dan pendekatan langsung dengan petani ternak
serta
bersosialisasi secara langsung dengan petani ternak.
2.Observasi,
dengan melakukan pengamatan secara langsung atas keadaan responden serta
keadaan yang terjadi di daerah penelitian atau praktikum. Responden menjelaskan
kepada mahasiswa mengenai ruang lingkup tentang Pertanian dan Peternakan dan
cara Pengelolaannya yang ada di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan.
3. Mencatat, salah satu penunjang praktek lapang . Pada saat responden satu
persatumengenai
Pertanian dan Peternakan dan mahasiswamencatat informasi yang dianggap penting.
Metode
yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah dengan metode observasi
dengan melihat secara langsung dan merekam segala kejadian di lapangan dan
metode wawancara juga dilakukan dalam pembuatan laporan ini yaitu dengan bertatap
langsung dengan peternak dan memberikan sejumlah pertanyaan.Dalam hal ini yang
diteliti adalah breeding ternak dan hijauan, feeding dan manejemen pengolahan
perkandangan, pemeliharaan ternak, tata laksana ladang, sistem pemeliharaan
manejemen hijauan makanan ternak dan pengolahan pakan ternak dan pengolahan limbah padat dan cair
C.
Pengolahan Data
1.Jenis Hijauan BPTP
2. Pengolahan Limbah Padat dan Cair
3. Proses Pembuatan Pakan
4.Breeding
5. Feeding
6. Manajemen Pemeliharaan
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Gambaran lokasi BPTP (Kebun
Percobaan Gowa)
Kebun percobaan
Gowa terletak di Desa Pabbentengang, Kecamatan
Bajeng, Kabupaten Gowa,
yaitu sekitar 25 km
dari pusat Kota
Makassar. Kebun
percobaan gowa merupakan pelaksana teknis dari Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sulawesi
Selatan yang berfungsi sebagai sarana untuk teknologi yang
dihasilkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan,
verifikasi teknologi sebelum disebarluaskan kepada pengguna serta sarana untuk
melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak guna melakukan pengkajian,
pengujian dan pemanfaatan lahan.
Selain melaksanakan mandat yang diberikan oleh Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Kebun Percobaan Gowa mempunyai
tugas pokok memberdayakan lahan, melakukan budidaya sapi potong dan melakukan
budidaya hijauan makanan ternak.
Pada tahun 1985-1995 kegiatan Balai Penelitian Ternak
Bogor yang berlokasi di Sulawesi Selatan diperluas dengan membentuk kantor Sub
Balai Penelitian Ternak Gowa yang berlokasi di Desa Pabbentengang, Kecamatan
Bajeng, Kabupaten Gowa dengan areal seluas 99 hektar. Kemudian pada tahun 1996
sampai dengan tahun 2001 Sub Balai Penelitian Tanaman Serat Bajeng memiliki
lahan seluas 50 hektar menggabungkan diri dengan Sub Balai Penelitian Ternak
Gowa. Nama gabungan kedua kantor tadi menjadi Kantor Instalasi Penelitian dan
Pengkajian Teknologi Pertanian Gowa (IP2TP Gowa) yang menginduk pada kantor
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara. Pada tahun 2001 sampai
sekarang kantor IP2TP Gowa berganti nama menjadi kantor Kebun Percobaan Gowa
yang menginduk pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan.
Kemudia pada tahun 2005, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan
menyerahkan seluruh areal bekas sub Balai Pnelitian Tanaman Serat Bajeng
(seluas 50 hektar) kepada Balai Penelitian Tanaman Sereal yang sekarang menjadi
Percobaan Bajeng.
Denah Kebun Percobaan Gowa
Sumber:Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan
Secara
administrasi Desa Pabbentengang terletak di wilayah timur Kecamatan Bajeng
Kabupaten Gowa, yang merupakan salah satu Desa dari 10 Desa dan 4 Kelurahan dan
Wilayah Desa Pabbentengangsecara administrasi dibatasi oleh wilayah Kabupaten
dan Kecamatan serta Desa tetangga.
a. Demografi/
batas Desa
1.
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa
Paraikatte
dan Desa Bontoramba
Kecamatan
Palangga
2. Sebelah
Selatan : Berbatasan dengan DesaLassang,
Kabupaten
Takalar
3. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Maccinibaji
4. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Towota,
Kabupaten
Takalar
b.
Jarak dari pusat administrasi
1.
Jarak dari ibu kota Kecamatan 7 km
2.
Jarak dari ibu kota Kabupaten 20 km
3.
Jarak dari ibu kota Provinsi 25 km
c.
Topografi
Keadaan
topografi Desa Pabbentengang merupakan daerah daratan di ketinggian antara
300-500 dpi (di atas permukaan laut).
2.Struktur
dari BPTP
Struktur
Organisasi BPTP Sulawesi Selatan saat ini berdasarkan surat keputusan Menteri
pertanian terdiri dari kepala, Sub Bagian tata usaha dan seksi pelayanan
teknik, serta kelompok jabatan fungsional peneliti, penyuluh, teknisi litkayasa
dan fungsional lainnya telah dibentuk kelompok fungsional.
Kelompok Fungsional
|
Sie. Pelayanan Teknik
|
Sub. Bagian tata Usaha
|
KEPALA BALAI
|
3.
Luas dan penggunaan lahan dari BPTP
Luas areal kebun
percobaan Gowa adalah 961.702 M2.Sesuai dengan sertifikat No.AA.
123809 tanggal 05 april 1990. Sarana dan prasana yang dimiliki kebun percobaan
Gowa meliputi tanah, gedung kantor, laboratorium, perpustakaan, green house,
kandang sapi, bengkel peralatan, rumah dinas, ternak sapi, traktor, sepeda
motor dan kendaraan roda empat.
B.
Pembahasan
1.Jenis Hijauan BPTP
Di BPTP Hijauan makanan ternak (HMT) terdiri dari 31
jenis – jenis koleksi makanan dan rata-rata HMT tersebut berasal di luar negeri
kecuali 1 yang dari Enrekang
(Maiwa).
No.
|
NAMA
|
No.
|
NAMA
|
1
|
Brachiaria Hybrid
CV.
Mulato
|
17
|
Digitari
Milanjiana
CV. Jarra
|
2
|
Panicum Maximum
People
Gunio
|
18
|
Panicum
SP
|
3
|
Arachis Pintoii
ATF
2320
|
19
|
Urocloa
Pullans
CPI 60147
|
4
|
Arachis Pintoii
CV.
Amarolla
|
20
|
Clitoria
Ternatea
CPI 58569
|
5
|
Arachis Pintoii
ATF 495
|
21
|
Centrosema
Plumeri
CPI 58568
|
6
|
Stylosanthes
Guianensis
Ciat 184
|
22
|
Desmanthus
Penambulanius
|
7
|
Stylosanthes
Guianensis
ATF 3308
|
23
|
Arachis
SP
CV. Maiwa
|
8
|
Stylosanthes
Hamata
|
24
|
Desmodium
Rensonii
|
9
|
Panicum Maximum
CV. Rivisdale
|
25
|
Codariocalys
Giroides
|
10
|
Panicum Insfectum
|
26
|
Centrosema
Pubescens
CV. Sentro
|
11
|
Paspalum
Atratum
CV. He-Gene
|
27
|
Flamengia
Congesta
|
12
|
Setaria
Spachelata
CV. Spelanda
|
28
|
Tripsacum
Andersoni
|
13
|
Brachiaria
Brizantha
CV. Toledo
|
29
|
Macroptilium
Atropurparium
CV. Siratro
|
14
|
Brachiaria
Decumbens
CV. Basilik
|
30
|
Kelsaphole
|
15
|
Brachiaria
Humidicola
CV. Tolli
|
31
|
Macroptilium
Bractiatum
49747
|
16
|
Digitaria
Milanjiana
CV. Stichland
|
|
|
Sumber: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi
Selatan
2. Pengolahan Limbah Padat dan Cair
a. Biogas
Bangunan utama
dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi untuk menampung gas metan
hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling
banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan
organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester
tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknyaÿ biogas yang
diinginkan. Lahanÿ yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk membuat
digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral,
bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.
Lokasi yang
akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran ternak dapat
langsung disalurkan kedalam digester. Disamping digester harus dibangun juga
penampung sludge (lumpur) dimana slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan
dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair.
Setelah
pengerjaan digester selesai maka mulai dilakukan prosespembuatanbiogas dengan
langkah langkah sebagai berikut:
1. Mencampur
kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada
bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan kedalam
digester
2. Mengalirkan
lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama kran
gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang
ada didalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan
lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.
3. Melakukan
penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen
segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester
3,5 - 5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya
terjadi proses fermentasi.
4. Membuang gas
yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang terbentuk adalah
gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentuk
gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4
54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala.
5. Pada hari ke-14
gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau
kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi
biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran
sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu
sehingga dihasilkan biogas yang optimal.
Pengolahan
kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk memasak juga
mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk
organik cair dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan
terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui.
b. Bio
Urine
Alat yang harus disiapkan téh Drum Plastik,
Pengaduk dari kayu, Timbangan, Literan, Gayung, Ember, Jerigen, Saringan,
Botol, Lumpang dan Alu. Untuk bahan utamanya Urine Sapi 60 liter, sedangkan
bahan pendukungnya mah Air Tanah 40 liter, Jahe 1 kg, Kunyit 1 kg,
Kencur 1 kg, Laos 2 kg, Temulawak 2 kg, Temuireng 2 kg, Jengkol 2 kg, Terasi ½
kg, Daun Lamtoro ½ kg, Air Gula Merah 2 liter dan Em
Tani 1 liter.
Pada langkah awal jahe, kunyit, kencur, laos, temulawak,
temuireng, jengkol, dan daun lamtoro téh ditumbuk sampai halus. Semua
bahan yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam drum plastik. Selanjutnya
masukan juga urine sapi, lalu aduk-aduk.
Berikutnya terasi dihaluskan, kemudian campurkan dengan
air gula dan EmTani. Setelah didiamkan selama 2 jam, masukan ke dalam drum.
Tambahkan air dan aduk semua bahan sampai tercampur rata (homogen). Lalu drum
ditutup rapat.
Pada minggu pertama lakukan pengadukan sebanyak 2 kali.
Jangan lupa, setelah diaduk drum ditutup lagi. Setelah 3 minggu cairan bio
pestisida téh disaring lalu dimasukkan ke dalam jerigen dan ditutup.
Ampasnya bisa dijadikan untuk bahan kompos atau digunakan langsung sebagai
pupuk. Simpanlah jerigen ditempat yang sejuk dan tidak kena sinar matahari.
Apabila jerigen menggelembung, buka tutupnya untuk membuang akumulasi gas yang
terbentuk oleh proses permentasi. Bio pestisida bisa digunakan apabila
pembentukan gas telah terhenti. Jika tidak langsung digunakan, dapat dikemas
sesuai kebutuhan, misalnya dengan menggunakan botol plastik.
Pemanpaatan urine sebagai bahan pestisida organik memberikan dua manpaat
sekaligus, yaitu sebagai alternatip pengendalian hama tanaman secara
alami yang aman bagi lingkungan dan menjadi solusi dalam penanganan limbah
ternak sapi, khususnya limbah cair.
3. Pembuatan Pupuk Organik
Cara membuat pupuk organik yaitu dari fermentasi
kotoran sapi sehingga menjadi pupuk organik yang bagus. Cara membuatnya yaitu :
a. feses
sapi yang bercampur dengan urine dan residu pakan dalam kandang kolektif
dikeluarkan dan dikering anginkan (kadar air 55-65%)
b. dimasukkan
ke dalam bak pengomposan yang dinaungi, sehingga terlindung dari hujan dan dari
matahari.
c. Feses
di sebar secara merata pada dasar bak setebal 20 cm dipercik air, ditaburi
urea, ditaburi urea, ditaburi probiotik abu sekam padi dengan takaran 1 kg urea
(0,1 %), 2,5 kg (0,25) probiotik dan 100 kg (10%) abu sekam padi per ton bahan feses
d. Diatas
lapisan pertama dihamparkan kembali bahan feses setebal 20 cm secara merata.
Ditaburi urea, probiotik dan abu sekam padi seperti yang diberikan pada lapisan
pertama
e. Lanjutkan
dengan lapisan ke 3, ke 4 dan ke 5 (tebal bahan maksimal 5 lapis x 20 cm = 100
cm)
f. Di
bagian atas lapisan feses yang ke 5 akhirnya ditutup dengan terpal atau penutup
sejenisnya
g. Seminggu
sekali isi bak dibolak balik dengan cangkul dan sekop
h. Pada
minggu ke 3 proses fermentasi selesai di tandai dengan suhu bahan yang sudah
konstan/ tetap (tidak naik dan tidak turun suhunya)
i. Kompos
yang dikeluarkan dari bak-bak pengomposan, dikering anginkan, disaring dengan
penyaring pasir yang kasar dan hasil saringannya sudah dapat langsung digunakan
sebagai pupuk organik (pada minggu ke 2
biasanya terjadi kenaikan temperatur, pada feses ini sebaiknya
temperatur diamati terus sampai mencapai temperatur puncak (antara 60o
C- 70o C), pada minggu ke 3 temperatur menurun. Apabila suhu sudah
konstan berarti proses pengomposan selesai)
j. Apabila
pupuk organik ini belum mau digunakan, maka dapat disimpan dalam kantong yang
tertutup.
3.
Proses Pembuatan Pakan
Manajemen
pengelolahan hijuan makanan ternak yaitu pakan hijauan diberikan ini terlebih
dahulu dicincang dengan menggunakan mesin pencincang rumput (chopper)
sedangkan pakan konsentrat diberikan pada bak-bak penampungan pakan.Ternak yang dipelihara untuk tujuan pengemukan perlu diberikan pakan
non-hijauan atau pakan penguat. Disamping karena kandungan proteinnyaa lebih
tinggi, pakan penguat juga memberikan pertambahan berat badan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan hijauan, atas dasar inilah sehingga penggunaan pakan
penguat (konsentrat) pada perusahaan ini mendapat perhatian yang cukup
besar oleh pihak manajemen.
Jerami
segar (kadar air 80%) dijemur selama 4-5 hari kering (kadar air menjadi 60%).
Kemudian ditumpuk pada bak fermentasi setebal kira-kira 20 cm.
Ditaburi
serbuk bio starter sebanyak 0,6 % dan urea sebanyak 0,6% secara merata. Kedalam
tumpukan jerami dipercikkan air dengan menggunakan gembor halus agar
merata.setelah selesai mengerjakan pada lapisan jerami/ tumpukan jerami yang
pertama, maka diatasnya dihampar kembali jerami setebal 20 cm secara merata dan
diperlakukan seperti pada hamparan jerami yang pertama.demikian dilakukan terus
sampai tersusun 5 lapisan yang masing-masing tebalnya 20 cm.
Tebal
tumpukan jerami seluruhnya 1 meter. Bagian atas ditutup dengan terpal atau
bahan penutup lainnya agar proses fermentasi dapat berlangsung sempurnah.
Dibiarkan selama 3 minggu.Pada minggu ke 3 dilakukan pembalikan jerami.Hasil
fermentasi dikeringkan ditempat yang ternaungi dari hujan dan matahari.
4.
Breeding
Proses breeding ternak pada perusahaan ini melalui
usaha pengadaan sapi dengan adanya kelahiran ternak berdasarkan pengelompokan
perkawinan maupun pengadaan sapi melalui usaha pembelian dari luar
perusahaan.Pengadaan sapi melalui pengelompokan perkawinan dapat dilakukan
dengan mengusahakan kelahiran ternak dari induk-induk ternak yang sudah
diseleksi untuk dijadikan sebagai induk sapi yang berpeluang besar melahirkan
anak sesuai yang diharapkan. Dari ternak yang susah diseleksi tersebut,
kemudian dilepaskan ke lokasi pengembalaan dengan menggunakan dua sistem pengelompokan
perkawinan yaitu kelompok perkawinan bila special breed, dari hasil
perkawinan ini menghasilkan bibit unggul yang diberi nama Bila Special Breed
atau lebih dikenal dengan istilah “Bis Breed”. Teknologi pembibitan sapi
yang diterapkan cukup maju antara lain teknologi IB (Inseminasi Buatan), sperma sexing dan
embrio transfer dibawah supervisi UNHAS dan LIPI. PT. BULI
juga memiliki holding ground sapi Bali berkapasitas 700
ekor.
Kelompok perkawinan komersil, kelompok ini
dikatakan kelompok perkawinan special karena dari hasil perkawinan sapi yang
pertumbuhannya cepat dengan kualitas daging yang tinggi, pada kelompok
perkawinan ini dipilih sapi jenis: bali dara (peranakan onggole) dikawinkan dengan
pejatan bali gundul (tidak bertanduk), induk onggole (SO, PO) dikawinkan dengan
sapi pejantan onggole (SO) dan induk BX dikawinkan dengan onggol (SO). Jenis
sapi yang dihasilkan dari kelompok perkawinan ini diberi nama“Komersil Bila
Cross” atau yang lebih dikenal dengan istilah “Kalbi Cross”.
Agar persediaan ternak sapi potong tetap stabil,
maka pihak perusahaan juga mengusahakan pengadaan sapi melalui usaha pembelian
dari luar perusahaan. Pembelian sapi yang dilakukan perusahaan selama ini
pada umumnya berasal dari petani dan perusahaan-perusahaan lain disekitar
lokasi.
5. Feeding
Feeding merupakan pemberian pakan untuk ternak
dimana pemberian pakan (feeding) untuk ternak dilakukan dengan adlibitum
setiap hari, baik itu pakan hijauan maupun konsentrat dengan presentase 70%
konsentrat dan 30% hijauan.Jenis hijauan yang biasa diberikan yaitu rumput dan
legume, pada perusahaan ini rumput yang paling banyak dikembangkan adalah
rumput gajah dan legum yang dikembangbiakkan adalah sentro (Centrosema pubescens).Pakan
hijauan yang diberikan meliputi rumput gajah, rumput alam maupun jerami padi,
yang diberikan pada pagi dan sore hari, setelah pakan konsentratnya diberikan.Karena letak kebun rumput yang agak jauh diberi lokasi kandang
penggemukan maka untuk mengangkut rumput tersebut digunakan 2 unit traktor
gandengan.
Pakan hijauan diberikan ini terlebih dahulu
dicincang dengan menggunakan mesin pencincang rumput (chopper).Pencincangan
ini dimaksudkan untuk mempermudah perenggutan sekaligus mengurangi hijauan yang
terbuang saat perenggutan, sedangkan pakan konsentrat diberikan pada bak-bak
penampungan pakan.
Adapun pemberian air pada sistem feedlot
dilakukan setiap hari pada saat sanitasi kandang yaitu pagi hari dan penambahan
kembali pada sore hari untuk kebutuhan ternak pada malam hari.
6. Manajemen Pemeliharaan
1. Penggemukan Sapi
Yang
paling untuk penggemukan sapi adalah sapi berumur 2-2,5 tahun. Hal ini di
karenakan pada usia tersebut
tulang-tulang sapi sudah terbentuk secara sempurna sehingga proses penggemukan
dapat dilakukan secara efektif. Ciri-ciri penggemukan sapi yaitu biasanya dapat
mengetahui dengan darpi gigi sapi tersebut. Untuk usia 2 tahun biasanya gigi
seroi sapi sudah berganti besar 2-4 buah. Apabila lebih dari itu biasanya usia
sapi sudah berumur 3 tahun.
Dalam
pemilihan sapi selain usia, hal lain yang lebih penting adalah masalah fisik
sapi. Fisik sapi yang baik meliputi panjang tubuhnya, tampilan depan dan
belakang.
Jangka
waktu pemilaharaan ini tergantung dari tujuan peternak, apakah memelihara
dengan jangka pendek (3-4 bulan) atau jangka panjang (6-12 bulan).
Jenis
pakan adalah campuran antara pakan hijauan kosentrat.Pakan jenis kosentrat
sebaiknya diberikan ternak pada pagi dan sore hari, sedangkan pada jenis
hijauan kadang-kadang diberikan. Adapun
tahap-tahap yang harus diperhatikan dalam penggemukan sapi yaitu:
Perkandangan
·
Ukuran kandang per ekor 3 x 1,15 m dengan lantai tanah/papan
·
Tempat pakan dengan ukuran lebar 50 cm, dalam 30 cm, panjang
60 cm, terletak 0,5 m dari permukaan tanah.
Pemberian
Pakan
·
Komposisi pakan hijauan yang diberikan terdiri dari limbah
daun jagung 70%, rumput gajah 30%. Hijauan yang diberikan sebanyak 10%
dari bobot badan, bervariasi antara 8,68 – 22,54 kg, pemberian dilakukan dua
kali, yaitu pagi dan sore hari.
·
Pakan tambahan yang diberikan adalah dedak sebanyak 1,5 kg
per ekor per hari dengan pemberian pada pagi hari sebelum pemberian pakan
hijauan. Pemberian mineral garam dan air minum tersedia penuh sepanjang
hari (adlibitum).
·
Penambahan dedak 1% dari bobot badan (1,5 kg/ekor/hari)
mampu menaikkan bobot badan dari 122,79 kg menjadi 156,37 kg atau terdapat
kenaikan bobot badan 33,57 kg, sehingga didapatkan rata-rata pertambahan bobot
badan harian 0,52 kg/ekor/hari.
Pengendalian Hama dan Penyakit
·
Pencegahan penyakit dilakukan dengan pemberian vitamin
B-Plex, pemberian antibiotik Piroxy yang dilakukan secara kontinyu setiap 2
minggu sekali 10-20 cc per ekor.
·
Obat cacing diberikan setiap 2 bulan sekali 1 tablet Rintal
Bolliu.
2. Manajemen
Pemeliharaan Ternak
Manajemen
pemeliharaan ternak pada perusahaan ini menerapkan sebagian besar adalah extensif rearing sistem, dimana
ternak-ternak tersebut dilepas di dalam paddock sepanjang tahun, akan
tetapi ada sebagian kelas sapi dipelihara secara intensif (sapihan, jantan
muda, dan bull). Sistem ini bertujuan untuk mempercepat perbaikan kondisi tubuh
induk sapi.
Masalah
kesehatan sapi yang digemukkan juga merupakan masalah yang sangat diperhatikan
oleh manajemen perusahaan.Hal ini disebabkan karena kesehatan ternak merupakan
salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha penggemukan. Ternak sapi
yang kesehatannya terganggu akan menyebabkan menurunnya kemampuan ternak
tersebut mengkonsumsi pakan, sehingga proses penggemukan sapi akan terhambat.
Sapi-sapi
di perusahaan senantiasa dijaga kesehatannya dengan memperhatikan higien sapi,
lingkungan serta tindakan pencegahan penyakit berupa pemberian obat cacing
melalui mulut, mandi obat (dipping), injeksi vitamin B kompleks dan
injeksi teerramcyn.
Untuk
mengantisipasi terjadinya masalah jika ternak sakit tidak diketahui oleh
pekerja, maka dilakukan pengontrolan rutin.Pengontrolan terhadap kondisi ternak
yang ada dalam kandang dilakukan setiap hari yaitu pada saat pemberian pakan
dan setelah pemberian pakan.
3. Manajemen
Perkandangan
Manajemen perkandangan dengan sistem feedlot
yaitu sistem dengan ternak dikandangkan dan pakan diberikan dalam kandang
tersebut. Pada unit penggemukan Bila River Ranch memiliki 8 unit kandang
penggemukan yang masing-masing dinamakan kandang A, B, C, D, F, G, H.
masing-masing kadang dibagi menjadi 10 petak. Setiap petak kandang yang luasnya
24 m2 (4m x 6m) dapat menampung 20 ekor sapi muda atau 10 ekor sapi
dewasa.
Sapi-sapi yang digemukkan pada unit Bila Ranch
River terdiri dari dua fase yaitu fase starter dan fase growser.Sapi
yang tergolong pada fase strarter yaitu sapi dengan berat 100 – 175 kg,
sedangkan sapi yang tergolong sapi growser yaitu sapi dengan berat 176 – 250
kg.
Pembersihan kandang yang dilakukan meliputi
pembersihan lantai kandang, tempat makanan dan bak air minum dari sisa-sisa
makanan, karena hal tersebut dapat menyebabkan terkontaminasinya makanan dengan
bakteri atau kuman yang dapat membawa bibit penyakit. Pembersihan lantai
kandang dari kotoran ternak dilakukan dengan cara menyiramkan air kemudian
didorong ke saluran pembuangan yang ada di dalam kandang untuk kemudian
diteruskan oleh aliran air ke tempat pembuangan yang ada dibelakang kandang.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun
kesimulan dari praktek lapang kali ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses tata laksana ladang dengan cara kostruksi
perkandangan sesuai dengan persyaratan sehingga tidak mengganggu produktivitas
ternak.
2. Untuk mengetahui sistem pemeliharaan hijauan pakan ternak
dengan melalukan dan melaksanan pemeliharaan
diantaranya dengan cara pemberantasan siangan (weeds), pendangiran dan pemupukan ulangan. Siangan yang tumbuh
berupa rumput-rumput liar atau tanaman-tanaman penganggu disingkirkan.Pemupukan
ulang berarti memberikan kembali pupuk atau zat-zat makan dalam tanah yang
hilang pada tanaman agar perkembangannya semakin baik dan juga memperbaiki
struktur tanah tersebut
3. Untuk mengetahui proses pengolahan hijauan makanan ternak
dengan cara menaburi serbuk bio starter sebanyak
0,6 % secara merata. Ke dalam tumpukan
jerami dipercikkan air dengan menggunakan gembor halus agar merata. Setelah
selesai mengerjakan pada lapisan jerami/ tumpukan jerami yang pertama, maka
diatasnya di hampar kembali jerami setebal 20 cm secara merata dan diperlakukan
seperti pada hamparan jerami lapisan yang pertama. Demikian dilakukan terus sampai
tersusun 5 lapisan yang masing-masing tebalnya 20 cm.
B.
Saran
Adapun
saran pada praktek lapang ini adalah sebaiknya waktu yang digunakan dalam
pengambilan data diperpanjang agar dapat mengetahui lebih banyak pengetahuan
dari lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
AAK.Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan
Perah. Yogyakarta: Yayasan Kanisius. 1983.
Anonim¹. 2013. Beralih
ke Sapi.http://Sapi2010.wordpress.com/.
2010. Diakses pada tanggal 7
Desember 2013.
Diakses pada
tanggal 7Desember 2013.
8 Desember 2013.
pada
tanggal 8 Desember 2013.
Apik. 2013.Jenis Pakan Ternak. http://apikdewefppundip2011.wordpress.com/.
Diakses pada tanggal 7Desember 2013.
Edo.2013. Hijauan Makanan
Ternak.
http://ediskoe.blogspot.com/?expref=next-blog.
Diakses pada tanggal 7Desember 2013.
Hasan, Syamsuddin.Hijaun
Pakan Tropik.Bogor: IPB Press.2012.
Siregar, S.B. Ransum Ternak Ruminansia. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. 1994
Suyitman,
dkk.Agrostologi. Padang: Fakultas
Peternakan Universitas Andalas. 2003.
Tillman,
A.D., Hartadi, H. Reksohadiprojo, S., Prawirokusumo, S., Lebdosoekojo, S. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press. 1991.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar