Senin, 23 Desember 2013

Laporan Biokimia "Vitamin"

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA NUTRISI TERNAK (PET 2314)
Vitamin

Disusun Oleh :
                                            Nama                        : ARDIANSYAH
                                            Nim/Kelas                 : 60700112049/B
                                            Kelompok                 : I (Satu)
                                            Jurusan                      : ILMU PETERNAKAN
                                            Asisten                       : MAGHFIRAH BAHARUDDIN     
LABORATORIUM ILMU PETERNAKAN
JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2013
 LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Biokimia Nutrisi Ternak, yang berjudul “Vitamin” disusun oleh:
Nama               : Ardiansyah
Nim                 : 60700112049
Kelompok       : I (Satu)
Jurusan            : Ilmu Peternakan
Telah diperiksa dengan teliti oleh asisten dan koordinator asisten dan dinyatakan diterima sebagai laporan lengkap.
                                                  Gowa,    Desember 2013
           Koordinator Asisten                                                                             Asisten
        (        Nurwahidah. J      )                                                            ( Maghfirah Baharuddin  )
                                                       
Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab
(Khaerani Kiramang, S.Pt., M.P)
                                                    NIP. 19730828 200604 2 001
Tanggal Pengesahan:          Desember 2013
 
 
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
  Istilah vitamine pertama kali digunakan pada tahun 1912 oleh Cashmir Funk di Polandia. Dalam upaya menemukan zat di dalam dedak beras yang mampu menyembuhkan penyakit beri-beri, ia menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh kekurangan suatu zat di dalam makanan sehari-hari. Zat ini dibnutuhkan untuk hidup (vita) dan mengandung unsur nitrogen (amine), oleh sebab itu diberi nama vitamine. Penelitian selanjutnya membuktikan bahwa ada beberapa jenis vitamine yang ternyata tidak merupakan amine (Winda, 2013).
Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik didalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan.Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis (Pujiadi, 1994).

B. Tujuan Percobaan
  Adapun tujuan diadakannya praktikum ini yaitu sebagai berikut :
      1. Untuk mempelajari sifat-sifat vitamin
      2. Untuk membuktikan adanya vitamin dalam suatu bahan secara kualitatif

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
      A. Teori umum
Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh (Anonim, 2013).
Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya "hidup" dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal (Arif, 2013).
Vitamin merupakan satu dari berbagai jenis senyawa yang dapat menghambat reaksi perusakan tubuh oleh senyawa radikal bebas terkait dengan aktivitas antioksidannya. Asupan vitamin antioksidan yang cukup akan membantu tubuh mengurangi efek penuaan oleh radikal bebas, terutama oleh oksigen bebas yang reaktif. Selain itu, vitamin juga berkontribusi dalam menyokong sistem imun yang baik sehingga risiko terkena berbagai penyakit degeneratif dan penyakit lainnya dapat ditekan, terutama pada manula. Jadi, secara tidak langsung, asupan vitamin yang cukup dan seimbang dapat menciptakan kondisi tubuh yang sehat dan berumur panjang (Yazid, 2006).
Vitamin merupakan suatu senyawa yang telah lama dikenal oleh peradaban manusia. Sudah sejak ribuan tahun lalu, manusia telah mengenal vitamin sebagai salah satu senyawa yang dapat memberikan efek kesehatan bagi tubuh. Seiring dengan berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan, berbagai hal dan penelusuran lebih mendalam mengenai vitamin pun turut diperbaharui (Girindra, 1986).
Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Hanya terdapat 2 vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya, yaitu vitamin A, D, E, dan K bersifat larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di dalam tubuh (Lehninger, 1998).
Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak, jenis vitamin larut dalam air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urin. Oleh karena hal inilah, tubuh membutuhkan asupan vitamin larut air secara terus-menerus (Anonim, 2013).
Mengkonsumsi terlalu sedikit vitamin dapat menyebabkan gangguan gizi. Oleh karena itu, orang yang makan berbagai macam makanan tidak mungkin kekurangan banyak vitamin. Kekurangan vitamin D merupakan pengecualian. Hal ini sering terjadi pada kelompok orang tertentu (seperti orang tua) meskipun mereka memakan berbagai macam makanan. Untuk vitamin yang lainnya, kekurangan vitamin dapat terjadi jika seseorang mengikuti diet ketat yang tidak memiliki cukup vitamin tertentu (Purwati, 2013).
Gangguan yang mengganggu pencernaan mencerna makanan (disebut gangguan malabsorpsi) dapat menyebabkan kekurangan vitamin. Beberapa gangguan mengganggu penyerapan lemak (Yudistira, 2013).
Pada tahap pemrosesan dan pemasakan banyak vitamin hilang bila menggunakan suhu tinggi, air perebus dibuang, permukaan makanan bersentuhan dengan udara dan menggunakan alkali. Vitamin yang terpengaruh dalam hal ini adalah yang rusak oleh panas, oksidasi, atau yang larut dalam air
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme organisme. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Istilah "vitamin" sebenarnya sudah tidak tepat untuk dipakai tetapi akhirnya dipertahankan dalam konteks ilmu kesehatan dan gizi. Nama ini berasal dari gabungan kata latin vita yang artinya hidup dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin sama sekali tidak memiliki atom (S
irajuddin, 2009).
Pada umumnya vitamin tidak dapat dibuat sendiri oleh hewan (atau manusia) karena mereka tidak memiliki enzim untuk membentuknya, sehingga harus dipasok dari makanan. Akan tetapi, ada beberapa vitamin yang dapat dibuat dari zat-zat tertentu (disebut provitamin) di dalam tubuh. Contoh vitamin yang mempunyai provitamin adalah vitamin D. Provitamin D banyak terdapat di jaringan bawah kulit. Vitamin lain yang disintetis di dalam tubuh adalah vitamin K dan vitamin B12. Kedua macam vitamin tersebut disintetis di dalam usus oleh bakteri (Yazid, 2006).
Vitamin merupakan nutrient organik yang dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk berbagai fungsi biokimia dan yang umumyan tidak disintesis oleh tubuh sehingga harus dipasok dari makanan. Vitamin yang larut dalam air, seluruhnya diberi simbol anggota B kompleks (kecuali vitamin C) dan vitamin larut dalam lemak yang baru ditemukan diberi simbol menurut  abjad (A, D, E, K). Vitamin yang larut dalam air tidak pernah dalam keadaan toksitas didalam tubuh karena kelebihan vitamin ini akan dikeluarkan melalui urine (Anonim, 2013).
Vitamin merupakan komponen penting dalam suatu bahan, khususnya bahan pangan karena kandungannya menentukan nilai nutrisi dari bahan tersebut. Vitamin ini dalam proses metabolism dapat berperan sebagai koenzim  dan lainnya. Berdasarkan sifat fisiknya vitamin ini dapat dikelompokkan menjadi :
a. Vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B dan vitamin C.
           b.Vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K
Dalam proses poengolahan pada umumnya vitamin ini akan mengalami perubahan sehingga kadarnya menjadi berkurang. Sebaliknya dengan proses fermentasi dakan dapat meningkatkan kandungan vitaminnya yang dihasilkan oleh miroorganisme (Yudistira, 2013).
B. Vitamin yang Larut dalam Lemak
Jenis vitamin larut dalam air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urine. Oleh karena hal inilah, tubuh membutuhkan asupan vitamin larut air secara terus-menerus (Pujiadi, 1994).
Vitamin A yang juga dikenal dengan nama retinol merupakan vitamin yang berperan dalam pembentukkan indra penglihatan yang baik, terutama di malam hari, dan sebagai salah satu komponen penyusun pigmen mata di retina. Selain itu, vitamin ini juga berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan imunitas tubuh. Vitamin ini bersifat mudah rusak oleh paparan panas, cahaya matahari, dan udara. Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin A, antara lain susu, ikan sayur-sayuran (terutama yang berwarna hijau dan kuning), dan juga buah-buahan (terutama yang berwarna merah dan kuning, seperti cabai merah, wortel dan papaya. Apabila terjadi defisiensi vitamin A, penderita akan mengalami rabun senja dan katarak. Selain itu, penderita defisiensi vitamin A ini juga dapat mengalami infeksi saluran pernapasan, menurunnya daya tahan tubuh, dan kondisi kulit yang kurang sehat. Kelebihan asupan vitamin A dapat menyebabkan keracunan pada tubuh. Penyakit yang dapat ditimbulkan antara lain pusing-pusing, kerontokan rambut, kulit kering bersisik, dan pingsan. Selain itu, bila sudah dalam kondisi akut, kelebihan vitamin A di dalam tubuh juga dapat menyebabkan kerabunan, terhambatnya pertumbuhan tubuh, pembengkakan hati, dan iritasi kulit (Yazid, 2006).
Vitamin D juga merupakan salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani, antara lain ikan, telur, susu, serta produk olahannya, seperti keju. Bagian tubuh yang paling banyak dipengaruhi oleh vitamin ini adalah tulang. Vitamin D ini dapat membantu metabolisme kalsium dan mineralisasi tulang. Sel kulit akan segera memproduksi vitamin D saat terkena cahaya matahari. Bila kadar vitamin D rendah maka tubuh akan mengalami pertumbuhan kaki yang tidak normal, dimana betis kaki akan membentuk huruf O dan X. Di samping itu, gigi akan mudah mengalami kerusakan dan otot pun akan mengalami kekejangan. Penyakit lainnya adalah osteomalasia  yaitu hilangnya unsur kalsium dan fosfor secara berlebihan di dalam tulang. Penyakit ini biasanya ditemukan pada remaja, sedangkan pada manula, penyakit yang dapat ditimbulkan adalah osteoporosis, yaitu kerapuhan tulang akibatnya berkurangnya kepadatan tulang. Kelebihan vitamin D dapat menyebabkan tubuh mengalami diare berkurangnya berat badan muntah-muntah, dan dehidrasi berlebihan (Purwati, 2013).
Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam tubuh, mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati. Selain itu, vitamin ini juga dapat melindungi paru-paru manusia dari polusi udara. Nilai kesehatan ini terkait dengan kerja vitamin E di dalam tubuh sebagai senyawa anti oksidan alami. Vitamin E banyak ditemukan pada ikan, ayam, kuning telur, ragi, dan minyak tumbuh-tumbuhan. Walaupun hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit, kekurangan vitamin E dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang fatal bagi tubuh, antara lain kemandulan baik bagi pria maupun wanita. Selain itu, saraf dan otot akan mengalami gangguan yang berkepanjangan (Sirajuddin, 2009).
Vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah yang baik dan penutupan luka. Defisiensi vitamin ini akan berakibat pada pendarahan di dalam tubuh dan kesulitan pembekuan darah saat terjadi luka atau pendarahan. Selain itu, vitamin K juga berperan sebagai kofaktor enzim untuk mengkatalis reaksi karboksilasi asam amino asam glutamate. Oleh karena itu, kita perlu banyak mengonsumsi susu, kuning telur, dan sayuran segar yang merupakan sumber vitamin K yang baik bagi pemenuhan kebutuhan di dalam tubuh (Lehninger, 1998).

C. Vitamin yang Larut dalam Air
Menurut Girindra (1986) vitamin yang larut dalam air memiliki sifat-sifat umum, antara lain :
1. Tidak hanya tersusun atas unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen
2. Tidak memiliki provitamin
3. Terdapat di semua jaringan
4. Sebagai prekusor enzim-enzim
5. Diserap dengan proses difusi biasa
6. Tidak disimpan secara khusus dalam tubuh
7. Diekskresi melalui urin
8. Relatif lebih stabil, namun pada temperatur berlebihan menimbulkan
    kelabilan
Vitamin C adalah Kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas. Oksidasi dipercepat dengan kehadiran tembaga dan besi. Vitamin C stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam. Vitamin C adalah vitamin yang paling labil. Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, diantaranya sebagai sintesis kolagen. Vitamin C pada umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nanas, rambutan, papaya, gandaria, dan tomat. Vitamin C juga banyak terdapat di dalam sayuran, daun-daunan, dan jenis kol. Kekurangan vitamin C menyebabkan sariawan di mulut, kulit cenderung kasar, gusi tidak sehat hingga gigi mudah goyah dan tanggal, mudah terjadi perdarahan di bawah kulit (sekitar mata dan gusi), cepat lelah, otot lemah, luka sukar sembuh, mudah mengalami depresi, gampang terkena anemia dengan gejala-gejala kelelahan sakit kepala dan lekas marah. Kekurangan vitamin C berat menyebabkan penyakit kudisan (Pujiadi, 1994).
Istilah tiamin menyatakan bahwa zat ini mengandung sulfur (tio) dan nitrogen (amine). Tiamin merupakan Kristal putih kekuningan yang larut dalam air. Dalam keadaan kering vitamin B1 cukup stabil. Di dalam keadaan larut vitamin B1 hanya tahan panas bila berada dalam keadaan asam. Dalam suasana alkali vitamin B1 mudah rusak oleh panas atau oksidasi. Kehilangan tiamin oleh pemasakan bergantung pada lama dimasak, pH, suhu, jumlah air yang digunakan dan dibuang. Tiamin tahan suhu beku dan berfungsi sebagai koenzim berbagai reaksi metabolisme energi (Purwati, 2013).
Riboflavin (vitamain B2 larut air, tahan panas, oksidasi dan asam, tetapi tidak tahan alkali dan cahaya terutama sinar ultraviolet. Dalam proses pemasakan tidak banyak yang rusak dan berfungsi sebagai koenzim. Niasin adalah istilah generic untuk asam nikotinat dan turunan alamiyah nikotinamida (niasin amida). Niasin merupakan Kristal putih yang lebih stabil dari tiamin dan riboflavin. Niasin tahan terhadap suhu tinggi, cahaya, asam, alkali, dan oksidasi. Niasin tidak rusak oleh pengolahan dan pemanasan normal, kecuali kehilangan melalui air masakan yang dibuang. Niasin mudah diubah menjadi bentuk aktif nikotinamida. Biotin adalah suatu karbon monokarboksilat terdiri atas cincin imidasol yang bersatu dengan cincin tetrahidrotiofen dengan rantai samping asam valerat. Biotin tahan panas, larut air dan alkohol serta mudah dioksidasi (Arif, 2013).
Vitamin B6 terdapat di alam dalam tiga bentuk : piridoksin, piridoksal, dan piridoksamin. Piridoksin hidroklorida adalah bentuk sintetik yang digunakan sebagai obat. Dalam keadaan difosforilasi, vitamin B6 berperan sebagai koenzim berupa piridoksal fosfat (PLP) dan piridoksamin (PMP) dalam berbagai reaksi transaminasi. Di samping itu PLP berperan dalam berbagai reaksi lain. Folasin dan folat adalah nama generik sekelompok ikatan yang secara kimiawi dan gizi sama dengan asam folat. Ikatan-ikatan ini berperan sebagai koenzim dalam transportasi pecahan-pecahan karbon tunggal dalam metabolism asam amino dan sintesis asam nukleat (Yudistira, 2013).
Vitamin B12 adalah Kristal merah yang larut air. Warna merah karena kehadiran kobalt. Vitamin B12 secara perlahan rusak oleh asam encer, alkali, cahaya, dan bahan-bahan pengoksidasi dan pereduksi. Pada pemasakan, kurang lebih 70% vitamin B12 dapat dipertahankan. Sianokobalamin adalah bentuk paling stabil dank arena itu diproduksi secara komersial dari fermentasi bakteri. Vitamin B12 berperan penting pada saat pembelahan sel yang berlangsung dengan cepat. Vitamin B12 juga memelihara lapisan yang mengelilingi dan melindungi serat syaraf dan mendorong pertumbuhan normalnya. Selain itu juga berperan dalam aktifitas dan  metabolisme sel-sel tulang. Vitamin B12  juga dibutuhkan untuk melepaskan folat, sehingga dapat membantu pembentukan sel-sel darah merah (Yazid, 2006).
                         
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
             Adapun waktu dan tempat diadakannya praktukum ini yaitu:
      Hari/Tanggal         : Senin, 03 Desember 2013
      Pukul                     : 08.00-10.00 Wita
       Tempat                 : Laboratorium Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan
                                      Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
B. Alat dan Bahan
     1. Alat
       Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu bunsen, corong, gegep, gelas ukur, pipet tetes, rak tabung, tabung reaksi.
     2. Bahan
       Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alkohol 80 %,  asam askorbin, buah apel dan buah pisang, larutan benedict, susu bubuk, tissue dan vitamin c.
C. Prosedur Kerja
             Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini yaitu:
1. Menyatakan Adanya Laktoflavin dalam Mulut Susu
     a. Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan
     b. Mengisi susu bubuk pada tabung reaksi setinggi 1 cm
     c. Menambahkan 10 ml alkohol 80 % ke dalam tabung reaksi
     d. Kemudian melakukan penyaringan
e. Mengamati dan melakukan penyinaran sinar matahari untuk mengetahui
    flourensasi hijau pada tabung reaksi
2. Daya Pelindung Asam Askorbin Terhadap Oksidasi dengan Reagens
    Benedict
     a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
     b. Memasukkan larutan benedict sebnyak 4 ml kedalam tabung reaksi
     c. Menambahkan larutan asam askorbin sebanyak 8 tetes kedalam tabung
         reaksi
     d. Mengamati pencampuran larutan
     e. Memasukkan larutan benedict dengan asam askorbin diatas bunsen
         selama 2 menit
     f. Mengamati hasil pengamatan
3. Daya pelindung Asam Askorbin terhadap Oksidasi dengan Menggunakan
    Apel dan Pisang
a. Mengupas pisang dan apel menjadi dua bagian gengan kulit dan tanpa
    kulit, kemudian memasukkan ke dalam cawan petri
b.Mengupas bagian yang satunya dengan  kulitnya hingga hancur,
    masukkan kedalam cawan petri dan membagi dua bagian
         c. Menambahkan larutan aquades pada dua bagian apel dan pisang (tanpa
             kulit dan dengan kulit) kemudian dua bagian apel dan pisang (tanpa kulit
             dan dengan kulit)  lainnya ditambahkan larutan vitamin C
         d. Mengamati dan mengambarnya
 

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

No
Hasil pengamatan
Keterangan

1.
Menyatakan adanya laktoflavin pada susu






              


       Setelah disaring


1. Susu=berwarna putih   kecoklatan
2. Susu+alkohol= berwarna  putih kecoklatan, dan bening pada permukaan
3. setelah di saring=
Keruh dan terdapat endapan putih

2.













Daya Pelindung Asam Aksorbin Terhadap Oksidasi
a.       Percobaan pertama

                
             a              b                c



b.      Percobaan kedua
a.       Apel dan Pisang
1.      Pisang dengan Kulit     Tanpa Kulit
                 
                                      
     Aquades + Vitamin C
2.      Apel dengan kulit      Tanpa kulit
                                    
                                      
                     Aquades  +  Vitamin  C
1.      Adanya pelindung asam askorbat terhadp oksidasi
a.       Sebelum pencampuran berwarna biru
b.      Setelah pencampuran berwarna biru dan kuning bening di permukaannya
c.       Setelah pemanasan berwarna kuning , cincin coklat keunguan dan biru

a.    Apel dan Pisang
1.      pisang
·  Pisang  dengan kulit dicampur aquades dan vitamin berwarna kuning
·  Pisang tanpa kulit dihaluskan dan  dicampur aquades dan vitamin C berwarna agak kuning

2.      apel
·  apel dengan kulit yang dicampur aquades dan vitamin C padat warna putih
·  apel tanpa kulit dicampur aquades dan vitamin C lebih lembut dan berwarna Putih


       Sumber: Laboratorium Ilmu Peternakan, Fakultas  Sains  dan  Teknologi  Universitas  Islam
                      Negeri (Uin) Alauddin  Makassar


B.  Pembahasan
     Adapun pembahasan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Menyatakan Adanya Laktoflavin dalam Mulut Susu
Pada percobaan ini, larutan yang diuji adalah susu. Susu pada awalnya berwarna putih kecoklatan, setelah dicampur dengan alkohol, warnanya tetap putih kecoklatan dan bening pada permukaannya. Setelah disaring dengan kertas saring dan kemudian filtratnya diperiksa, tidak menandakan adanya fluoresensi hijau. Seharusnya setelah disaring, filtrat dari susu tersebut akan berwarna kehijauan tetapi pada percobaan yang dilakukan, warna dari filtrat susu tersebut tetap berwarna putih. Sesuai dengan referensi di bawahini bahwa laktoflavin dapat mempertahankan setruktur suatu jaringan.
 Hal ini sesuai dengan Almatsier (2004), yang menyatakan bahwa vitamin A berfungsi  mempertahankan struktur dan fungsi jaringan epitel, membantu pertumbuhan dan proses penglihatan.
2.      Daya Pelindung Asam Aksorbin Terhadap Oksidasi dengan Reagens Benedict.
Pada percobaan yang dilakukan,  larutan reagens Benedict  3 mL yang  ditambahkan larutan vitamin C sebanyak 4-8 tetes, maka terdapat cincin kuning. Hal ini menandakan adanya daya pelindung asam aksorbin terhadap oksidasi. Adanya vitamin C dengan cara mencampurkan asam askorbat dengan pereaksi Benedict dan kemudian dipanaskan akan menghambat terjadinya oksidasi sehingga dapat mempertahankan keadaan suatu zat. Bila endapan berwarna hijau kekuningan sampai merah bata menandakan vitamin C positif. Hal ini sesuai dengan referensi di bawah ini.
Hal ini sesuai pendapat Almatsier (2004), yang menyatakan bahwa fungsi utama vitamin C ialah mempertahankan keadaan zat-zat intersel jaringan cartilage, dentin dan tulang.
3.      Daya Pelindung Asam Askorbin Terhadap Oksidasi dengan Pisang
Pada percobaan ini, bahan yang digunakan adalah sebuah pisang. Pisang dibagi menjadi 4 potongan, 2 bagian dikupas dan 2 bagian dibiarkan tetap bersama kulitnya. Pisang tersebut dicampur dengan aquadest dan warnanya menjadi kecoklatan, pisang yang dicampur dengan vitamin C warnanya menjadi kuning.
Hal ini sesuai pendapat Almatsier (2004), yang menyatakan bahwa fungsi utama vitamin C ialah mempertahankan keadaan zat-zat intersel jaringan cartilage, dentin dan tulang.
Hal ini sesuai dengan referensi diatas sehingga menghasilkan Pisang yang dicampur dengan aquades akan berwarna coklat karena telah mengalami proses oksidasi dengan udara, sedangkan pisang yang dicampur dengan vitamin C tetap berwarna kuning, hal ini karena pisang yang dicampur vitamin C tidak mengalami proses oksidasi dengan udara dan vitamin C yang dicampur dengan pisang tersebut berfungsi sebagai anti oksidant yang dapat mencegah atau memperlambat proses oksidasi.


BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah
1.      Sifat-sifat  vitamin yang dapat diketahui dalam praktikum ini yaitu diantaranya vitamin dapat menghambat proses terjadinya oksidasi. Karena vitamin memiliki gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N) sehingga tidak mendukung untuk terjadinya proses oksidasi.
2.      Adanya vitamin dalam suatu bahan dapat dibuktikan dengan adanya laktoflafin pada mulut susu yang menjadikan adanya penolakan terjadinya oksidasi dengan adanya cincin pada larutan.
B.  Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah seharusnya bahan yang akan digunakan untuk praktikum disediakan oleh laboratorium seperti kertas saring dan sebagainya agar praktikum dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan seharusnya percobaan dilakukan oleh setiap kelompok agar semuua anggota kelompok dapat mengamati sehingga tidak terjadi kesalahan saat praktikum.
 



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Vitamin.  http : // www. id. wikipedia. org/  wiki/ vitamin. Diakses
              tanggal 1  Desember 203.

Arif.2013. Vitamin. http : // www.vitaminworld.com.Diakses tanggal 1 Desember
             2013.
Lehninger, A. L. 198. Dasar-Dasar Biokimia I. Jakarta : Erlangga.
Pujiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.
Purwati.2013.Apa Itu Vitamin Larut dalam Air. http://purwatiwidiastuti.wordpres
Desember 2013).
Sirajuddin,  S.  2009. Penuntun  Praktikum  Biokimia.  Makassar  :  Laboratorium   
             Terpadu Kesehatan Masyarakat AIPTKMI Regional Indonesia Timur.   Makassar : UNHAS.

Girindra A. 1986. Biokimia I. Jakarta: Gramedia.
Winda. 2013. Macam Vitamin .http : // www.wikivitwmin.com/.Diakses tanggal 1   
          Desember 2013).
Yazid2006. Pengantar Biokimia Edisi Revisi. Malang : Bayumedia.
Yudistira.2013.Proses Metabolisme Vitamin. http://git-gityudhistira.blogspot.com
/2012/02/ proses metabolisme-vitamin-larut-dalam. htm.Diakses tanggal 1  
Desember 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar