Senin, 23 Desember 2013

Laporan Biokimia "Enzim"

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA NUTRISI TERNAK (PET 2314)
Enzim

Disusun Oleh :
                                            Nama                        : ARDIANSYAH
                                            Nim/Kelas                 : 60700112049/B
                                            Kelompok                 : I (Satu)
                                            Jurusan                      : ILMU PETERNAKAN
                                            Asisten                       : EKA JUNIARTI.A     
LABORATORIUM ILMU PETERNAKAN
JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2013
 LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Biokimia Nutrisi Ternak, yang berjudul “Enzim” disusun oleh:
Nama               : Ardiansyah
Nim                 : 60700112049
Kelompok       : I (Satu)
Jurusan            : Ilmu Peternakan
Telah diperiksa dengan teliti oleh asisten dan koordinator asisten dan dinyatakan diterima sebagai laporan lengkap.
                                                  Gowa,    Desember 2013
           Koordinator Asisten                                                                           Asisten
        (        Nurwahidah. J      )                                                            ( Eka Juniarti.A )
                                                       
Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab
(Khaerani Kiramang, S.Pt., M.P)
                                                    NIP. 19730828 200604 2 001
Tanggal Pengesahan:          Desember 2013


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
 Enzim merupakan katalisator biologis yang bertanggung jawab untuk mendukung semua reaksi kimia sel dalam mempertahan homeostatis. Katalisator dapat berupa enzim maupun senyawa bukan enzim yaitu berupa logam. Karena perannya dalam mempertahankan proses kehidupan, pemeriksaan dan pengaturan obat-obatan yang mempengaruhi kerja enzim menjadi kunci utama dalam diagnosis klinis dan terapi. Komponen makromolekul semua enzim adalah protein, kecuali kelas katalisator RNA yang disebut ribozim. Ribozim merupakan molekul asam ribonukleat yang mengkatalis reaksi pada ikatan fosfodiester pada RNA. Katalisator enzim berbeda dengan katalisator yang terbuat dari logam (Anonim, 2013).
            Dalam mengkatalis suatu reaksi enzim bersifat sangat spesifik, sehingga meskipun jumlah enzim ribuan didalam sel-sel dan substratnya pun sangat banyak, tidak akan terjadi kekeliruan. Apoenzim merupakan bagian enzim yang merupakan protein, mempunyai struktur tiga dimensi. Bagian yang buakn protein disebut koenzim. Kompleks apoenzim dengan koenzim disebut haloenzi. Struktur tiga dimensi pada enzim tersebut sangat penting untuk aktivitas katalis oleh karena itu perubahan konformasi yang sedikit saja pada struktur enzim akan mempengaruhi aktivitasnya. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang enzim, sifat warna, dan reaksi-reaksinya (Anonim,2013).
B.     Tujuan
 Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kegiatan enzim.
2. Membutikan bahwa derajat keasaman (pH) mempengaruhi aktivitas enzim.
3. Untuk membuktikan adanya enzim schardinger dalam susu.
4. Untuk mengetahi pengaruh temperatur terhadap aktivitas enzim.

 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia yang secara kolektif membentuk metabolisme perantara dari sel. Peranan enzim dalam biologis yaitu kontrol sintesis enzim, dan peranan enzim dalam berbagai proses pertumbuhan dan difersiasi atau pembelahan sel (Anonim, 2013).
Reaksi kimia tetap berlangsung tanpa enzim. Namun, reaksi tersebut berjalan lambat. Berbagai reaksi kimia metabolis di dalam tubuh organisme dapat berlangsung dengan cepat karena sel organisme tersebut menghasilkan enzim. Misalnya saja kita yang dapat menyimpan larutan glukosa dalam jangka waktu tak terbatas bila disimpan di dalam botol yang terjaga kondisinya dan tidak tercemar oleh jamur atau bakteri. Larutan glukosa tersebut akan terurai bila berada di dalam sitoplasma sel. Reaksi kimia di dalam sel dilakukan oleh enzim yang termasuk ke dalam golongan katalis. Katalis adalah zat yang mempercepat reaksi dengan energi aktivasi tanpa mengubah hasil akhir (produk). Enzim tidak ikut serta dalam pengubahan suatu zat (reaksi), tetapi zat tersebut sibuat berulang kali untuk mempercepat reaksi. Enzim adalah katalis protein yang dihasilkan oleh sel. Zat tersebut mengatur kecepatan dan kekhususan ribuan reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel (Wilbraham, 1992).
Zat anti-enzim merupakan suatu zat yang terdapat dalam makanan yang dapat menghalangi atau mencegah bekerjanya suatu enzim. Inhibitor ini tidak hanya mengurangi penyerapan protein. Aktivitas anti enzim ini akan hilang dengan adanya pemanasan. Contoh dari anti enzim ini antara lain terdapat pada kacang kedelai mentah dimana terdapat suatu globulin dengan berat molekul besar, yang dapat berikatan dengan tripsin, sehingga menjadi suatu kompleks yang tidak mempunyai kekuatan sebagai enzim. Anti enzim ini dinamakan tripsin inhibitor. Inhibitor ini juga ditemukan pada kacang-kacangan yang lain, kentang, dan putih telur. Pada kacang kedelai juga ditemukan chymotrisin inhibitor. Protein inhibitor yang ditemukan terutama pada kacang-kacangan (leguminosa) menghalangi bekerjanya enzim proteolitik. Pada kacang kedelai, perebusan (pemanasan) menghalangi atau mencegah aktivitas trysin inhibitor tergantung temperatur dan lamanya pemanasan (Lakitan, 1993).      
Enzim bekerja pada perangkat substrat (reaktan) dan mengubahnya menjadi suatu perangkat hasil (produk). Daerah pada enzim yang mengikat suatu substrat adalah sisi aktif (tempat aktif). Tingkat kekhhususan yang tinggi memungkinkan sel mengendalikan reaksi-reaksi metabolisme dengan mengatur bentuk dan jumlah enzim yang dihasilkan. Beberapa enzim bersifat sangat spesifik, yaitu hanya mengkatalis suatu reaksi kimia tertentu. Tetapi pada umumnya enzim tidak begitu spesifik dan akan menguraikan zat-zat lain yang mesih berkerabat (berhubungan), misalnya lipase yang dapat bekerja pada sejumlah besar lemak. Reaktan dimana enzim akan bekerja disebut sebagai substrat enzim. Enzim berikatan dengan substrata tau beberapa substrat ketika terdapat dua atau lebih reaktan. Pada saat enzim dan substrat berikatan kerja katalitik enzim tersebut akan mengubah substrat menjadi produk atau beberapa produk reaksi. Keseluruhan proses itu dapat diringkas sebagai berikut, dengan naman enzim ditulis tansa panah berikut: Substrat (-substrat) enzim produk (-Produk) Misalnya, enzim-enzim sukrase (sebagian besar nama enzim berakhiran dengan ase) memecah disakarida sukrosa menjadi kedua monosakarida, glukosa dan fruktosa: Sukrosa + H2O sukrosa glikos + Fruktosa. Untuk memperoleh pengukuran kecepatan reksi enzim yang terpercaya, diperlukan penetuan dalam jangka waktu pendek segera setelah enzim dicampurkan kedalm substrat. Ideal kecepatan ini harus diukur pada saat yang tepat ketika ensim itu dicampurkan, tetapi itu bukan sasaran yang praktis. Walaupun demikian, karena kecepatan ini dinyatakan sebagai kecepatan reaksi awal dan kira-kira sanagat dekat dengan kecepatan reaksin yang dikatalis enzim sebelum terjdi perubahan konsentrasi substrat (Loveless, 1999).
Menurut Page (2006),  Karakteristik enzim urease yaitu :
1.    Tempat aktifnya metal : nikel (II)
2.    Berat molekul : 480 kDa atau 545 kDa dari Jack Bean Urease (kalkulasi massa dari rangkaian asam amino).
3.    pH optimum : 7.4
4.    Temperatur optimum : 60 0C
5.    Spesifik enzim : urea dan Hydroxyurea
6.    Inhibitor : Logam berat

Aktivitas enzim dinyatakan sebagai laju reaksi kimia berkatalis enzim dalam mengubah substrat menjadi produk. Aktiovitas tergantung pada konsentrasi enzim dan keadaan reaksi seperti pH dan suhu, aktivitas enzim sering diukur dengan mengikuti munculnya produk berwarna dalam beberapa waktu atau reaksi yang melibatkan pengambilan atau pelepasan proton dapat diikuti dengan mengukur perubahan pH larutan uji menurut waktu. Enzim mempunyai karakteristik yang tidak sama dengan tipe katalisnya. Pada empat yang pertama enzim mempunyai tingkat temperatur yang spesifik, studi tentang aktivitas enzim partikuler yang maksimal disekeliling tempetur normal dari organ dimana enzim ditemukan (Wirahadikusumah, 1989)
Menurut Wirahadikusumah (1989), menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim:
1.      Temperatur, karena enzim tersusun dari protein, maka enzim sangat peka terhadap temperatur. Temperatur yang tinggi dapat menghambat reaksi. Pada umumnya temperatur optimum enzim adalah 30-40 0C. Kebanyaka enzim tidak menunjukkan reaksi jika suhu turun sampai sekitar 0 0C, namun enzim tidak rusak. Bila suhu normal kembali, maka enzim akn aktif kembali. Enzim tahan pada suhu rendah, namun rusak di atas suhu  50 0C.
2.      Perubahan pH, karena dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci apda saat sisi aktif enzim sehingga menghalangi sisi aktif bergabung dengan substratnya. pH enzim optimum berbeda-beda tergantung jenis enzimnya.
3.      Konsentrasi enzim dan substrat, perbandingan jumalh antara enzim dan substrat harus sesuai. Jika enzim terlalu sedikit dan substrat terlalu banyak reaksi akan berjalan lambat dan bahkan ada substrat yang terkatalisasi. Semakin banyak enzim maka reaksi akan semakin cepat.
4.      Inhibitor enzim, merupakan penghambat kerja enzim. Jika inhibitor ditambahkan ke dalam campuran enzim dan substrat, kecepatan reaksi akan turun. Cara kerja inhibitor ini adalah berikatan dengan enzim membentuk kompleks enzim-inhibitor yang masih mampu atau tidak mampu berikatan dengan substrat. Inhibitor enzim ada dua, yaitu:
a.       Inhibitor kompetitif di mana zat pernghambatnya mempunyai struktur yang mirip dengan struktur substrat. Dengan demikian baik substrat maupun zat penghambat berkompetisi atau bersaing untuk bergabung dengan sisia aktif enzim. Jika zat penghambat lebih dulu berikatan dengan sisi aktif enzim, maka substrat tidak bisa lagi berikatan dengan sisi aktif enzim.
b.      Inhibitor nonkompetitif di mana substrat sudah tidak dapat berikatan       dengan kompleks enzim inhibitor, karena sisia ktif enzim berubah.
Setiap enzim terbentuk dari molekul protein sebagia komponen utama penyusunnya dan beberapa enzim hanya terbentuk dari molekul protein sengan tanpa adanya penambahan komponen lain. Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua protein mempunyai fingsi katalitik, sehingga tidak dapat digolongkan sebagai enzim. Sebagai contoh, protein pada mikrotubula, mikrofilamen, dan beberapa molekul protein pada membrane terlihat lebih fungsi structural daripada katalitik. Satu ciri khas sel hidup adalah terdapatnya proses metabolisme yang diperantarai oleh suatu protein yang disebut enzim yaitu suatu katalisator protein yang mempercepat reaksi kimia dalam makhluk hidup atau dalam system biologic. Tanpa enzim maka reaksi seluler berlangsung sangat lambat bahkan mungkin tidak terjadi reaks. Dalam mengkatalis suatu reaksi enzim ribuan didalam sel dan substratnya sangat spesifik tidak akan terjadi kekeliruan. Subsrat adalah substansi yang mengalami perubahan kimia setelah becampur dengan enzim sedangkan produk adalah substansi baru yang terbentuk setelah reaksi mencapai keseimbangan. Oksireduktusi beredar antara bentuk-bentuk oksidase dan reduktasinya jika molekul-molekul substrat secara berturut-turut dioksidasi. Sifat electron menetukan manasari dua jenis oksidase reduktase yang kita tinjau, dehidrogenase atau oksidase (Toha, 1992).
Menurut Page (2006), ureases disebut juga urea amidohidrolases. Ureases merupakan enzim yang mengkatalis hidrolisis dari urea menjadi karbon dioksida dan ammonia. Ureases adalah sebuah protein yang ditemukan dalam bakteri, kapang, dan beberapa tanaman tingkat tinggi. Karakteristiknya yaitu pH optimum 7,4 suhu optimum 64 celcius dengan spesifikasi enzimatis urea dan hidroksi urea. Beberapa tanaman memanfaatkan ureases untuk keperluan yang sama. Ureases ditemukan dalam jumlah yang besar pada jack bean, kacang kedelai dan beberapa biji tanaman lainnya. Ureases juga terdapat pada beberapa jaringan binatang dan pencernaan mikroorganisme. Ureases penting dalam sejarah enzimologi sebagai enzim pertama yang dimurnikan dan dikristalakan (page, 2006).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan pratikum ini adalah sebagai berikut:
Hari           :  Senin, 09 Desember 2013
Waktu       :  08.00 – 11.00 WITA
Tempat      :  Laboratorium Ilmu Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi          
                     Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
B. Alat dan Bahan
1.    Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu bunsen, bulp, bejana air, gegep, gelas kimia, kaki tiga, kasa asbes, korek api, pipet skala, pipet tetes, plat tetes, rak tabung dan tabung reaksi.
2.      Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu aquades, es batu, Iodin 0,01 M, larutan Amilum 0,5%, larutan Amilum 1%, larutan asam cuka (CH3COOH) encer, larutan Lugol, larutan Methylen Blue dan Formaldehid, larutan HCl pekat, larutan urease, larutan ureum 0,15%, larutan NaOH 10%, paraffinum liqudum, reagens Nessler, saliva (air liur) dan susu beruang.

C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.         Sifat Enzim
a.         Pengaruh Suhu Terhadap Kegiatan Enzim
1.        Memasukkan masing-masing 5 ml larutan ureum 0,15% ke dalam 3 tabung reaksi dan 1 ml  larutan urease ke dalam 3 tabung reaksi.
2.        Mencampurkan tabung reaksi 1 dan 4 lalu dinginkan dalam es, tambahkan 3 tetes reagens Nessler.
3.        Mencampurkan tabung reaksi 2 dan 5 lalu biarkan dalam suhu kamar beberapa menit , tambahkan 3 tetes reagens Nessler.
4.        Mencampurkan tabung reaksi 3 dan 6 lalu diamkan selama 15 menit, tambahkan 3 tetes reagens Nessler.
b.      Pengaruh pH Terhadap Kegiatan Enzim
1.      Menyiapkan 3 buah tabung reaksi.
2.        Memasukkan masing-masing 5 ml larutan amilum 0,5% ke dalam tabung reaksi.
3.        Menambahkan 4 tetes larutan NaOH 10% ke dalam tabung reaksi yang pertama.
4.        Menambahkan 4 tetes larutan HCl pekat ke dalam tabung reaksi yang kedua.
5.        Menambahkan 5 ml air liur yang telah diencerkan 50 kali ke dalam masing-masing tabung reaksi.
6.        Mendiamkan masing-masing abung reaksi pada suhu kamar selama 30 menit.
7.        Mengamati perubahan yang terjadi.
8.        Menambahkan 5 tetes larutan lugol ke dalam masing-masing tabung reaksi.
9.        Mengamati perubahan yang terjadi.
2.         Enzim Schardinger dalam Susu
a.         Menyediakan 3 buah tabung reaksi.
b.        Memasukkan 5 ml susu ke dalam tabung reaksi yang pertama.
c.         Menambahkan 5 tetes campuran larutan methylen blue dan formaldehid.
d.        Menambahkan 2 tetes larutan paraffinum liqudum.
e.         Mengamati perubahan yang terjadi.
f.         Menambahkan 5 ml susu ke dalam tabung reaksi yang kedua.
g.        Menambahkan 5 tetes campuran larutan methylen blue dan formaldehid ke dalam tabung reaksi tersebut.
h.        Mengamati perubahan yang terjadi.
i.          Memasukkan 5 ml susu yang telah dipanaskan dan didinginkan kembali ke dalam tabung reaksi yang ketiga.
j.          Menambahkan 5 tetes campuran methylen blue dan formaldehid ke dalam tabung reaksi tersebut.
k.        Menambahkan 2 tetes paraffinum liqudum ke dalam tabung reaksi.
l.          Mengamati perubahan yang terjadi.
m.      Memasukkan ketiga tabung reaksi ke dalam gelas kimia yang berisi air panas dengan suhu 37-40oC.
n.        Mengamati perubahan yang terjadi.
3.         Pengaruh Temperatur Terhadap Keaktifan Suatu Enzim
a.         Menyediakan 4 buah tabung reaksi.
b.        Memasukkan 5 ml larutan amilum 1% ke dalam masing-masing tabung reaksi.
c.         Memasukkan tabung reaksi yang pertama ke dalam suhu kamar
d.        Memanaskan tabung reaksi yang kedua
e.         Memasukkan tabung reaksi yang ketiga ke dalam suhu kamar
f.         Memasukkan tabung reaksi yang keemap ke dalam es batu.
g.        Menambahkan 3 tetes saliva encer pada tabung reaksi pertama, kedua, ketiga dan keempat.
h.        Mengambil contoh dari masing-masing tabung dan menetesi dengan iodine 0,01 M sebanyak 2 tetes pada pipet tetes hingga interval 5 menit.
i.          Mengamati perubahan yang terjadi.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan percobaan enzim dan susu adalah sebagai berikut:
1.         Sifat Enzim
a.       Pengaruh Suhu terhadap kegiatan enzim
Gambar
Keterangan
1.      Tabung I dan IV
a.       5 ml Ureum + 1 mlUrease

                1

b.      5 ml Ureum + 1 ml Urease +  3 tetes Reagens Nessler

                1
                2
                3




1.      Larutan bening


1.      Cincin orange
2.      Larutang bening keruh
3.      Larutan orange

2.      Tabung II dan V
a.       5 ml Ureum + 1 ml Urease

                1

b.      5 ml Ureum + 1 ml Urease +  3 tetes Reagens Nessler

                1
                2
                3           3
                             ¹

1.      Larutan bening


1.      Cincin orange
2.      Larutan orange
3.      Gumpalan putih, bintik orange
4.      Larutan orange

3.      Tabung III dan VI
a.       5 ml Ureum + 1 ml Urease

                1

b.      5 ml Ureum + 1 ml Urease + 3 tetes Reagens Nessler

               
                1
                3          2

1.      Larutan bening


1.      Cincin bening
2.      Larutan putih, gumpalan orange
Sumber: Laboratorium Animal Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi    Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
b.      Pengaruh pH terhadap kegiatan enzim
Gambar
Keterangan
1.      5 ml Amylum +  4 tetes  NaOH 10 %
             
                       1
            2
            3
2.      5 ml Amylum +  4 tetes HCl pekat
             
                 1
                         2
           
          
3.      Amylum
             
                       1
            2
            3
1.      Cincin bening
2.      Larutan bening
3.      Larutan putih keruh


1.      Cincin bening
2.      Larutan putih keruh



1.      Cincin bening
2.      Larutan bening
3.      Larutan putih keruh


1.      5 ml Amylum + 4 tetes NaOH 10 % + saliva encer
             
                       1
            2
                 3
                         4
2.      5 ml Amylum + 4 tetes HCl pekat + saliva encer
             
                       1
            2
                 3
                         4
3.      5 ml Amylum + 4 tetes  saliva encer
             
                       1
            2
                 3
                        
1.      Cincin bening
2.      Larutan bening
3.      Larutan putih keruh
4.      Endapan putih sedikit


1.      Cincin bening
2.      Gumpalan putih
3.      Larutan bening
4.      Larutan putih keruh


1.      Cincin bening
2.      Larutan putih keruh
3.      Endapan
1.      5 ml Amylum +  4 tetes NaOH 10 % + saliva encer + asam cuka encer


                       1
            2
                 3
                        
1.      Cincin bening
2.      Larutan putih keruh
3.      Endapan

1.      5 ml Amylum + 4 tetes NaOH 10 % + saliva encer + asam cuka encer + 5 tetes lugol

                       1
            2
                 3
                        

2.      5 ml Amylum + 4 tetes HCl pekat + saliva encer +  5 tetes lugol

                       1
            2
                 3
                        
3.       5 ml Amylum + saliva encer +  5 tetes lugol


                       1
            2
                 3
                        4





1.      Cincin biru tua
2.      Larutan biru tua keunguan
3.      Larutan putih keruh

1.      Cincin biru tua
2.      Larutan biru tua
3.      Larutan putih keruh




1.      Cincin bening
2.      Larutan bening
3.      Endapan putih
4.      Endapan biru keunguan















: Lab
SumSumber:Laboratorium Animal Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi     
             Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.



c.       Enzim Scardinger dalam susu
Gambar
Keterangan
1.      5 ml Susu + 5 tetes Methylen Blue + Formaldehid
a.       Tabung 1


                             1
                             2
b.      Tabung 2


                              1       
                               2
c.       Tabung 3
                 
                           1    
                           2                                                

a.    Tabung 1
1.      Busa
2.      Larutan putih tulang


b.    Tabung 2
1.      Busa
2.      Larutan putih tulang

c.    Tabung 3
1.      Busa
2.      Larutan putih tulang


2.      5 ml Susu + 5 tetes Mathylen Blue + Formaldehid
a.         Tabung 1

                                  1     2
b.      Tabung 2

1         
2          



c.       Tabung 3

                                1
                                 2


a.    Tabung 1
1.    Larutan biru
2.    Larutan putih tulang

b.    Tabung 2
1.    Larutan biru
2.    Larutan putih tulang





c.    Tabung 3
1.    Larutan biru
2.    Larutan putih tulang
3.      5 ml Susu + 5 tetes Methylen Blue + Formaldehid + Paraffinum Liqudum
a.       Tabung 1


                                1
                              2
                            3




b.      Tabung 3


                                1
                              2
                            3
                             4


a.    Tabung 1
1.    Larutan biru tua
2.    Cincin biru muda
3.    Larutan putih






b.    Tabung 3
1.      Busa
2.      Larutan biru tua
3.      Larutan biru muda
4.      Larutan putih tulang

4.      Setelah direndam air panas
a.       Tabung 1
                                   1
                                   2
                                   3
                                   4

b.      Tabung 2
                                   1
                                   2  
                                   3
                                   4






c.       Tabung 3
                                1
                                 2 
                                 3
                                 4 
                                5

a.    Tabung 1
1.    Larutan biru tua
2.    Cincin biru muda
3.    Laruutan putih tulang
4.    Larutan biru muda

b.    Tabung 2
1.    Gelembung
2.    Larutan biru tua
3.    Larutan biru muda
4.    Larutan putih tulang






c.    Tabung 3
1.    Gelembung
2.    Larutan biru tua
3.    Larutan biru muda
4.    Larutan biru muda
5.    Larutan putih tulang
Sumber: Laboratorium Animal Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi    Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
d.      Pengaruh Temperatur Terhadap Keaktifan Suatu Enzim
Gambar
Keterangan
1.      Suhu kamar
a.       Tabung I (Amylum + saliva encer)

                 1
                  2
b.      Tabung III (Amylum + saliva encer)

                 1
                  2
                  3



1.      Larutan bening
2.      Larutan putih keruh


1.      Terdapat uap
2.      Larutan bening
3.      Larutan putih keruh
2.      Dipanaskan
a.         Tabung II (Amylum + saliva encer)

                 1
                  2




1.      Terdapat uap
2.      Larutan bening
3.      Didinginkan
a.         Tabung IV (Amylum + saliva encer)

                 1
                  2
                        3

1.      Terdapat uap
2.      Larutan bening
3.      Larutan putih eruh
Sumber: Laboratorium Animal Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi    Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.





Meneteskan 2 tetes iodine 0,01 M dan dibiarkan pada interval waktu 5 menit
Waktu
(menit)
Warna
Plat tetes 1
Plat tetes 2
Plat tetes 3
Plat tetes 4
5
Ungu tua
Ungu tua
Ungu muda
Ungu tua
10
Ungu muda
Ungu muda
Ungu muda
Ungu tua
15
Ungu muda
Ungu tua
Ungu muda
Ungu tua





              Sumber: Laboratorium Animal Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi     
                            Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
B.     Pembahasan
Adapun pembahasan dari pengamatan diatas adalah sebagai berikut:
1.         Pengaruh suhu terhadap kegiatan enzim
Pada percobaan ini dilakukan perlakuan pertama yaitu menyediakan tiga tabung masing-masing diisikan ureum dan tiga tabung reaksi diisi urease. Tabung pertama didinginkan serta menambahkan larutan urease menghasilkan larutan berwarna bening. Setelah penambahan reagen Nessler terdapat cincin orange, larutan bening keruh dan larutan orange. Tabung kedua pada suhu kamar serta menambahkan larutan urease menghasilkan larutan berwarna bening. Setelah penambahan reagen Nessler terdapat cincin orange, larutan bening, gumpalan putih serta bintik orange dan larutan orange. Tabung ketiga pada suhu kamar serta menambahkan larutan urease menghasilkan larutan berwarna bening. Setelah penambahan reagen Nessler terdapat cincin bening, larutan putih dan gumpalan orange.
Hal ini sesuai dengan pendapat Wirahadikusuma (1989) enzim tersusun dari protein, maka enzim sangat peka terhadap temperatur. Temperatur yang tinggi dapat menghambat reaksi. Pada umumnya temperatur optimum enzim adalah 30-40 0C. Kebanyakan enzim tidak menunjukkan reaksi jika suhu turun sampai sekitar 0 0C, namun enzim tidak rusak. Bila suhu normal kembali, maka enzim akan aktif kembali. Enzim tahan pada suhu rendah, namun rusak di atas suhu 50 0C. Tempat bekerja enzim sangat bervariasi tergantung pada tempat enzim tersebut berasal.
2.         Pengaruh pH terhadap kegiatan enzim.
Pada percobaan ini menyiapkan 3 tabung reaksi dan memasukkan 5 ml larutan amilum 0,5% pada setiap tabung. Pada tabung pertama, menambahkan 4 tetes larutan NaOH 10%, dimana hasilnya terdapat cincin bening, larutan bening dan larutan putih keruh. Kemudian menambahkan saliva encer, terdapat cincin bening, larutan bening, larutan keruh dan endapan sedikit. Lalu menambahkan asam cuka encer 4 tetes, terdapat cincin bening, larutan keruh, dan terdapat endapan. Menambahkan larutan lugol sebanyak 5 tetes, terdapat cincin biru tua, larutan biru tua keunguan, dan larutan keruh.
Pada tabung kedua, menambahkan 4 tetes larutan HCl pekat dimana hasilnya terdapat cincin bening, larutan bening dan larutan putih keruh. Kemudian menambahkan saliva encer, terdapat cincin bening, gumpalan, larutan bening, dan larutan keruh. Menambahkan larutan lugol sebanyak 5 tetes, terdapat cincin biru tua, larutan biru tua, dan larutan keruh.
Pada tabung ketiga, larutan amylum 0,5 % sebanyak 5 ml dimana hasilnya terdapat cincin bening, larutan bening dan larutan putih keruh. Kemudian menambahkan saliva encer, terdapat cincin bening, larutan bening, larutan keruh dan endapan. Menambahkan larutan lugol sebanyak 5 tetes, terdapat cincin bening, larutan bening, endapan putih dan endapan biru keunguan.
Baik tidaknya enzim itu beraktivitas diindikasikan dengan cepat lambatnya proses hidrolisis amilum oleh enzim tersebut. Dengan penambahan larutan iodine, amilum akan memberikan warna biru tua. Apabila enzim menghidrolisis amilum menjadi gula yang lebih sederhana, maka warna biru tua yang terbentuk akibat reaksi dengan iodine tersebut lama kelamaan akan berubah menjadi kekuningan dan hilang menjadi bening tak berwarna seiring dengan berkurang dan habisnya amilum dalam larutan (amilumnya habis terhidrolisis menjadi gula sederhana).
Hal ini sesuai dengan pendapat Wirahadikusuma (1989), Perubahan pH dapat mempengaruhi karena dapat mempengaruhi perubahan asam amino, pada saat sisi aktif enzim sehingga menghalangi sisi aktif bergabung dengan substratnya. pH enzim optimum berbeda-beda tergantung jenis enzimnya.

3.         Enzim Schardinger dalam susu
Pada percobaan ini, menyiapkan 3 tabung reaksi dan mengisinya 5 ml susu kemudian ditambahkan 5 tetes campuran methylen blue dan formaldehid, pada tabung 1, 2 dan 3 terdapat larutan biru dan larutan putih tulang. Kemudian susu ditambah methylen blue dan formaldehid ditambah paraffinum liqudum, pada tabung 1 terdapat larutan biru tua, cincin biru muda dan larutan putih. Dan pada tabung 3 terdapat busa, larutan biru tua, larutan biru muda dan larutan putih tulang. Setelah direndam air panas akan meghasilkan perubahan yaitu pada tabung 1 akan menghasilkan larutan biru tua, cincin biru muda, larutan putih tulang dan larutan biru nuda; pada tabung 2 akan menghasilkan gelembung, larutan biru tua, larutan biru muda dan larutan putih tulang; dan pada tabung 3 terdapat gelembung, larutan biru tua, larutan biru muda, larutan biru muda dan larutan putih tulang.
Hal ini sesuai dengan pendapat Saryono (2011), yang menyatakan bahwa dalam susu pun terdapat semacam dihidrogenase yaitu enzim Schardinger. Enzim ini sanggup mengambil hydrogen dari aldehida. Dan susunan susu selalu tidak tetap, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti umur, diet lama, masa laktasi, waktu sekresi, suhu, keadaan fisik, mental dan sebagainya. Susu biasanya berwarna putih kekuningan, cair dan asam (pH 6,6 - 6,9) dengan pemanasan koagulan negatif.


4.      Pengaruh temperatur terhadap keaktifan suatu enzim
Pada percobaan ini, menyiapkan 4 buah tabung reaksi dan mengisinya  dengan larutan amylum. Pada tabung 1 pada suhu kamar larutan berwarna bening keruh, tabung 2 dipanaskan terdapat uap pada bagian atas dan larutan bening dibagian bawah, pada tabung 3 pada suhu kamar terdapat uap, larutan berwarna bening dan keruh, dan pada tabunng 4 didinginkan terdapat uap, larutan bening dan keruh. Kemudian ditambahkan iodine dan didiamkan dalam interval waktu 5 menit. Dari hasil percoban ini pada tabung tiga menunjukkan hasil positif terdapat amilum dengan pengujian ini berdasarkan perubahan warna yang terjadi menjadi keunguan. Hal ini sesuai dengan literatur Toha (1992) yang menyatakan bahwa diantara faktor–faktor yang mempengaruhi enzim dan aktivitas enzim kita sebutkan adalah pengacuh temperatur.










BAB V
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Pengaruh suhu terhadap enzim adalah 30-40 0C. Kebanyakan enzim tidak menunjukkan reaksi jika suhu turun sampai sekitar 0 0C, namun enzim tidak rusak. Bila suhu normal kembali, maka enzim akan aktif kembali. Enzim tahan pada suhu rendah, namun rusak di atas suhu 50 0C. tempat bekerja enzim sangat bervariasi tergantung pada tempat enzim tersebut berasal.
2.      Derajat keasaman pH dapat mempengaruhi karena dapat mempengaruhi perubahan asam amino, pada saat sisi aktif enzim sehingga menghalangi sisi aktif bergabung dengan substratnya. pH enzim optimum berbeda-beda tergantung jenis enzimnya.
3.      Membuktikan adanya enzim scardinger dalam susu dapat diketahui pada susu berwarna putih dengan pH 6,6-6,9 dengan pemanasan koagulatif.
4.      Pengaruh temperatur terhadap enzim dapat mempengaruhi keaktifan enzim jika temperatur rendah maka enzim akan berhenti bekerja dan jika temperatur kembali normal maka enzim akan kembali bekerja. Enzim dapat bekerja sesuai temperatur tempat enzim tersebut berasal.


B.     Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan yaitu sebaiknya sebelum melakukan praktikum alat yang akan digunakan disediakan sesuai dengan praktikum yang akan dilakukan agar tidak menghambat jalannya praktikum tersebut.






DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. http://www. Wikipedia. Org//wiki/enzim. diakses tanggal  09 Desember 2013.
Lakitan. B. 1993. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Rajagrafindo  Persada:
Jakarta.

Loveless, A. R. 1999. Prinsip – prinsip Biologi Tumbuhan
 Untuk  Derah  Tropik.
Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Page, S. D. 2006. Prinsip – Prinsip Biokimia. Penerbit Erlangga
: Jakarta.
Soendoro dkk. 1989. Perinsip-prinsip Biokimia. Erlangga : Jakarta.
Toha, A. 1992. Biokimia. Alfabeta : Surabaya.
Wilbraham, A. C dan M. S Matta. 1992. Pengantar  Kimia  Organik  dan  Hayati. ITB : Bandung.


Wirahadikusumah, M. 1989. Biokimia. ITB : Bandung.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar