1.
Apa Fungsi Anatomi dalam Peternakan
Peternakan
merupakan salah satu dari berbagai bidang yang menyokong kehidupan masyarakat
secara umum, selain dari bidang pertanian. Peternakan merupakan lahan yang
strategis bagi masyarakat Indonesia apabila mereka mau untuk mengembangkan.
Peternakan merupakan bidang yang cocok bagi masyarakat Indonesia karena iklim
di Indonesia sangatlah mendukung bagi berkembangnya sector peternakan. Iklim
Indonesia yang tropis memungkinkan sebagian ternak bisa berkembang dengan baik
karena biasanya ternak tidak terlalu butuh adaptasi yang panjang untuk hidup,
karena perbedaan iklimnya tidak terlalu besar.
Oleh karena itu
untuk menghasilkan hewan ternak yang unggul, maka dibutuhkan pengetahuan
tentang reproduksi ternak itu, karena reproduksi ternak akan berhubungan
dengan perbaikan genetis dari ternak itu. Seperti kita tahu bahwa era
globalisasi menuntut para peternak untuk mampu bersaing, jangan malah semakin
tenggelam oleh bidang lain. Organ reproduksi betina, organ reproduksi primer,
ovaria, menghasilkan ovarium dan hormon-hormon kelamin betina. Organ-organ
sekunder atau saluran reproduksi terdiri dari tuba fallopi (oviduct),
uterus, cervix, vagina dan
vulva. (De.Secara
anatomik alat reproduksi betina terdiri dari gonad atau ovarium,
saluran-saluran reproduksi, dan alat kelamin luar.
Ovarium
Berbeda
dengan testis, ovarium tertinggal di dalam cavum abdiminalis. Ia mempunyai dwi
fungsi, sebagai organ eksokrin yang menghasilkan sel telur (ova) dan sebagai
organ endokrin yang mensekresikan hormon kelamin betina (estrogen dan
progesteron). Pada sapi dan domba, ovarium berbentuk oval, namun pada kuda
berbentuk seperti ginjal karena ada fossa ovulatorus yakni suatu legokan pada
pinggir ovarium. Pada babi, ovarium berupa gumpalan anggur, folikel-folikel dan
corpora lutea menutupi jaringan-jaringan ovarial di bawahnya. Pada sapi,
ovarium bervariasi dalam ukuran panjang, lebar, dan tebal. Umumnya ovarium
kanan lebih besar daripada ovarium kiri, karena secara fisiologik lebih aktif.
Folikel-folikel pada ovarium mencapai kematangan melalui
tingkatan perkembangan yaitu folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier
(folikel yang sedang tumbuh), dan folikel de Graaf (folikel matang). Folikel
primer terdiri dari satu “bakal sel telur” yang pada fase ini disebut oogonium
dan selapis sel folikuler kecil. Folikel sekunder berkembang ke arah pusat
stroma korteks sewaktu kelompok sel-sel folikuler. Yang memperbanyak diri
membentuk suatu lapisan multi seluler sekeliling vitellus. Pada stadium ini
terbentuk suatu membran antara oogonium dan sel-sel folikuler, disebut zona
pellucida.
Folikel tersier timbul sewaktu sel-sel pada lapisan
folikuler memisahkan diri untuk membentuk lapisan dan sutu rongga (antrum), ke
arah oogonium akan menonjol. Antrum dibatasi oleh banyak lapisan sel folikuler
yang dikenal secara umum sebagai membrana
granulose dan diisi oleh suatu cairan jernih Liquor foliculi yang kaya akan protein dan estrogen.
Folikel de Graaf adalah folikel matang yang menonjol
melalui korteks ke permukaan ovarium bagaikan suatu lepuh. Pertumbuhannya
meliputi dua lapis sel stroma korteks yang mengelilingi sel-sel folikuler.
Lapisan sel-sel tersebut membentuk theca
folliculi yang dapat dibagi atas theca
interna yang vascular dan theca
externa yang fibrous.
Oviduk
Oviduk atau
tuba fallopii merupakan saluran kelamin paling anterior, kecil berliku-liku,
dan terasa keras seperti kawat terutama pada pangkalnya. Pada sapi dan kuda,
panjang oviduk mencapai 20--30 cm dengan diameter 1,5--3 mm. oviduk tergantung
pada mesosalpink. Ia dapat dibagi atas infundibulum dengan fimbriae-nya,
ampula, dan isthmus.
Ujung oviduk dekat ovarium membentang ternganga membentuk
suatu struktur berupa corong (infundibulum). Muara infundibulum (ostium abdominale) dikelilingi oleh
penonjolan-penonjolan ireguler pada tepi ujung oviduk (fimbriae). Pada saat ovulasi, pembuluh-pembuluh darah pada fimbriae penuh berisi darah yang
mengakibatkan pembesaran dan penegangan fimbriae.
Penegangan ini diiringi oleh kontraksi otot-otot menyebabkan ostium tuba fallopii mendekati permukaan
ovarium untuk menerima ovum matang yang akan dilepaskan.
Ampula tuba
fallopii merupakan setengah dari panjang tuba dan bersambung dengan daerah
tuba yang sempit, isthmus. Pada saat
ovulasi, ovum disapu ke dalam ujung oviduk yang berfimbrial. Kapasitas sperma,
fertilisasi, dan pembelahan embrio terjadi di dalam tuba fallopii. Cairan luminal tuba
fallopii merupakan lingkungan yang baik untuk terjadinya fertilisasi dan
permulaan perkembangan embrional. Cairan dihasilkan oleh lapisan epitel tuba
karena pengaruh hormon ovarial. Pertemuan utero-tubal mengatur pengangkutan
sperma dari uterus ke tuba fallopii
dan transpor embrio dari tuba ke dalam uterus.
. Uterus
Uterus
terdiri dari kornu, korpus, dan serviks. Proporsi relatif masing-masing bagian
berbeda-beda antar spesies. Uterus babi tergolong bicornis dengan kornu yang
sangat panjang tetapi korpusnya sangat pendek. Uterus sapi, domba, dan kuda
kedua kornu dan korpus uteri yang cukup panjang (paling besar pada kuda).
Dari segi fisiologik, hanya dua lapisan uterus yang
dikenal yaitu endometrium dan miometrium. Endometrium adalah suatu struktur
glanduler yang terdiri dari lapisan epitel yang membatasi rongga uterus,
lapisan glanduler, dan jaringan ikat. Miometrium merupakan bagian muskuler
dinding uterus yang terdiri dari dua lapis otot polos, selapis dalam otot
sirkuler, dan selapis luar otot longitudinal yang tipis.
Permukaan dalam uterus ruminansia mengandung
penonjolan-penonjolan seperti cendawan dan tidak berkelenjar, disebut caruncula. Uterus sapi memiliki 70--120 caruncula yang berdiameter 10 cm dan
terlihat seperti spon karena banyak lubang-lubang kecil (crypta) yang menerima villi
chorionok placental. Villi-villi
chorion hanya berkembang pada daerah tertentu pada selubung faetus (cotyledon) yang memasuki caruncula. Cotyledon dan caruncula
bersama-sama disebut placentoma.
Uterus kuda dan babi tidak mempunyai caruncula.
Vagina
Vagina
adalah organ kelamin betina dengan struktur selubung muskuler yang terletak di
dalam rongga pelvis, dorsal dari vesica
urinaria, dan berfungsi sebagai alat kopulatoris (tempat deposisi semen dan
menerima penis), serta sebagai tempat berlalu bagi fetus sewaktu partus. Legokan
yang dibentuk oleh penonjolan serviks ke dalam vagina disebut fornix. Himen adalah suatu konstriksi
sirkuler antara vagina dan vulva. Himen dapat menetap dalam berbagai derajat
pada semua spesies dari suatu pita sentral tipis dan vertikal sampai suatu
struktur yang sama sekali tidak tembus (himen imperforata).
Vagina sapi mempunyai panjang 25,0--30,0 cm dan pada
domba 7,5--10,0 cm. pada keduanya ditemukan sisa-sisa saluran Wolfii. Pada
kuda, panjangnya 20,0--35,0 cm dan pada babi 7,5--11,5 cm; sisa-sisa saluran
Wolfii jarang ditemukan.
Alat kelamin luar
Alat kelamin luar terbagi atas vestibulum dan vulva.
Vulva terdiri dari labia majora, labia minora, commisura dorsalis dan
ventralis, serta klitoris. Pertemuan antara vagina dan vestibulum ditandai oleh
muara uretra eksterna (orificium urethrae
externa). Pada sapi dan babi terdapat kantong buntu disebut diverticulum suburethrae yang terletak
pada bagian bawah dari permuaraan uretra. Selama proses partus berlangsung,
vestibulum berfungsi untuk tumpuan pertautan bagi seluruh saluran kelamin yang
berkontraksi sewaktu mengeluarkan fetus.
Labia atau bibir vulva secara normal selalu dekat
berdampingan, tidak menganga, dan lubang vulva terletak tegak lurus terhadap
lantai pelvis. Labia minora adalah bibir yang lebih kecil dengan jaringan ikat
di dalamnya dan mengandung kelenjar Sebaceous.
Antara celah vulva dan anus terdapat perineum yaitu kulit yang terdiri dari
jaringan ikatdan urat daging yang dapat sobek bila melahirkan anak yang terlalu
besar.
Commisura
ventralis menutupi klitoris, suatu struktur yang homolog dan mempunyai asal
embriologik yang sama dengan penis. Klitoris terdiri dari jaringan erektil yang
diselubungi oleh epithel squamous
bersusun dan mengandung cukup banyak ujung-ujung syaraf sensoris.
2. Jelaskan mengapa Columna Vertebralis
dikatakan sebagai Ossa Axialis
Columna vertebralis merupakan bagian dari skeleton axial yang melindungi corda spinalis. Pada kebanyakan cordata, tersusun oleh struktur skeletal
bersegmen yaitu vertebrae dan merupakan kesatuan antara spinalis
dan columna. Perluasan dasar tulang-tulang tengkorak ke arah posterior
sampai ke arah ekor. Columna vertebralis mempunyai (memberikan
bentuk) yang keras atau kaku pada tubuh, selanjutnya sebagai tempat pelekatan
secara langsung maupun tidak langsung pada otot.Columna
vertebralis adalah pilar utama tubuh. Ia berfungsi melindungi medulla spinalis
dan menunjang berat kepala serta batang tubuh, yang diteruskannya ke
tulang-tulang paha dan tungkai bawah. Merupakan struktur fleksibel yang
dibentuk oleh tulang-tulang tak beraturan, disebut vertebrae. Masing-masingnya
dipisahkan oleh diskus fibrokartilago yang disebut diskus intervertebralis.
Seluruh diskus ini menyusun seperempat panjang columna.
Cervecales 7, Thoracales 12, Lumbal 5, Sacral 5, Coxae 4; 3 yang bawah
biasanya menyatu.
Ciri Umum
Vertebra
Meskipun
menunjukkan perbedaan regional, vertebra memiliki pola umum. Vertebra yang khas
terdiri atas corpus yang bulat di depan dan arcus vertebrae di belakang. Keduanya
melingkupi ruang yang disebut foramen verteebrale, yang dilalui medulla
spinalis dengan pembungkusnya. Arcus vertebrae terdiri atas sepasang pediculus
silimdris, yang membentuk sisi arcus, dan sepasang lamina pipih, yang
melengkapi arcus ini di bagian belakangnya.
Arcus
vertebrae mempunyai 7 prosecesus yaitu processus spinosus, 2 transversus, dan 4
articularis.
Prosessus
spinosus, menenjol ke posterior dari pertemuan dua laminae. Prosesus
transverses menonjol ke lateral dari titik pertemuan laminae dan pediculus.
Kedua jenis processus ini berfungsi sebagai pengungkit dan menjadi tempat
perlekatan otot dan ligament.
Processus
articularis tersusun vertical dan terdiri atas dua proosessus superior dan dua
prosessus inferior. Menonjol dari perbatasan laminae dan pediculus, dan facies
articularisnya ditutupi tulang rawan hialin. Prosessus articularis superior
dari satu arcus vertebrae berarticulasi dengan prosessus articularis inferior
dari arcus vertebra diatasnya, membentuk articulatio synvialis.
Pediculus berlekuk
pada tepi atas dan bawahnya, membetnuk incisura vertebralis superior dan
inferior. Incisura superior satu vertebra dan incisura inferior vertebra di
atasnya bersama-sama membentuk foramen intervertebralis. Foramen ini pada
kerangka yang berartikulasi, berfungsi menyalurkan n. spinalis dan pembuluh
darah.
a. Vertebra Cervicalis
Khas
memiliki cirri berikut ini: tiap prosessus transverses mempunyai foramen
prosessus transverse untuk av. Vertebralis. Prosessus spinosus kecil dan bifid.
Corpus kecil dan diameter transversa lebih besar dari diameter anteroposterior,
tersapat sendi-sendi synovial kecil pada tiap sisi. Foramen vertebrale besar
dan berbentuk segitiga. Prosessus artikularis superior mempunyai facies
artikularis yang rata dan kecil, menghadap ke bekalang dank e atas, prosessus
artikularis inferior mempunyai facies artikularis yang menghadap ke bawah dan
depan.
Vertebra
cervicalis pertama, kedua, dan ketujuh bentuknya tidak khas
Vertebra
cervicalis [ertama, atau atlas, tidak mempunyai corpus maupun prosessus
spinosus. Hanya berupa cincin tulang, yang terdiri atas arcus anterior dan
arcus posterior dan sebuah masa lateralis pada tiap sisi. Tiap masa lateralis
mamiliki facies articularis superior dan inferior. Tulang ini berartikulasi di
atas dengan condylus occipitalis, membentuk articulatio atlanto-occipitalis.
Dibawah, berartikulsi dengan axis dan membentuk articulatio atlanto axialis.
Vertebra
cervicalis kedua atau axis mempunyai dens yang mirip pasak, yang terdapat di
atas corpus dan mewakili corpus atlas yang telah menyatu dengan axis.
Vertebra
cervicalis ke tujuh, atau vertebra prominens, disebut demikian karena mempunyai
prosessus spinosus paling panajang. Processus ini tidak bifid. Processus
transversus C7 besar, namun foramen processus transversinya kecil dan dilalui
v.vertebralis.
b.Vertebra
Thoracis
Vertebra
Thoracicus makin besar ukurannya dari atas ke bawah. Corpus berbentuk jantung.
Foramen vertebrale relative kecil dan bulat. Processus spinosus panjang dan
condong ke bawah. Fovea costalis terdapat pada sisi corpus, tempat caput costae
berartikulasi, dan pada processus transversus untuk berartikulasi dengan
tuberculum costae. Processus articularis superior mempunyai facies yang
menghadap ke belakang dan lateral, sedangkan facies processus articularis
inferior menghadap ke depan dan medial. Processus articularis inferior Th12
menghadap ke lateral, seperti halnya vertebra lumbalis.
c.Vertebra
Lumbalis
Corpus tiap
vertebra lumbalis bersifat massif dan berbentuk ginjal. Pediculus kuat dan
mengarah ke belakang. Laminae tebal, dan foramen vertebrale berbentuk segitiga.
Processus transversus panjang dan langsing. Processus spinosus pendek, rata,
dan berbentuk segiempat dan terjalur lurus ke belakang. Facies articularis
spinosus articularis superior menghadap ke medial, dan facies processus
articularis inferior menghadap ke lateral.
Vertebra
lumbalis tidak mempunyai facies articularis dengan costae dan tanpa foramen
processus transversi.
d. Os Sacrum
Terdiri dari
lima vertebra rudimenter yang bergabung, membentuk sebuah tulang berbentuk
baji, yang cekung di anterior. Batas atas, atau basis tulang ini berartikulasi
dengan L5. Batas inferior yang sempit berarticulasi dengan kedua Os Inominata
atau Os Coxae, membentuk articulation sacroiliaca. Tepi anterior dan superior
S1 menonjol ke depan sebagai margo posterior aperture pelvis superior dan
dikenal sebagai promontorium sakralis.
Foramen
vertebrale pada kelompok ini membentuk canalis sacralis. Laminae S5, kadang-kadang
juga S4 tidak mencapai garis tengah dan membentuk hiatus sacralis.
Permukaan
anterior dan posterior sacrum mempunyai 4 foramina pada tiap sisinya, yang
dilalui rani ventrales dan dorsales S1-4.
e.Os
Coccygea
Terdiri atas
empat vertebra yang berfungsi membentuk sebuah tulang segitiga kecil, yang
berarticulasi pada basisnya dengan ujung bawah sacrum. Vertebra coccygea
pertama biasanya tidak ikut atau tidak sempurna berfungsi dan vertebra kedua.
f.Diskus
Intervertebralis
Menyusun
seperempat panjang columna vertebralis. Diskus ini paling tebal di daerah
cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakan columna vertebralis.
Struktur ini dapat dipandang sebagai discus semi-elastis. Cirri fisiknya
memungkinkan mereka berfungsi sebagai peredam benturan bila beban pada columna
vertebralis mendadak bertambah, seperti bila seseorang melompat turun dari
ketinggian. Kelenturannya memungkinkan vertebra yang kaku dapat bergerak satu
terhadap lainnya. Sayangnya daya pegas ini berangsur hilang dengan bertambahnya
usia.
Setiap
discus terdiri atas bagian tepi, annulus fibrosus, dan bagian pusat, nucleus
pulposus. Annulus fibrosus terdiri atas jaringan fibrocartilago dengan serat
collagen yang tersusun sebagai lamel-lamel konsentris. Berkas collagen berjalan
serong diantara corpus vertebrae berdekatan, dan lamel-lamel lain berjalan
dalam arah sebaliknya. Serat-serat yang lebih perifer melekat dengan kuat pada
lig.longitudinalis anterius dan posterius dari columna vertebralis.
Nucleus
pulposus pada anak adalah masa mirip gel, berbentuk lonjong, banyak mengandung
air, sedikit serat collagen, dan sedikit sel tulang rawan. Biasanya berada
dalam keadaan terteken dan terletak lebih dekat dengan tepi posterior daripada
tepi anterior discus.
Permukaan
atas dan bawah corpus vertebrae berdekatan yang menempel pada discus, tertutup
lempeng tulang rawan hialin tipis.
Sifat
setengah cair dari nucleus pulposus memungkinkannya berubah bentuk dan vertebra
dapat menjungkit ke depan atau ke belakang di atas yang lain, seperti pada
fleksi dan ekstensi columna vertebralis.
Peningkatan
beban kompresi mendadak pada columna vertebralis mengakibatkan nucleus pulposus
semi cair itu menjadi gepeng. Penekanan nucleus keluar dapat ditahan oleh daya
pegas annulus fibrosus disekelilingnya. Namun, kadang-kadang tekanan keluar ini
terlampau kuat bagi annulus, sehingga rupture dan meloloskan nucleus pulposus.
Keadaan ini disebut herniasi.
Dengan
bertambahnya usia, kadar air nucleus pulposus menurun dan diganti oleh
fibrocartilago sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan kurang lentur
dan sukar dibedakan dari anulus.
Diskus
intervertebralis tidak ditemukan diantara C1 dan 2 ataupun dalam sacrum
coccygea.
Sendi-Sendi
Pada Vertebra
a.Sendi
Antar Corpus Vertebrae
Permukaan
atas dan bawah corpus vertebrae yang berdekatan dilapisi oleh lempeng tulang
rawan hialin tipis. Diantara lempeng e=rawan hialin tersebut, terdapat discus
intervertebralis yang disusun oleh jaringan fibrocartilago. Serat-serat
collagen discus dengan erat menyatukan kedua corpus vertebrae.
Di daerah
cervical bawah ditemukan banyak sendi synovial kecil di kiri-kanan discus
intervertebralis, antara permukaan atas dan bawah corpus vertebrae.
Ligamenta
Lig.
Longitudinale anterius dan posterius berjalan turun sebagai suatu pita utuh
menyusuri permukaan anterior dan posterior columna vertebralis, dari cranium
sampai sacrum. Lig. Anterius lebar dan menempel kuat pada tepi depan., sisi
corpus vertebrae dan pada discus intervertebralis. Lig. Posterius lemah dan
sempit, melekat pada tepi posterior diskus.
b.Sendi
Antar Arcus Vertebrae
Sendi antar
arcus vertebrae terdiri atas dua sendi synovial diantara proceccus artikularis
superior dan inferior vertebra berdekatan. Facies artikularis tertutup oleh
tulang rawan hialin, dan sendi dikelilingi oleh lig. Capsularis.
Lig.
Supraspinalia menghubungkan ujung-ujung processus spinosus vertebrae. Lig.
Interspinalia berjalan di antara processus spinosus berdekatan Lig. Flava
menghubungkan dua lamina berdekatan. Di daerah cervical, ligamenta
supraspinalia sangat tebal, membentuk Lig. Nuchae. Yang terakhir ini meluas
dari processus spinosus C7 sampai ke protuberantia occipitalis
externa,permukaan anteriornya melekat erat pada processus spinosus
cervicales di depannya.
c.Articulation
Atlanto Occipitalis
Merupakan
sendi synovial antara condilus occipitalis, di kiri-kanan foramen magnum di
atas dan facies articularis superior masa lateralis atlas di bawah. Sendi
synovial jenis avoid. Gerak utamanya dalah fleksi-ekstensi yaitu yes joint,
dengan ROM 10°-15° / 0° / 20°-25°.
Membrane
atlanto occipitalis anterior, merupakan lanjutan lig. Longitudinal anterius,
menghubungkan arcus anterior atlas dengan tepi anterior foramen magnum.
Membrane atlanto occipitalis posterior menyerupai lig flava, menghubungkan
arcus posterior atlas dengan tepi posterior foramen magnum.
d.Articulatio
Atlanto Axialis
Terdiri atas
3 sendi synovial, satu diantaranya antara dens axis dengan arcus anterior
atlas, sedangkan 2 lainnya diantara masa lateralis kedua tulang.
Sendi
synovial jenis sendi putar. Gerak utamanya adalah rotasi atau no joint. Dengan
ROM 35°-40° / 0° / 35°-40°. Gerak lainnya adalah fleksi-ekstensi ROM 10°-15°
dan lateral fleksi 5°, rotasi 45° arteri vertebralis ipsilateral terjepit.
Lig. Apicis
dentis adalah terletak di tengah dan menghubungkan apex dentis dengan tepi
anterior foramen magnum.
Ligamen
aalaria terletak di kanan-kiri lig. Apicis dentis, menghubungkan dens axis
dengan sisi medial condylus occipitalis
Lig.
Crusiformi atlantis terdiri atas lig. Transversum atlantis yang kuat dan
fascicule longitudinales yang lemah. Ujung-ujung lig. Transversum melekat pada
bagian dalam masa lateralis atlas dan mengikat dens axis pada arcus anterior
atlas. Fasciculi longitudinales berjalan dari permukaan posterior corpus, axis,
sampai ke tepi anterior foramen magnum.
Membrane
Pektoria merupakan lanjutan ke atas dari ligament longitudinal posterior.
Melekat pada os occipitalis tepat di dalam foramen magnum.
Membran ini
menutupi permukaan posterior dens axis, lig apicis dentis, alaria, dan
cruciform atlantis.
Gerakan
Columna Vertebralis
Seperti yang
telah dibicarakan sebelumnya, columna vertebralis terdiri atas sejumlah
vertebra terpisah yang tersusun rapid an dipisahkan oleh discus
intervertebralis. Vertebrae dipertahankan pada tempatnya oleh ligament kuat yang
sangat membatasi derajat gerakan yang mungkin terjadi antara vertebra
berdekatan.
Meskpun
demikian, hasil akhir gabungan semua gerakan ini, memberikan derajat gerakan
columna vertebralis yang cukup besar.
Gerakan
berikut ini dapat dilakukan: fleksi, ekstensi, laterofleksi, rotasi, dan
sirkumduksi:
Fleksi
adalah gerakan ke depan, sedangkan ekstensi adalah gerakan ke belakang.
Keduanya dapat leluasa dilakukan di daerah cervical dan lumbal, namun terbatas
di daerah thoracal.
Laterofleksi
adalah condongnya tubu ke salah satu sisi. Gerak ini amat mudah dilakukan di
daerah cervical dan lumbal, namun terbatas di daerah thoracal.
Rotasi
adalah gerak memutar columna vertebralis. Paling leluasa di daerah lumbal.
Sirkumduksi
adalah gabungan gerakan-gerakan di atas.Jenis dan keleluasaan gerak yang
mungkin pada tiap daerah columna, sebagian besar tergantung pada tebal discus
invertebralis dan bertuk serta arah processus articularis. Di daerah thoracal,
iga, tulang rawan iga, dan sternum sangat membatasi keleluasaan gerak.
Articulation
atlanto-occipitalis memungkinkan fleksi dan ekstensi luas dari kepala.
Articulation atlanto-axialis memungkinkan rotasi luas pada atlas dan dengan
demikian, juga rotasi kepala di atas axis.
Columna
vertebralis digerakkan oleh banyak otot, sebagian besar melekat langsung pada
vertebra, sementara yang lain, seperti m. sternocleidomastoideus dan otot
dinding perut, melekat pada cranium atau pada iga atau fascia.
Di
daerah cervical, fleksi dilakukan oleh m. longus colli, scalenus anterior, dan
sternocleidomastoideus. Ekstensi dikerjakan oleh otot-otot post vertebralis.
Laterofleksi dikerjakan oleh m. scalenus anterior dan medius dan m. trapezius
dan sternocleidomastoideus. Rotasi dikerjakan oleh m. sternocleidomastoideus
pada satu sisi dan m. splenius sisi lainnya.
Di
daerah thoracal rotasi dilakukan oleh m. semi spinalis dan mm. rotators,
dibantu oleh m. obliquus dinding anterolateral abdomen.
Di
daerah lumbal, fleksi dilakukan oleh m. rectus abdominis dan m. psoas. Ekstensi
dikerjakan oleh otot post vertebralis. Laterofleksi dilakukan oleh otot post
vertebralis, m. quadrates lumborum, m. obliquus dinding anterolateral abdomen.
M. psoas dapat pula berperan dalam gerakan ini. Rotasi dilakukan oleh mm.
rotators dan m, obliquus dinding anterolateral abdomen.
Otot Punggung
a.Otot
Superficial
Otot ini
merupakan bagian lengan atas dan terdiri atas m. trapezius, latissimus dorsi,
levator scapulae, dan rhomboideus minor dan major.
b.Otot Intermedia
Otot ini
berhubungan dengan respirasi, terdiri atas m. serratus posterior superior,
serratus posterior inferior, dan levatores costarum.
c.Otot
Profunda (Otot Post Vertebralis)
Pada posisi
berdiri, garis gaya berat akan berjalan melalui dens axis, di belakang
pusat-pusat sendi coxae dan di depan sendi lutut dan pergelangan kaki.
Akibatnya, bila tubuh dalam posisi ini, sebagian besar berat badan akan jatuh
di depan columna vertebralis. Karenanya, tidak mengherankan bila otot-otot post
vertebralis manusia berkembang lebih baik. Tonus postural otot-otot ini adalah
factor utama dalam memepertahankan lengkung-lengkung normal columna
vertebralis.
Otot
punggung profunda merupakan jaringann otot berbentuk kolom tebal dan lebar,
yang menempati rongga di kiri kanan processus spinosus. Mereka meluas dari
sacrum hingga cranium dan terletak di bawah fascia thoracolumbalis. Perlu
diketahui bahwa massa otot majemuk ini, terdiri atas sejumlah otot terpisah
dengan panjang yang beragam. Setiap otot dapat dipandang sebagai tali, yang
bila ditarik, mengakibatkan satu atau lebih vertebra berekstensi atau rotasi
terhadap vertebra di bawahnya. Karena origo dan insertion berbagai kelompok
saling tumpang tindih, keseluruhan columna vertebralis dapat bergerak mulus.
Processus
spinosus dan transversus vertebrae berfungsi sebagai pengungkit yang
mempermudah kerja otot. Otot-otot terpanjang terletak lebih superficial dan
berjalan vertical dari sacrum ke angulus costae, processus transversus, dan
processus spinosus vertebrae atas. Otot dengan penjang sedang (intermedia),
berjalan serong dari processus spinosus ke processus transversus. Otot-otot
pendek yang terletak lebih dalam, berjalan di sela-sela processus spinosus atau
processus transversus vertebra yang berdekatan.
Patologi pada Vertebra
a.Lengkung
Abnormal Columna Vertebralis
1.Kyphosis
Kyphosis
adalah istilah yang dipakai untuk melukiskan lengkung sagital berlebihan pada
pars thoracica columna vertebralis. Ini mungkin disebabkan kelemahan otot atau
perubahan struktur corpora vertebrae atau discus intervertebralis. Misalnya,
pada remaja yang sakit-sakitan dan dengan tonus otot yang lemah, belajar atau
bekerja berjam-jam, menggunakan meja yang rendah dapat berakibat kyphosis pada
daerah thoracicus atas. Orang itu dikatakan “berbahu bundar”. Fraktur gencetan
atau destruksi tuberculosis pada corpora vertebrae berakibat khyposis angular
akut pada columna vertebralis. Pada orang tua, osteropororsis (penipisan tulang
abnormal) dan atau degenerasi discus intervertebralis menimbulkan kyphosis
senilis, yang mengenai columna vertebralis daerah cervical, thoracal, dan
lumbal.
2.Lordosis
Lordosis
adalah istilah yang dipakai untuk melukiskan lengkung sagital yang berlebihan
di daerah lumbal. Lordosis ini terjadi akibat bertambahnya beban isi abdomen,
seperti pada uterus hamil atau adanya tumor ovarii yang besar, atau sebagai
akibat penyakit pada columna vertebralis seperti pada spondylolisthesis.
Kemungkinan bahwa keadaan ini merupakan kompensasi postural pada kyphosis
thoracicus atau penyakit articulation coxae (dislocatio congenitalis) tidak
boleh dilupakan.
3.Scoliosis
Scoliosis
adalah istilah yang dipakai untuk melukiskan penyimpangan ke lateral dari
columna vertebralis. Keadaan ini paling sering terjadi di daerh thoracal dan
dapat diakibatkan kerusakan otot atau vertebra. Paralisis otot akibat
poliomielitis dapat menimbulkan scoliosis hebat, demikian juga adanya
hemivertebra congenital. Seringkali scoliosis bersifat kompensasi pada kaki
yang pendek sebelah atau penyakit panggul.
b.Hernia
Nucleus Pulposus
Annulus
fibrosus bagian posterior dapat ruptur dan nucleus pulposus akan melesat ke
posterior seperti pasta gigi yang terpencet. Herniasi ini berakibat penonjolan
sentral di garis tengah di bawah lig. longiludinale posterius atau penonjolan
lateral di samping lig. posterius dekat foramen intervertebrale. Tidak
adanya nucleus pulposus menyempitkan celah antara corpora vertebrae, dan akan
terlihat pada radiografi. Kendurnya lig. longitudinal anterius dan posterius
berakibat bertambahnya mobilitas corpora vertebrae yang abnormal, berakibat
nyeri setempat dan kemudian berkembang menjadi osteoarthritis.
1. Hernia Nucleus Pulposus Cervicalis
HNP
Cervicalis tidak sesering HNP pada daerah lumbal. Discus yang paling mudah
terkena adalah discus antara C5 dan C6 atau antara C6 dan C7. Penonjolan ke
lateral berakibat penekanan radiks spnal. Tiap radiks spinal muncul di atas
vertebra yang sesuai; jadi penonjolan discus C5-6 menekan radiks C6. Nyeri
dirakasan pada bagian bawah belakang leher, bahu, dan sepanjang lengan, sesuai
penyebaran radiks yang bersangkutan. Penonjolan sentral dapat menekan medulla
spinalis dan a. spinalis anterior dan melibatkan tractus pyramidalis.
2.Hernisa Nucleus Pulposus Lumbalis
HNP Lumbalis
lebih sering daripada discus cervicalis. Discus yang paling sering terkena
ialah yang terletak antara L4 dan 5, dan antara L5 dan Sacrum. Di daerah
lumbal, redices dalam cauda equina berjalan ke posterior sepanjang jumlah
discus intervertebralis. Herniasi ke lateral dapat menekan satu atau dua radix
dan seringkali mengenai radix yang sedang menuju foramen intervertebrale di
bawahnya. Nucleus pulposus biasanya menonjol langsung ke belakang, dan jika
besar, mungkin menekan seluruh cauda equina, berakibat paraplegia.
Biasanya
terdapat periode gejala awal dengan nyeri punggung akibat discus yang cedera.
Otot-otot punggung dalam keadaan spasme, terutama pada sisi hernia, sebagai
akibat penekanan pada radix spinalis. Akibatnya, akan terjadi scoliosis, dengan
bagian cekungnya pada sisi lesi. Nyeri menjalar menuruni kaki sesuai penyebaras
saraf yang bersangkutan. Karena radix sessoris yang peling sering mengalami
penekanan ialah dari L5 dan S1, maka perasaan nyeri terasa di bagian belakang
dan samping tungkai, yang menjalar ke telapak kaki. Keadaan ini sering disebut
sebagai sciatica (=ischialgia). Pada kasus berat terdapat perestesia atau
hilangnya sensasi umum.
Penekanan
pada radix motoris akan melemahkan otot. Jika yang terkena radix motoris L5,
maka dorso fleksi pergelangan kaki melemah, sedangkan bila mengenai radix
motoris S1, maka plantar fleksi yang akan melemah, dan reflex pergelangan kaki
akan melemah atau tidak ada sama sekali.
Penonjolan
sentral yang besar dapat berakibat nyeri bilateral dan kelemahan otot kedua
tungkai. Dapat pula terjadi retention urinae akut.
c.Dislokasi
Columna Vertebralis
Dislokasi
tanpa fraktur hanya terjadi di daerah cervical, karena kemiringan processus
articularisnya memungkinkan terjadinya dislokasi tanpa menimbulkan fraktur. Di
daerah thoracal dan lumbal, dislokasi hanya dapat terjadi jika processus
articularis yang tersusun vertical itu patah terlebih dahulu.
Dislokasi
umumnya terjadi antara vertebra C4 dan 5 atau C5 dan 6, yaitu tempat yang
paling mobile. Pada dislokasi unitaleral, processus articularis inferior sebuah
vertebra terdorong ke depan dan ke atas permukaan anterior processus
articularis superior vertebra di bawahnya. N. spinalis sisi yang sama biasanya
tecederai pada foramen intervertebrale, dan menimbulkan nyeri hebat. Untunglah
ukuran canalis vertebralis yang cukup besar membebaskan medulla spinalis dari
cedera pada kebanyakan kasus.
Dislokasi
cervicalis bilateral hamper selalu disertai cedera hebat pada medulla spinalis.
Orang akan langsung mati jika terjadi pada vertebra cervicalis atas, karena
otot-otot pernafasan, termasuk diafragma, akan lumpuh.
d.Fraktur
Columna Vertebralis
Fraktur
processus spinosus, processus transversus, atau laminae umumnya disebabkan oleh
trauma langsung atau, pada kasus tertentu, oleh aktivitas otot yang hebat.
Fraktur kompresi corpus vertebrae biasanya dosebabkan trauma akibat
fleksi-kompresi berlebihan dan terjadi pada tempat dengan mobilitas maksimum
atau pada perbatasan daerah mobile dan tidak mobile. Hal yang menarik pada
fraktur demikin adalah meskipun corpus vertebrae amat remuk, tetapi ligamentum
longitudinal posterius tetap utuh. Arcus vertebralis tidak patah dan ligamentun
intervertebralis juga utuh, sehingga tidak terjadi penggeseran vertebralis dan
kerusakan medulla spinalis.
Fraktur
dislokasi juga diakibatkan trauma akibat fleksi-kompresi berlebihan dan terjadi
pada tempat dengan mobilitas maksimum atau pada perbatasan daerah mobile dan
tidak mobile. Karena processus articularis patah dan ligamennya robek, vertebra
yang bersangkutan tidak stabil, dan medulla spinalis biasanya cedera berat atau
putus disertai keadaan paraplegia.
e.Cedera
Medulla Spinalis
Derajat
cedera medulla spinalis pada berbagai tingkatan vertebra, terutama ditentukan
oleh factor-faktosr anatomis. Pada daerah cervical, dislokasi atau fraktur
dislokasi sering terjadi, namun lubang canalis vertebralis yang besar
seringkali menghindarkan medulla spinalis dari cedera berat. Tapi pada pergeseran
yang besar, medulla dapat terpotong dan langsung mengakibatkan kematian. Jika
lesi terjadi di atas segmen tempat keluarnya n. pherenicus, respirasi berhenti.
Pada fraktur
dislokasi daerah thoracal, sering terjadi pergeseran yang cukup besar, dan kecilnya
ukuran canalis vertebralis berakibat cedera pada medulla spinalis.
Pada fraktur
dislokasi daerah lumbal, dua keuntungan anatomis membantu pasien. Pertama,
medulla spinalis pada orang dewasa hanya meluas ke bawah sampai setinggi batas
bawah vertebra L1. Kedua, ukuran foramen vertebrae yang lebih besar pada daerah
ini menyediakan tempat lebih dari cukup bagi cauda equina. Karena itu cedera
saraf di daerah ini bersifat ringan.
Cedera
medulla spinalis dapat berakibat hilangnya sebagian atau seluruh fungsi pada
tingkat lesi, dan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi tractus aferen dan
eferen di bawah lesi.
3.
Jelaskan Pembagian Otot berdasarkan Ada tidaknya Saraf dan Kontrol
Saraf
?
Sistem
saraf adalah sekumpulan sel-sel saraf atau neuron-neuron, yang berfungsi
menyelenggarakan kerjasama yang rapi dalam organisasi dan koordinasi kegiatan
tubuh. Sistem saraf pada vertebrata secara
umum dibagi menjadi dua, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Berdasarkan
struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu sel
saraf sensori, sel saraf motor, dan sel saraf intermediet (asosiasi). Impuls
dapat dihantarkan melalui beberapa cara, di antaranya melalui sel saraf dan
sinapsis. Berikut ini akan dibahas secara rinci kedua cara tersebut.
Gerakan berdasarkan
tanggapan impuls dibedakan menjadi:
a.Gerak biasa, merupakan gerakan yang
disadari dan impuls akan diolah oleh SSP (otak dan medulla spinalis) terbeih
dahulu sebelum terjadi gerakan.
b.Gerak refleks merupakan gerakan yang
tanpa disadari karena menanggapi impuls secara langsung. Sehingga sifat
gerakan ini tidak diolah terlebih dahulu oleh otak. Jarak terpendek efektor
dalam menanggapi impuls disebut dengan lengkung refleks.
Secara
anatomi, sistem saraf ini dibagi menjadi sistem saraf pusat/ sentral yang
terdiri dari otak dan sum-sum tulang belakang (medulla spinalis) dan sistem
saraf tepi (perifer) yang terdiri dari 12 pasang saraf cranialis dan 31 nervi
spinalis.
Pembagian
susunan saraf terdiri dari:
1.Susunan saraf sentral
a. Medula spinalis
b. Otak
·
Otak besar (serebrum)
·
Batang otak (trunkus serebri)
·
Otak kecil (serebelum)
2.Susunan saraf perifer
a. Susunan saraf somatik
b. Susunan saraf otonom
·
Susunan saraf simpatis
·
Susunan saraf para simpatis
Pada
vertebrata, sistem saraf pusat yang ditutupi dalam meninges. Ini berisi
sebagian besar sistem saraf dan terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.
Bersama-sama dengan sistem saraf perifer memiliki peran fundamental dalam
kontrol perilaku. SSP adalah yang terkandung dalam dorsal rongga, dengan otak
di dalam rongga tengkorak dan tulang belakang di rongga tulang belakang. Otak
dilindungi oleh tengkorak, sedangkan sumsum tulang belakang dilindungi oleh
tulang belakang.
Adapun bagian-bagian otak itu sendiri yang sampai saat ini menurut beberapa
pakar dikatakan bahwa teorinya masih dalam kiasan karena sifatnya begitu
menyederhanakan sebuah sistem yang begitu kompleks dan rumit.
Sebenarnya banyak teori otak yang ada sekarang dan itu
berkembang terus menerus melalui beberapa penelitian, diantaranya: “otak adalah
bagian dari suatu jaringan kebel listrik yang menyebar ke seluruh tubuh dan
teru menerus mengirim dan menerima pesan. Jumlah kabel itu luar biasa
banyaknya. Otak sendiri mempunyai lebih dari 100.000 mil kabel.kabel ini (yang
disebut akson dan dendrit) mempunyai jutaan interaksi per detik dengan dirinya
sendiri, dengan jaringan yang disebarkan ke seluruh tubuh, dan dengan zat-zat
kimia yang diangkut melalui aliran darah”.
Otak
terdiri rangka tulang bagian luar dan tiga lapisan jaringan ikat yang disebut
meninges. Lapisan meningel terdiri dari pia mater,lapisan araknoid, dan
durameter.
Pada
penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna putih,
sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu. Pada penampang
melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas
sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls
sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk
dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk
ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung
(asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan
menghantarkannya ke saraf motor
Sistem
saraf merupakan satu dari dua sistem kontrol utama tubuh, selain sistem
endokrin. Sistem saraf tersusun atas susunan saraf pusat (SSP) yang terdiri
dari otak dan korda dorsalis, dan sistem saraf tepi (SST) / sistem saraf
perifer, yang terdiri dari serat-serat saraf yang membawa informasi antara SSP
dan bagian tubuh lain (perifer). Dengan adanya sistem saraf, manusia dapat
merasakan berbagai stimulus yang datang kepada dirinya, misalnya berupa panas,
tekanan, rasa nyeri, dan sebagainya. Mekanisme ini sangat diperlukan oleh
manusia agar manusia dapat berusaha untuk mempertahankan dirinya dari hal-hal
yang dianggap dapat membahayakan tubuhnya. Misalnya, rasa nyeri yang
ditimbulkan akibat sakit gigi menyebabkan seseorang akan berusaha untuk
menghilangkan rasa nyeri tersebut, misalnya dengan cara memakan obat analgesik
atau pergi ke dokter gigi. Dalam praktiknya sehubungan dengan sistem saraf
tubuh ini, para dokter gigi sangat sering menggunakan obat-obat anestesi maupun
analgesik untuk memberikan rasa nyaman (menghilangkan rasa sakit ataupun nyeri)
kepada pasiennya terutama saat melakukan pencabutan gigi. Sebelum dilakukan
pencabutan, biasanya dokter gigi akan menginjeksikan obat anestesi dan untuk
perawatan sesudahnya diberikan obat anelgesik. Kedua jenis obat ini bekerja
dengan cara mempengaruhi sistem saraf pasien. Dengan menginjeksikan obat
anestesi, daerah tubuh yang diinjeksikan tersebut akan mengalami kebas. Kebas
yang dialami pasien untuk tindakan operasi yang singkat seperti pada pencabutan
gigi biasanya akan hilang setelah beberapa jam, namun pada kasus yang jarang
terjadi, kebas dapat pula hilang setelah beberapa hari, minggu, atau bahkan
beberapa bulan sesudah injeksi. Mengapa hal ini bisa terjadi? Dalam kasus yang
akan dibahas dalam laporan ini, masalah tersebut akan dibahas secara gamblang
yakni dengan membahas sistem saraf dari segi anatomi, histologi, fisika,
fisiologi, maupun dari segi farmakologi obat yang digunakan sesuai dengan
learning issues sebagai berikut: 1. Anatomi:
a. Anatomi sistem saraf perifer
b. Anatomi persarafan pada wajah
2. Histologi:
a. Struktur histologi sel saraf perifer
b. Proses regenerasi sel saraf
3. Fisika: Mekanisme penghantaran impuls pada sel
saraf
4. Fisiologi:
a. Fungsi sistem saraf perifer
b. Mekanisme sensorik secara umum
c. Mekanisme nyeri d. Patofisiologi kebas (numbness)
5. Farmakologi:
a. Cara kerja dan jenis obat anestesi umum dan lokal
(yang digunakan pada Kedokteran Gigi)
b. Jenis obat analgesik
Adapun kasus yang akan dibahas dalam laporan ini dapat
dilihat pada bagian deskripsi topik berikut.
I.II. Deskripsi Topik
R, seorang lelaki berusia 26 tahun, datang ke dokter
gigi dengan keluhan gigi geraham terasa sakit. Setelah dilakukan pemeriksaan
umum, ekstra oral dan intra oral, didapati gigi molar 3 kanan bawah berada pada
posisi miring ke mesial dan sebahagian mahkota terlihat dalam rongga mulut.
Kemudian dilakukan pemeriksaan foto rontgen, gigi tersebut posisinya tidak
normal sehingga harus dicabut. Setelah pasien menyetujuinya, maka dilakukan
tindakan anestesi untuk pencabutan. Injeksi obat dilakukan pada daerah belakang
gigi molar 3 dekat trigonum retomolar. Selesai tindakan pencabutan, R pulang
dan diminta untuk meminum obat analgesic yang diresepkan. Keesokan harinya, R
kembali ke dokter gigi dengan keluhan rahang kanan bawahnya masih terasa kebas.
Anatomi sistem saraf perifer
Sistem saraf perifer terdiri dari jaringan saraf yang
berda di bagian luar otak dan medulla spinalis. Sistem ini mencakup saraf cranial
yang berasal dari otak; saraf spinal, yang berasal dari medulla spinalis; dan
ganglia serta reseptor sensorik yang berhubungan.
Saraf cranial
Terdiri atas dua belas pasang, yakni: 1. Saraf
olfaktori (CN I) 2. Saraf optik (CN II) 3. Saraf okulomotor (CN III) 4. Saraf
troklear (CN IV) 5. Saraf trigeminal (CN V) 6. Saraf abdusen (CN VI) 7. Saraf
fasial (CN VII) 8. Saraf vestibulokoklear (CN VIII) 9. Saraf glosofaringeal (CN
IX) 10. Saraf vagus (CN X) 11. Saraf aksesori spinal (CN XI) 12. Saraf hipoglosal
(CN XII)
Saraf spinal Terdiri atas 31 pasang
saraf, yakni: 1. Saraf serviks; delapan pasang, C1 sampai C8 2. Saraf toraks;
12 pasang, T1 sampai T12 3. Saraf lumbal; lima pasang, L1 sampai L5 4. Saraf
koksiks; satu pasang
Anatomi persarafan pada wajah
Berdasarkan pembagian susunan saraf perifer di atas,
maka dapat kita lihat bahwa persarafan yang ada pada wajah terdiri atas: 1.
Saraf V (Saraf Trigerminal) • Merupakan saraf cranial terbesar • Terdiri atas
gabungan saraf motorik dan sensorik (mixed), tetapi sebagian besar terdiri atas
saraf sensorik • Membentuk saraf sensorik utama pada wajah, rongga nasal, dan
rongga oral • Neuron motorik berasal dari pons dan menginervasi otot mastika
kecuali otot buksinator • Badan sel neuron sensorik terletak dalam ganglia
trigeminal (semilunar). Serabut bercabang ke arah distal menjadi tiga divisi,
yakni: 1. Cabang optalmik membawa informasi dari kelopak mata, bola mata,
kelenjar air mata, rongga nasal, kulit dahi, seta kepala 2. Cabang maksilar
membawa informasi dari kulit wajah, rongga oral (gigi atas, gusi, dan bibir)
dan langit-langit mulut (palatum) 3. Cabang mandibuar membawa informasi dari
gigi bawah, gusi, bibir, kulit rahang, dan area temporal kulit kepala. Radiks
motorik saraf trigeminal menjalar bersama cabang mandibular 2. Saraf VII (Saraf
Facial) • Terdiri atas gabungan saraf motorik dan saraf sensorik • Neuron
motorik terletak dalam nuclei pons. Neuron ini menginervasi otot ekspresi
wajah, termasuk kelenjar air mata dan kelenjar saliva • Neuron sensorik membawa
informasi dari resesptor pengecap pada dua per tiga bagian anterior lidah 3.
Saraf IX (Saraf Glossopharyngeal) • Terdiri atas gabungan saraf motorik dan
saraf sensorik • Neuron motorik berawal dari medulla dan menginervasi otot
untuk berbicara dan menelan serta kelenjar saliva parotid • Neuron sensorik
membawa informasi yang berkaitan dengan rasa dari sepertiga bagian posterior
lidah dan sensasi umum dari faring dan laring; neuron ini juga membawa
informasi mengenai tekanan darah dari reseptor sensorik dalam pembuluh darah
tertentu
Proses regenerasi sel saraf
Kematian sel saraf terbatas pada perikarion serta
cabang-cabangnya. Berbeda dengan sel saraf, neuroglial SSP – dan sel Schwann
serta sel satelit ganglion di sistem saraf tepi – dapat membelah melalui mitosis.
Celah-celah di susunan saraf pusat yang ditinggalkan oleh sel-sel saraf akibat
penyakit atau cedera, akan ditempati oleh neuroglia. Oleh karena saraf tersebar
luas di seluruh tubuh, saraf sering mengalami cedera. Bila sebuah akson saraf
terputus, maka akan terjadi perubahan degeneratif yang diikuti dengan fase
pemulihan. Cedera pada akson dapat menyebabkan perubahan dalam perikarion,
misalnya berupa kromatolisis (larutnya substansi Nissl) Segmen proksimal akson
dekat luka akan berdegenerasi untuk sebagian kecil akson, namun pertumbuhan
segera dimulai setelah debris dibersihkan oleh makrofag yang menghasilkan IL-1
yang menstimulasi sel Schwann untuk menyekresi zat yang membantu pertumbuhan
saraf. Jadi, bila kita lihat di sini, umumnya hanya saraf periferlah yang dapat
beregenerasi karena ia memiliki sel Schwan yang dapat membantunya dalam
regenerasi sedangkan pada susunan saraf pusat tidak terdapat sel Schwann
sehingga sulit untuk regenerasi. Selain itu regenerasi juga tidak dapat terjadi
jika soma dan dendrit mengalami kerusakan, namun jika nerve fiber-nya yang
rusak regenerasi masih dapat terjadi.
4.
Jelaskan Bagian-bagian Jaringan Tulang dan Jaringan Otot?
Tulang rawan ditandai dengan suatu matriks ekstrasel yang banyak mengandung
glikosaminoglikan dan proteoglikan, yaitu makromolekul yang berinteraksi dengan serat kolagen dan elastin. Variasi komposisi komponen matriks ini
menghasilkan tiga jenis tulang rawan, yang
sesuai dengan kebutuhan biomekanika setempat.
Tulang rawan merupakan bentuk khusus jaringan ikat, dengan
konsistensi matriks ekstraselnya yang “keras”, sehingga
tulang rawan ini memiliki daya kenyal yang tinggi, fungsinya antara lain;
1.Memungkinkan jaringan ini menahan stress mekanik tanpa mengalami distorsi.
2.Menunjang jaringan lunak, karena
permukaannya licin dan berdaya kenyal,
maka tulang rawan merupakan daerah peredam guncangan dan permukaan gesekan bagi
sendi, sehingga memudahkan gerakan tulang.
3.Penting untuk perkembangan dan
pertumbuhan tulang–tulang panjang sebelum dan sesudah lahir.
Tulang rawan terdiri atas sel
(kondrosit; Yn. chondros, tulang rawan, + kytos, sel) dan banyak matriks ekstrasel yang terdiri atas
serat dan substansi dasar. Kondrosit membuat dan mensekresi matriks ekstrasel,
dan sel-sel itu sendiri terletak dalam rongga matriks yang disebut lakuna. Kolagen, asam hialuronat,
proteoglikans, dan sejumlah kecil glikoprotein tertentu merupakan makromolekul
utama dalam semua jenis matriks tulang rawan. Tulang rawan elastis, dicirikan
oleh kelenturan yang sangat mengandung cukup banyak elastin dalam matriks.
Sebagai akibat adanya kebutuhan fungsional yang berbeda, maka terdapat 3
jenis tulang rawan, masing-2
menunjukkan komposisi yang berbeda dalam matriksnya
Tulang Rawan
Hialin
Bentuk yang paling banyak dijumpai, memiliki matriks
dengan kolagen tipe II sebagai unsur kolagen utamanya.
Tulang Rawan
Elastis
Lebih lentur dan kenyal, selain mengandung kolagen
tipe II juga memiliki banyak serat elastin di dalam matriksnya.
Fibrokartilago
Terdapat dalam daerah yang mengalami
stres berat/menahan beban, dicirikan oleh matriks yang mengandung jalinan serat
kolagen tipe I yang kasar. Ketiga jenis tulang rawan itu avaskular dan mendapat
makanannya melalui difusi dari kapiler dalam jaringan ikat berdekatan
(perikondrium) atau melalui cairan sinovial dari rongga sendi. Tulang rawan
tidak memiliki pembuluh getah bening dan saraf.
Perikondrium adalah
selubung berupa simpai jaringan ikat padat yang membungkus tulang rawan hampir
seluruhnya, merupakan perantara di antara tulang rawan dan jaringan yang
ditunjangnya. Perikondrium menjadi tempat suplai vaskular bagi tulang rawan
yang avaskular (tidak mempunyai pembuluh darah, limf, dan saraf).
Tulang Rawan Hialin
Tulang rawan hialin segar berwarna
putih kebiruan dan translusen. Pada embrio sebagian tulang sementara hingga
secara berangsur-angsur diganti oleh tulang. Pada mamalia dewasa, terdapat di
permukaan sendi pada sendi yang dapat bergerak; hidung, laring, trakea, bronki;
ujung ventral iga; tempat berartikulasi dengan sternum; dan pada lempeng epifisis, dimana ia berfungsi
untuk pertumbuhan memanjang tulang.
Tulang rawan berkembang dari
mesenkim. Sel-sel yang dibentuk melalui diferensiasi langsung dari sel mesenkim
ini disebut kondroblas, dengan
sitoplasma basofilik penuh ribosom. Kejadian diferensiasi tulang rawan
berlangsung dari pusat ke luar; karenanya sel-sel yang lebih di pusat memiliki
ciri kondrosit sedangkan sel-sel perifer memiliki ciri kondroblas.
Matriks (substansi Interselular)
Empat puluh persen berat kering
tulang rawan hialin terdiri atas kolagen yang terpendam dalam substansi
intersel amorf. Selain kolagen tipe II dan proteoglikan, komponen penting lain
dari matriks tulang rawan adalah glikoprotein kondronektin, sebuah makromolekul yang membantu perlekatan
kondrosit pada kolagen matriks.
Perikondrium
Kecuali pada tulang rawan sendi,
semua tulang rawan hialin ditutupi oleh selapis jaringan ikat padat,
perikondrium, yang esensial bagi pertumbuhan dan pemeliharaan tulang rawan.
Lapisan ini kaya serat kolagen tipe I dan mengandung banyak fibroblas.
Kondrosit (sel-sel tulang rawan)
Kondrosit muda berbentuk lonjong,
dengan sumbu panjang paralel terhadap permukaan. Lebih ke dalam bentuknya
bulat, dan dapat berkelompok hingga 8 sel dari hasil pembelahan mitosis satu
kondrosit (kelompok isogen).
Kondrosit sebagai sel penghasil protein RE kasar dan
kompleks golgi. Kondrosit membuat kolagen tipe II, proteoglikans, dan
kondronektin.
Pertumbuhan
Pertumbuhan tulang rawan dapat
melalui dua proses: pertumbuhan
interstisial, akibat pembelahan mitotik dari kondrosit-kondrosit yang
ada; dan pertumbuhan aposisional,
akibat diferensiasi sel-sel perikondrial.
Tulang Rawan Elastis
Tulang rawan elastis terdapat di
aurikula telinga, dinding meatus auditiva eksterna, tuba auditiva (eustachii),
epiglotis, dan kartilago cuneiform dalam laring. Tulang ini memiliki serabut
kolagen tipe II, mengandung jalinan serat-serat elastis tersebar secara luas.
Kondrosit pada tulang rawan elastis dan hialin serupa dan memiliki
perikondrium.
FIBRIKARTILAGO
Jenis tulang rawan ini terdapat pada
tempat yang memerlukan penyokong kuat dan daya rentang. Ditemukan pada diskus intervertebra, pada perlekatan ligamen
tertentu pada permukaan tulang rawan dari tulang dan simfisis pubis. Serat
kolagen yang banyak itu membentuk berkas-berkas
tidak teratur di antara kelompok-kelompok kondrosit atau tersusun paralel sepanjang kolom
kondrosit.
Diskus Intervertebra
Setiap diskus intervertebra terletak
di antara 2 vertebra dan terikat padanya oleh ligamen. Anulus fibrosus dari tulang rawan dan nukleus
pulposus cair. Diskus intervertebra berfungsi sebagai bantal pelicin yang
mencegah vertebra bersebelahan mengalami erosi oleh kekuatan abrasif selama
gerakan tulang belakang. Nukleus pulposus cair berfungsi sebagai peredam kejut
di antara vertebra bersebelahan.
Sebagai unsur utama dari kerangka dewasa, jaringan
tulang berfungsi untuk;
1.
Menunjang
struktur berdaging
2. Melindungi
organ-organ vital (rongga kranium, rongga dada)
3. Mengandung
sumsum tulang, tempat sel-sel darah merah terbentuk.
4.
Sebagi
cadangan kalsium, fosfat, dan ion lain yang dapat dibebaskan atau
ditimbun secara terkendali untuk
mempertahankan konsentrasi tetap ion-ion
penting ini dalam cairan tubuh.
5. Membentuk
sistem pengungkit yang melipatgandakan kekuatan yang timbul akibat kontraksi
otot rangka, menghsilkan gerak tubuh.
Tulang adalah jaringan ikat khusus
yang terdiri atas materi intersel yang mengapur, yaitu matriks tulang dan 3 jenis sel:
1. Osteosit, (Yn. Osteon,
tulang, + kytos, sel) yang terdapat dalam rongga (lakuna) di
dalam matriks.
2. Osteoblas, (Yn. Osteon,
tulang, + blastos, benih) yang membentuk komponen organik dari matriks.
3. Osteoklas, (Yn. Osteon,
+ klastos, pecah) yang merupakan sel raksasa berinti banyak yang
berperan pada resorbsi dan pembentukan kembali jaringan tulang.
Karena metabolit tidak dapat
berdifusi melalui matriks tulang yang telah mengapur, maka pertukaran antara
osteosit dan kapiler darah bergantung pada komunikasi selular melalui
kanalikuli, (Yn. Canalis, saluran) yaitu celah-celah silindris halus
yang menembus matriks.
Endosteum melapisi
permukaan dalam tulang dan periosteum melapisi permukaan luar tulang.
Sel Tulang
A. Osteoblas:
Osteoblas berfungsi mensintesis
komponen organik dari matriks tulang (kolagen tipe I, proteoglikans, dan
glikoprotein). Bila osteoblas aktif dalam pembuatan matriks tulang maka akan
berbentuk kuboid hingg silindris dengan sitoplasma basofil. Bila aktifitas
mensintesis berkurang, maka bentuknya menjadi gepeng, basofil pada
sitoplasmanya mengurang.
Osteoblas memiliki juluran
sitoplasma yang bersentuhan dengan osteoblas didekatnya. Begitu terkurung oleh
matriks yang baru saja dibentuk maka disebut sebagai osteosit.
B. Osteosit:
Osteosit yang asalnya dari
osteoblas, terdapat dalam lakuna yang berada di antara lamel-lamel. Di dalam
lakuna hanya terdapat satu osteosit. Di dalam kanalikuli silindris halus
terdapat juluran sitoplasma dari osteosit.
C. Osteoklas :
Osteoklas adalah sel motil bercabang
banyak yang sangat besar. Bagian badan sel yang melebar mengandung 5-50 lebih inti. Cabang-cabang selnya tidak teratur dan mempunyai
berbagai bentuk dan ukuran. Osteoklas menghasilkan asam, kolagenase, dan enzim
proteolitik lain yang menyerang matriks tulang dan membebaskan substansi dasar
yang mengapur dan secara aktif terlibat dalam membersihkan debris yang terjadi
selama resorbsi tulang.
Matriks
Tulang
Materi anorganik merupakan lebih
kurang 50% berat kering matriks tulang. Kalsium dan fosfor sangat banyak, namun
bikarbonat, sitrat, magnesium, kalsium dan natrium juga ada (kalsium fosfat
[85%], kalsium karbonat [10%], kalsium fluorida dan magnesium fluorida) .
Materi organik adalah 95% serat
serat kolagen tipe I dan substansi dasar amorf, yang mengandung proteoglikan.
Periosteum
dan Endesteum
Permukaan luar dan dalam tulang
ditutupi oleh lapisan sel-sel pembentuk tulang dan jaringan ikat yang disebut
periosteum dan endosteum.
Periosteum terdiri
atas lapisan luar yaitu serat-serat kolagen dan fibroblas. Berkas serat-serat
periosteum, yang disebut serat Sharpey, yang menerobos matriks tulang,
melekatkan periosteum pada tulang. Lapis dalam yang lebih seluler dari
periostuem terdiri atas sel-sel gepeng dengan potensi membelah melalui mitosis
dan berdeferensiasi menjadi osteoblas.
Endosteum melapisi
semua permukaan rongga di dalam tulang dan terdiri atas selapis sel
osteoprogenitor gepeng dan sedikit sekali jaringan ikat.
Fungsi utama periosteum dan
endosteum adalah nutrisi jaringan tulang dan persediaan secara tetap osteoblas
baru untuk keperluan perbaikan atau pertumbuhan tulang.
Jenis
Jaringan Tulang
Ada dua jenis; primer, imatur, atau tulang bertenun (woven
bone); dan sekunder, matur, atau tulang lamelar.
Jaringan
Tulang Primer :
Jaringan tulang yang petama kali
terbentuk selama perkembangan embrional, pada fraktur dan proses penyembuhan
yang lain. Pengamatan secara umum terhadap tulang yang terpotong melintang
menampakkan daerah-daerah padat tanpa
rongga-yaitu daerah tulang padat
(kompak) dan daerah-daerah
dengan banyak rongga yang bersinambungan-yaitu tulang spons (kanselosa).
Pada tulang panjang, ujung-ujungnya membulat disebut epifisis (Yn. Epifisis, suatu
tonjolan abnormal) terdiri atas tulang spons yang ditutupi oleh selapis tipis
tulang kompak. Bagian silindris diafisis
(Yn. Diaphisis, pertumbuhan antara) hampir seluruhnya terdiri
atas tulang kompak, dengan sedikit tulang spons pada permukaan dalam sekitar
rongga sumsum tulang.
Celah-celah pada tulang spons dan
rongga sumsum dalam diafisis tulang panjang mengandung sumsum tulang, yang ada dua jenisnya; sumsum tulang merah, tempat pembentukan sel-sel darah merah; dan sumsum tulang kuning yang terutama
terdiri atas sel-sel lemak.
Jaringan
Tulang Sekunder :
Tulang sekunder adalah variasi yang
umumnya dijumpai pada orang dewasa. Secara khas tampak serat-serat kolagen
tersusun dalam lamel yang paralel satu sama lain atau tersusun secara
konsentris yang mengelilingi kanal vaskular. Kompleks seluruhnya terdiri atas
lamel-lamel tulang konsentris, mengelilingi saluran yang mengadung pembuluh
darah, saraf, dan jaringan ikat longgar disebut sebuah sistem havers atau osteon.
Histogenesis
Tulang dapat dibentuk dalam dua
cara: melalui mineralisasi langsung pada matriks yang disekresi oleh osteoblas
(osifikasi intramembranosa) atau melalui penimbunan matriks tulang pada
matriks tulang rawan sebelumnya (osifikasi endokondral).
Osifikasi Intramembranosa
Osifikasi intramembranosa, sumber
hampir semua tulang pipih, karena berlangsung di dalam daerah-daerah pemadatan
jaringan mesenkim. Tulang frontal dan parietal tengkorak, selain bagian tulang
oksipital dan temporal dan mandibula dan maksila dibentuk melalui proses ini.
Dalam lapis padatmesenkim, titik
awal osifikasi disebut pusat osifikasi
primer. Proses ini dimulai bila kelompok sel-sel berdiferensiasi menjadi
osteoblas. Matriks tulang yang baru terbentuk dan diikuti kalsifikasi,
mengakibatkan terkurungnya beberapa osteoblas, yang kemudian menjadi osteosit.
Sel-sel jaringan mesenkim padat
membelah, menghasilkan lebih banyak osteoblas, yang berfungsi melanjutkan
pertumbuhan pusat osifikasi. Berbagai pusat osifikasi tulang tumbuh secara
radial dan akhirnya menyatu mengganti jaringan ikat yang ada di situ.
Bagian laipsan jaringan ikat yang
tidak mengalami osifikasi akan menjadi endosteum dan periosteum dari tulang
intramembranosa.
Osifikasi Endokondral
Osifikasi endokondral (Yn. endon,
di dalam + chondros, tulang rawan) terjadi di dalam sepotong tulang
rawan hialin yang bentuknya menyerupai contoh atau model kecil dari tulang yang
akan dibentuk.
Pada dasarnya, osifikasi
endokondaral terbagi dalam 2 tahap. Tahap pertama mencakup hipertrofi dan
destruksi kondrosit dari model tulang, berakibat terjadinya lakuna melebar yang
dipisahkan oleh septa matriks tulang rawan yang mengapur. Tahap kedua, sebuah
kuncup osteogenik terdiri atas sel-sel osteoprogenitor dan kapiler-kapiler
darah menerobos ke dalam celah-celah
yang ditinggalkan oleh kondrosit yang berdegenerasi. Sel osteoprogenitor
menghasilkan osteoblas, yang menutupi septa tulang rawan dengan matriks tulang.
Septa jaringan tulang rawan yang mengapur berfungsi sebagai penunjang bagi awal
osifikasi.
Tulang panjang dibentuk dari model
tlang rawan dengan bagian yang melebar (epifisis) pada setiap ujung batang
silindris (diafisis). Jadi sebuah silinder tulang berongga, kerah tulang, dibentuk pada bagian
dalam perikondrium yang mengelilingi tulang rawan. Perikondrium ini kemudian
disebut periosteum karena menutupi tulang yang baru dibentuk itu. Di bagian
dalam kerah tulang, kondrosit dari model tulang rawan mulai berdegenerasi, dan
kehilangan kemampuan untuk mempertahankan matriks; terbentuk timbunan kalsium,
dan tulang rawannya menjadi terkalsifikasi.
Pembuluh-pembuluh darah dari kuncup
osteogenik, yang berasal dari periosteum masuk melalui lubang-lubang yang
dibuat oleh osteolkas dalam kerah tulang, menerobos matriks tulang rawan yang
mengapur. Bersama-sama pembuluh-pembuluh darah ikut masuk sel-sel
osteoprogenitor ke daerah ini; mereka berproliferasi dan menghasilkan
osteoblas. Osteoblas ini membentuk lapisan utuh di atas matriks tulang rawan
yang mengapur dan mulai menghasilkan matriks tulang rawan yang mengapur dan
mulai menghasilkan matriks tulang. Jadi pembuatan tulang primer berlangsung di
atas sisa-sisa tulang rawan yang mengapur. Sel-sel induk sumsum tulang beredar
dalam darah dan masuk ke dlam tulang yang sedang dibentuk melalui kuncup
osteogenik.
Pertumbuhan memanjangnya berakhir
bila seluruh diafisis telah dihuninya, yang pada saat itu seluruhnya telah
menjadi jaringan tulang. Perluasan pusat osifikasi primer ini dibarengi oleh
perluasan kerah tulang periosteum, yang juga melus ke arah epifisis. Sejak awal
pembentukan pusat osifikasi, osteoklas bekerja aktif, dan penyerapan tulang
berlangsung di pusat, berakibat terbentuknya rongga sumsum yang meluas ke arah
epifisis bersamasama meluasnya osifikasi ke arah ujung-ujung yang pada akhirnya
seluruhnya menjadi model tulang.
Pada tahap lanjut perkembangan
embrio, timbul sebuah pusat osifikasi sekunder pada pusat masing-masing
epifisis. Fungsi pusat-pusat ini sama dengan yang pada pusat primer, namun arah
pertumbuhannya ialah radial dan bukan memanjang.. Tulang rawan sendi tidak
memiliki perikondrium, ekivalennya kerah tulang tidak dibentuk di sini.
Bila jaringan tulang yang berasal
dari pusat sekunder telah menempati epifisis, maka tulang rawan hanya tersisa
pada 2 tempat: tulang rawan sendi,
yang menetap selama hidup dan tidak terlibat dalam pembentukan tulang; dan tulang rawan epifisis atau lempeng
epifisis, yang menghubungkan epifisis dengan diafisis. Sementara tulang
rawan dari lempeng epifisis tumbuh, ia secara tetap diganti oleh matriks tulang
yang baru dibentuk terutama dari pusat diafisis. Tidak ada pertumbuhan memanjang
lagi pada tulang setelah lempeng epifisis berhenti tumbuh.
Tulang rawan epifisis dibagi dalam 5 zona,
dimulai dari sisi tulang rawan epifisis:
(1) Zona rehat (zona
cadangan) terdiri atas tulang rawan hialin tanpa perubahan morfologi dalam sel.
(2) Zona
proliferasi, kondrosit dengan cepat membelah dan membentuk
kolom-kolom (kelompok-kelompok isogen) sel sejajar dengan sumbu panjang tulang.
(3) Zona
hipertrofi tulang rawan mengandung kodrosit-kondrosit besar yang
sitoplasmanya berisikan glikogen.
(4) Bersamaan
dengan matinya kondrosit dalam zona pengapuran (kalsifikasi) tulang
rawan septa tipis matriks tulang rawan akan mengapur dengan diendapkan
hidroksiapatit.
(5) Dalam zona
osifikasi (penulangan) dibentuk jaringan tulang endokondral. Kapiler darah
dan sel-sel osteoprogenitor, yang dibentuk melalui mitosis sel-sel yang berasal
dari periosteum, menyusup ke dalam rongga-rongga yang ditinggalkan oleh
kondrosit.
Pertumbuhan tulang panjang adlah proses majemuk. Epifisis membesar
akibat pertumbuhan tulang rawan secara radial, diikuti oleh osifikasi
endokondral. Dengan cara ini bagian spons epifisis akan bertambah.
Diafisis (bagian tulang yang
dibentuk di antara epifisis) pada mulanya terdiri tas tulang slindris. Karena
epifisis bertumbuh lebih cepat, ujung-ujung diafisis menjadi lebih besar,
membentuk 2 corong diafisis yang
dipisahkan oleh batang diafisis.
Tulang panjang akan bertambah
panjang sebagia akibat aktifitas lempeng epifisis dan bertambah lebar sebagai
akibat aposisi tulang yang dibentuk oleh periosteum. Bila tulang rawan lempeng
epifisis berhenti tumbuh, ia diganti oleh jaringan tulang melalui proses
osifikasi. Penutupan epifisis ini mengikuti suatu proses yang kronologis pada
setiap tulang dan selesai pada usia sekitar 20 tahun.
B.
JARINGAN OTOT
Jaringan
Otot - Jaringan otot tersusun
atas sel-sel otot. Jaringan ini
berfungsi melakukan pergerakan pada berbagai bagian tubuh. Jaringan otot dapat berkontraksi
karena di dalamnya terdapat serabut kontraktil yang disebut miofibril.
Miofibril tersusun atas miofilamen atau protein aktin dan protein miosin.
Kurang lebih 40% berat tubuh mamalia merupakan jaringan otot. Jaringan
otot dapat dibagi menjadi jaringan
otot polos, otot lurik (seran lintang), dan otot jantung.
a. Jaringan Otot Polos
Otot polos mempunyai
serabut kontraktil yang tidak memantulkan cahaya berselang-seling, sehingga
sarkoplasmanya tampak polos dan homogen. Otot polos mempunyai bentuk sel seperti gelendong, bagian tengah
besar, dan ujungnya meruncing. Dalam setiap sel otot polos terdapat satu inti sel yang terletak di tengah dan
bentuknya pipih.
Gambar 1. Otot polos
Aktivitas otot polos tidak
dipengaruhi oleh kehendak kita (otot tidak sadar) sehingga disebut otot
involunter dan selnya dilengkapi dengan serabut saraf dari sistem saraf otonom.
Kontraksi otot polos sangat lambat dan lama, tetapi tidak mudah lelah. Otot
polos terdapat pada alat-alat tubuh bagian dalam sehingga disebut juga otot
visera. Misalnya pada pembuluh darah, pembuluh limfa, saluran pencernaan,
kandung kemih, dan saluran pernapasan. Otot polos berfungsi memberi gerakan di
luar kehendak, misalnya gerakan zat sepanjang saluran pencernaan. Selain itu,
berguna pula untuk mengontrol diameter pembuluh darah dan gerakan pupil mata.
Struktur otot polos dapat Anda amati pada Gambar 1.
b. Jaringan Otot Lurik atau Jaringan Otot Rangka
b. Jaringan Otot Lurik atau Jaringan Otot Rangka
Perhatikan Gambar 2. Otot lurik mempunyai serabut
kontraktil yang memantulkan cahaya berselang-seling gelap (anisotrop) dan
terang (isotrop). Sel atau serabut otot
lurik berbentuk silindris atau serabut panjang. Setiap sel mempunyai
banyak inti dan terletak di bagian tepi sarkoplasma. Otot lurik bekerja di bawah kehendak (otot sadar) sehingga disebut
otot volunter dan selnya
dilengkapi serabut saraf dari sistem saraf pusat. Kontraksi otot lurik cepat
tetapi tidak teratur dan mudah lelah. Otot
lurik disebut juga otot rangka karena biasanya melekat pada rangka
tubuh, misalnya pada bisep dan trisep. Selain itu juga terdapat di lidah,
bibir, kelopak mata, dan diafragma. Otot
lurik berfungsi sebagai alat gerak aktif karena dapat berkontraksi
secara cepat dan kuat sehingga dapat menggerakkan tulang dan tubuh.
Gambar 2. Otot lurik
c. Jaringan Otot Jantung
Perhatikan Gambar 3. Otot jantung berbentuk silindris atau
serabut pendek. Otot ini tersusun atas serabut lurik yang bercabang-cabang dan
saling berhubungan satu dengan lainnya. Setiap sel otot jantung mempunyai satu atau dua inti yang terletak di tengah
sarkoplasma. Otot jantung bekerja
di luar kehendak (otot tidak sadar) atau disebut juga otot involunter dan selnya dilengkapi serabut saraf dari saraf
otonom. Kontraksi otot jantung berlangsung secara otomatis, teratur, tidak
pernah lelah, dan bereaksi lambat. Dinamakan otot jantung karena hanya terdapat di jantung. Kontraksi dan
relaksasi otot jantung menyebabkan jantung menguncup dan mengembang untuk
mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Ciri khas otot jantung adalah mempunyai diskus interkalaris, yaitu pertemuan
dua sel yang tampak gelap jika dilihat dengan mikroskop.
Gambar 3. Otot jantung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar