LAPORAN
PRAKTIKUM
BIOKIMIA NUTRISI TERNAK (PET 2314)
“Protein”
Disusun
Oleh :
Nama : ARDIANSYAH
Nim/Kelas : 60700112049/B
Kelompok : I (Satu)
Jurusan : ILMU
PETERNAKAN
Asisten : MAGHFIRAH BAHARUDDIN
LABORATORIUM
ILMU PETERNAKAN
JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2013
LEMBAR
PENGESAHAN
Laporan Lengkap
Praktikum Biokimia Nutrisi Ternak,
yang berjudul “Protein”
disusun oleh:
Nama : Ardiansyah
Nim : 60700112049
Kelompok : I
(Satu)
Jurusan :
Ilmu Peternakan
Telah diperiksa dengan
teliti oleh asisten dan koordinator asisten dan dinyatakan diterima sebagai
laporan lengkap.
Gowa, Desember
2013
Koordinator Asisten Asisten
( Nurwahidah. J ) ( Maghfirah Baharuddin )
Mengetahui
Dosen
Penanggung Jawab
(Khaerani Kiramang, S.Pt., M.P)
NIP.
19730828 200604 2 001
Tanggal
Pengesahan: Desember 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Protein terdapat baik di dalam
produk hewan maupun dalam produk tumbuhan dalam jumlah yang berarti. Di Negara
maju, orang memperoleh sebagian besar proteinnya dari produk hewan. Di Negara
bagian-bagian lain dunia, bagian utama protein makanan diperoleh dari produk
tumbuhan. Banyak protein tumbuhan tidak mengandung satu lebih asam amino esensial
(Deman, 2009).
Pereaksi
millon tergantung pada keberadaan turunan monohidroksi benzene, seperti tyrosin
dan fenol. Reaksi ini tidak memberikan hasil yang memuaskan jika terdapat Cl-
dan NH4+. Oleh karena itu, reaksi ini tidak dapat digunakan dalam
sintesis urin. Reaksi ini tidak spesifik untuk protein, karena bila ada gugus
fenol pada senyawa uji akan bereaksi positif (Bintang, 2010).
Asam amino bereaksi dengan
triketohidrindine hidrat (ninhidrin) untuk membentuk aldehida yang lebih kecil
dengan membebaskan karbon dioksida, ammonia dan menghasilkan warna biru violet
(Bintang, 2010).
B. Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan diadakannya praktikum ini yaitu :
1.
Untuk membuktikan
adanya molekul-molekul peptida dari protein.
2.
Untuk membuktikan
adanya asam amino bebas dalam protein.
3.
Untuk
membuktikan adanya asam amino yang mengandung gugus fenol yaitu terosi atau derivatnya.
4.
Untuk
membuktikan adanya asam amino tirosin, triptofan atau fenilalanin yang terdapat
dalam protein.
5.
Untuk mengetahui
pengaruh larutan garam alkali dan garam divalent konsentrasi tinggi terhadap
sifat kelarutan protein.
6.
Untuk mengetahui pengaruh
logam berat dan asam organik terhadap sifat kelarutan protein
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Protein
Protein merupakan polimer dari
sekitar 21 asam amino yang berlainan disambungkan dengan ikatan peptide. Karena
keragaman rantai samping yang terbentuk jika asam-asam amino
disambung-sambungkan, protein yang berbeda dapat mempunyai sifat kimia yang
berbeda dan struktur sekunder dan tersier yang sangat berbeda. Berbagai asam
amino yang disambungkan membentuk rantai peptide (Deman, 2009).
Komsumsi protein diperlukan sebagai
sumber nitrogenous untuk tubuh dalam pembentukan zat-zat yang mengandung
nitrogenous dan sebagai sumber asam amino esensial yang tidak dapat terbentuk
dalam tubuh atau hanya dalam jumlah kecil untuk mensuplai kebutuhan
sehari-hari. Sejumlah asam amino dalam tubuh digunakan untuk pembentukan
protein dan berada dalam tubuh dengan bentuk polipeptida dan protein yang
paling besar. Walaupun demikian, sejumlah asam amino digunakan untuk keperluan
lain misalnya pembentukan nukleutida dan asam nukleat. Perlu dicatat bahwa
sejumlah kecil asam amino digunakan untuk pembentukan neutransmiter, hormone
nonpolipeptida lainnya dan hormone polipeptida seperti insulin dan glucagon
(Linder, 2006).
Asam amino yang disambung-sambungkan
dengan ikatan peptide membentuk struktur primer protein. Susunan asam amino
menentukan sifat struktur sekunder dan primer. Pada gilirannya, hal ini
mempengaruhi secara bermakna sifat-sifat fungsi protein makanan dan perilakunya
selama pemprosesan. Dari 21 asam amino, hanya 8 yang merupakan esensial untuk
nutrisi manusia. Jumlah asam amino yang esensial dan keberadaanya menentukan
kualitas mutu gizi protein. Pada umumnya, kualitas protein hewan lebih tinggi
dari pada kualitas protein tumbuhan. Protein tumbuhan dapat ditingkat mutu
gizinya dengan pencampuran secara bijaksana atau dengan modifikasi genetika
melalui persilangan (Deman, 2009).
Pangan asal hewan (ternak) merupakan
sumber protein yang mengandung asam amino esensial yang tidak disuplai dari
bahan pangan lain, sehingga sangat berpengaruh terhadap status kesehatan
manusia dan meningkatkan sumber daya manusia. Sumber protein asal hewan
tersebut diantaranya daging, susu dan telur. Telur unggas (ayam) mempunyai kandungan
asam amino esensial dan non esensial yang cukup lengkap dan tinggi mutunya,
sehingga sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk pertumbuhan,
disamping mudah dicerna, mudah didapat dan murah harganya (Rahayu, 2003).
Protein telur merupakan salah satu
dari protein berkualitas terbaik dan dianggap mempunyai nilai biologi 100.
Protein dipakai secara luas sebagai standard an bilangan nisbah efisiensi
protein (NEP) kedang-kadang menggunakan putih telur sebagai standar (Deman,
2009).
Komposisi fisik dan kualitas telur ayam dipengaruhi oleh
beberapa factor, diantaranya bangsa ayam, umur, musim, penyakit, lingkungan
(suhu dan kelembaban), pakan dan system pengelolaan ayam tersebut yang pada
gilirannya kualitas ini akan berperanan pada keputusan konsumen dalam menentukan
pilihan (Rahayu, 2003).
Zat-zat mneral yang terdapat dalam
sebutir telur mencakup kalsium, fosfor, natrium, khlor, kobalt, kalium,
magnesium, ferrum, yodium, mangan, zinkum dan kuprum. Jumlahnya bervariasi yang
dapat ditemukan pada telur ayam ras. Penurunan kadar kolesterol pada kuning
telur bersuplemen omega-3 sebesar 45% berindikasi baik karena semakin rendah
kolesterol yang disbanding dalam sebutir telur akan meningkatkan kualitas dan
mengurangi resiko atherosclerosis bagi yang mengomsumsinya (Rahayu, 2003).
Pereaksi millon tergantung pada
keberadaan turunan monohidroksi benzena, seperti tyrosin dan fenol. Reaksi
ini tidak memberikan hasil yang memuaskan jika terdapat Cl- dan NH4+.
Oleh karena itu, reaksi ini tidak dapat digunakan dalam sintesis urin. Reaksi
ini tidak spesifik untuk protein, karena bila ada gugus fenol pada senyawa uji
akan bereaksi positif (Bintang, 2010).
Asam amino bereaksi dengan
triketohidrindine hidrat (ninhidrin) untuk membentuk aldehida yang lebih kecil
dengan membebaskan karbon dioksida, ammonia dan menghasilkan warna biru violet
(Bintang, 2010)
B. Reaksi Umum
Protein
Biuret adalah
senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua molekul
urea. Uji biuret bertujuan untuk menentukan adanya senyawa-senyawa yang
mengandung gugus amida asam. Ion Cu2+ dari pereaksi biuret dalam
suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan- ikatan peptida yang
menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Prinsip
dalam uji biuret ini adalah pembentukan kompleks Cu2+ dengan gugus –CO dan –NH
dari rantai peptida dalam suasana basa. Pada reaksi ini positif untuk zat yang
mengandung dua atau lebih ikatan peptida. Reaksi ini negatif untuk asam amino
yang tidak mempunyai ikatan peptide atau
yang hanya mengandung 1 ikatan peptide (Clara, 2013).
Kelebihan menggunakan uji biuret adalah tidak terjadi reaksi antara asam amino dengan vitamin, proses pengujiannya berlangsung secara cepat dan hasilnya dapat terlihat dengan cepat. Sedangkan kerugian yang dapat ditimbulkan menggunakan pengujian biuret adalah mahal, dapat mengalami gangguan dari zat- zat lain yang bereaksi dengan pereaksi biuret kecil, tidak dapat mendeteksi nitrogen non peptide serta konsentrasi NH4+ yang tinggi dapat mengganggu proses reaksi sehingga NH4+ harus distandarkan terlebih dahulu (Andini, 2013).
Kelebihan menggunakan uji biuret adalah tidak terjadi reaksi antara asam amino dengan vitamin, proses pengujiannya berlangsung secara cepat dan hasilnya dapat terlihat dengan cepat. Sedangkan kerugian yang dapat ditimbulkan menggunakan pengujian biuret adalah mahal, dapat mengalami gangguan dari zat- zat lain yang bereaksi dengan pereaksi biuret kecil, tidak dapat mendeteksi nitrogen non peptide serta konsentrasi NH4+ yang tinggi dapat mengganggu proses reaksi sehingga NH4+ harus distandarkan terlebih dahulu (Andini, 2013).
Ninhidrin (
Triketohirinden hidrat ) adalah suatu senyawa oksidator kuat yang apabila
bereaksi dengan asam α amino pada pH 4-8 akan menghasilkan warna ungu. Reaksi
ini terjadi dengan senyawa amin primer dan ammonia tanpa pembebasan CO. Reaksi
ninhidrin digunakan untuk mengetahui adanya kandungan asam α-amino (Winarno, 1995).
Pada asam amino,
terdapat gugus karboksil yang dapat dilepaskan dengan proses dekarboksilasi dan
menghasilkan suatu amina. Gugus amino pada asam amino dapat bereaksi dengan
asam nitrit dan kemudian melepaskan gas nitrogen. Warna ungu (Ruhermanin = 570 nm) akan
terbentuk kembali apabila suatu asam amino, ammonia dan gugus amino didihkan
dalam larutan Buffer pH 5,5 dimana didalamnya juga terdapat ninhidrin dan hidrindatin ( Supriadi, 2013).
Keuntungan dari reaksi ninhidrin adalah lebih cepat dari metode Kjeldahl sedangkan kerugiannya yaitu hasil analisis dipengaruhi oleh adanya asam amino, amin primer dan ammonia, ketelitian renah, terjadi variasi warna dengan komposisi asam amino yang berbeda dan diharuskan untuk membuat kurva standar (Delviana, 2013).
Keuntungan dari reaksi ninhidrin adalah lebih cepat dari metode Kjeldahl sedangkan kerugiannya yaitu hasil analisis dipengaruhi oleh adanya asam amino, amin primer dan ammonia, ketelitian renah, terjadi variasi warna dengan komposisi asam amino yang berbeda dan diharuskan untuk membuat kurva standar (Delviana, 2013).
C. Sifat
Koagulasi Protein dan Pembentukan
Endapan dengan Garam dari
Logam Berat
Koagulasi
protein adalah pengkatan kembali pada gugus reaktif yang sama atau berdekatan,
unit ikatan yang terbentuk cukup banyak sehingga protein tidak dapat
terdispersi. Senyawa protein apabila ditambahkan asam, alkali atau penambahan
garam dari logam berat maka akan mengendap dan terpisah.
Pengendapan protein penting dalam rangka memisahkan protein dari larutan. Protein bersifat mengendap dalam asam mineral pekat seperti asam klorida (HCl), natrium hidroksida (NaOH), dan asam asetat glasial (CH3COOH). Sebaliknya, basa tidak dapat mengendapkan protein namun mampu menghidrolisis dan dekomposisi oksidatif (Winarno, 1995).
Asam basa bukan satu-satunya yang dapat memisahkan protein dengan cara mengendapkan. Pemisahan protein dengan cara pengendapan juga dapat dilakukan dengan mereaksikan protein dengan lagom berat.
Garam dari logam berat akan mempengaruhi sifat koagulasi protein dimana protein akan membentuk endapan apabila ditambah dengan suatu zat garam. Pengendapan tersebut diakibatkan karena daya larut protein yang berkurang (Andini, 2013).
Pengendapan protein penting dalam rangka memisahkan protein dari larutan. Protein bersifat mengendap dalam asam mineral pekat seperti asam klorida (HCl), natrium hidroksida (NaOH), dan asam asetat glasial (CH3COOH). Sebaliknya, basa tidak dapat mengendapkan protein namun mampu menghidrolisis dan dekomposisi oksidatif (Winarno, 1995).
Asam basa bukan satu-satunya yang dapat memisahkan protein dengan cara mengendapkan. Pemisahan protein dengan cara pengendapan juga dapat dilakukan dengan mereaksikan protein dengan lagom berat.
Garam dari logam berat akan mempengaruhi sifat koagulasi protein dimana protein akan membentuk endapan apabila ditambah dengan suatu zat garam. Pengendapan tersebut diakibatkan karena daya larut protein yang berkurang (Andini, 2013).
Garam-garam
logam berat dan asam-asam mineral kuat ternyata baik digunakan untuk
mengendapkan protein. Seperti yang dilakukan oleh asam, logam berat juga mampu
mengendapkan protein, namun tergantung pada suhu dan jenis elektrolitnya (Linder, 2006).
D. Denaturasi
dan Koagulasi
Denaturasi
adalah perubahan atau modifikasi terhadap struktur sekunder, tersier, dan
kuartener pada molekul protein, tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan
kovalen. Denaturasi dapat pula diartikan sebagai suatu proses terpecahnya
ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, ikatan garam, dan terbukanya lipatan
atau wiru molekul (Keenan, 1980).
Denaturasi dapat
juga diartikan sebagai suatu proses terpecahnya ikatan hidrogen, ikatan garam
atau bila susunan ruang atau rantai polipetida suatu molekulprotein berubah.
Dengan perkataan lain denaturasi adalah terjadi kerusakan struktur sekunder,
tersier dan kuartener, tetapi struktur primer (ikatan peptida) masih utuh. Protein
dengan penambahan asam atau pemanasan akan terjadi koagulasi. Koagulasi adalah salah
satu kerusakan protein yang terjadi akibat pemanasan dan terjadi penggumpalan
dan pengerasan pada protein karena
menyerapa air pada proses tersebut (Bintang, 2010).
E. Fungsi Protein
Fungsi protein di dalam tubuh kita sangat
banyak, bahkan banyak dari proses pertumbuhan tubuh manusia dipengaruhi oleh
protein yang terkandung di dalam tubuh kita. Menurut Keenan (1980)
fungsi protei adalah sebagai berikut:
1. Sebagai Enzim
Hampir semua reaksi
biologis dipercepat atau dibantu oleh suatu senyawa makromolekul spesifik yang
disebut enzim, dari reaksi yang sangat sederhana seperti reaksi transportasi
karbon dioksida sampai yang sangat rumit seperti replikasi kromosom. Protein
besar peranannya terhadap perubahan-perubahan kimia dalam sistem biologis.
2. Alat Pengangkut dan Penyimpan
Banyak molekul dengan MB kecil serta beberapa
ion dapat diangkut atau dipindahkan oleh protein-protein tertentu. Misalnya
hemoglobin mengangkut oksigen dalam eritrosit, sedangkan mioglobin mengangkut
oksigen dalam otot. Pengatur pergerakan Protein merupakan komponen utama
daging, gerakan otot terjadi karena adanya dua molekul protein yang saling
bergeseran.
3. Penunjang Mekanis
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang
disebabkan adanya kolagen, suatu protein berbentuk bulat panjang dan mudah
membentuk serabut. Pertahanan tubuh atau imunisasi Pertahanan tubuh biasanya
dalam bentuk antibodi, yaitu suatu protein khusus yang dapat mengenal dan
menempel atau mengikat benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh seperti
virus, bakteri, dan sel- sel asing lain.
4. Media Perambatan Impuls Syaraf
Protein yang mempunyai
fungsi ini biasanya berbentuk reseptor, misalnya rodopsin, suatu protein yang
bertindak sebagai reseptor penerima warna atau cahaya pada sel-sel mata.
5. Pengendalian Pertumbuhan
Protein ini bekerja
sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat mempengaruhi fungsi bagian-bagian
DNA yang mengatur sifat dan karakter bahan.
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat diadakannya
praktukum ini yaitu:
Hari/Tanggal : Senin, 02 Desember 2013
Pukul :
08.00-10.00 Wita
Tempat :
Laboratorium Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan
Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum
ini yaitu bunsen, gegep, pipet skala, pipet tetes, rak tabung, tabung reaksi.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum
ini yaitu alkohol 95%, larutan AgNO3, larutan CuSO4, larutan
HNO3, larutan NaOH 10% dan NaOH 40%, larutan Ninhidrine,
larutan protein (putih telur ayam kampung, putih telur ayam ras, putih telur
itik), reagens millon dan tissue.
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini
yaitu:
1. Reaksi Biurey
a. Menyiapakan 3 tabung reaksi lalu
mengisi putih telur ayam ras, ayam
kampung
dan itik pada masing-masing tabung dengan memipet sebanyak 5 ml
b.
Setelah itu menambahkan larutan NaOH 10% sebanyak 3 tetes
c.
Ketika telah bercampur maka ditambahkan lagi larutan CuSO4 0,5%
sebanyak 3 tetes
d.
Kemudian diamati warna yang timbul
2. Reaksi Ninhidrine
a.
Menyiapkan 3 tabung reaksi yang akan dimasukkan putih telur ayam ras,
ayam kampung dan itik sebanyak 3 ml
b. Setelah itu ditambahkan larutan Ninhidrine
sebanyak 5 tetes
c. Kemudian dipanaskan diatas bunsen selama 2
menit dan didinginkan
d. Diamati warna yang terjadi
3. Percobaan Millon
a. Menyediakan 3 tabung reaksi yang
kemudian masing-masing pada tabung
diberi putih telur ayam kampung, ayam
ras dan itik sebanyak 3 ml lalu
menambahkan larutan reagens millon
pada tiap tabung reaksi sebanyak
2 tetes
b. Mengamati warna atau endapan yang
timbul
4. Reaksi Xanthoprotein
a. Menyediakan 3 tabung reaksi dengan
mengisi puit telur ayam ras, ayam
kampung dan itik ke dalam
masing-masing tabung yang sudah disediakan
sebanyak 2 ml
b. Kemudian menambahkan 1 ml larutan HNO3
pekat lalu dipanaskan
c.
Setelah dingin diteteskan larutan NaOH 10 % kemudian diamati
perubahan warna yang terjadi
5. Presipitasi Protein
a. Dengan
Alkohol
1. Memipet
putih telur (telur ayam ras, telur ayam kampung, telur itik) yang diencerkan 3 kali sebanyak 1 mL, kemudian
memasukkan ke dalam tabung reaksi
2. Menambahkan
alkohol 96% tetes demi tetes pada setiap larutan tadi hingga membentuk koagulan
3. Menambahkan
segera aquades ke dalam tabung reaksi tadi sampai separuhnya
4. Mengocok
kuat-kuat sampai koagulan larut kembali
5. Mengulangi
percobaan a-b, kemudian mendiamkan tabung itu selama 1 jam
6. Menambahkan
aquades sampai setengahnya dan kocok kuat-kuat
7. Mengamati
perubahan yang terjadi
b.
Dengan Asam dan Alkali Kuat
1. Percobaan dengan Cincin dari Heller
Mengisi larutan HnO3 pekat 2 ml
kedalam tabung reaksi yang
berisi putih telur ayam kampung, ayam ras dan
itik. Kemudian
mengamati perubahan yang terjadi
2.
Reaksi Robert
Caranya sama dengan perlakuan pada nomor 1,
hanya 1 larutannya yang berbeda, dimana percobaan ini menggunakan larutan MgSO4
jenuh ditambah HnO3 pekat
3.
Reaksi dengan NaOH 40%
Memasukkan
2 mL NaOH pekat secara perlahan-lahan ke dalam tabung reaksi yang terisi
larutan protein yang tersedia kemudian mengamati perubahan yang terjadi
4. Dengan
logam-logam berat
1. Reaksi
dengan HgCl2 5%
a. Menyediakan
tabung reaksi
b. mengisi
dengan larutan protein yang tersedia (telur ayam ras, telur ayam kampung, telur
itik) sebanyak 2 mL ke dalam tiap tabung
c. memberikan
tetes demi tetes larutan HgCl2 5%, ke dalam masing-masing tabung
reaksi.
d. mengamati
perubahan yang terjadi.
2. Reaksi
dengan AgNO3 2%
a. Menyediakan
tabung reaksi
b. mengisi
dengan larutan protein yang tersedia (telur ayam ras, telur ayam kampung, telur
itik) sebanyak 2 mL ke dalam tiap tabung
c. memberikan
tetes demi tetes larutan AgNO3 2% ke dalam masing-masing tabung
reaksi.
d. mengamati
perubahan yang terjadi.
3. Reaksi
dengan Pb-asetat
a. Menyediakan
tabung reaksi
b. mengisi
dengan larutan protein yang tersedia (telur ayam ras, telur ayam kampung, telur
itik) sebanyak 2 mL ke dalam tiap tabung
c. memberikan
tetes demi tetes larutan Pb-asetat 2% ke dalam masing-masing tabung reaksi.
d. mengamati
perubahan yang terjadi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Adapun
hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
No
|
Hasil pengamatan
|
Keterangan
|
1.
2.
|
Reaksi Biurey
a.
Sebelum
1 2 3
b.
Setelah pencampuran NaOH dan CuSO4
1 2 3
Reaksi Ninhidrine
a.
Sebelum pencampuran
1 2 3
b.
Setelah pencampuran Ninhidrine dan di panaskan
1 2 3
|
a.
Sebelum
Ø T1 (Telur ayam ras) = kuning
Ø T2 (Telur ayam kampung) = kuning
Ø T3 (Telur itik) = putih
bening
b.
Setelah pencampuran
Ø T1 (Telur ayam ras) = permukaan
berwarna ungu dan bagian dasar berwarna bening.
Ø T2 (Telur ayam kampung) = permukaan berwarna ungu dan bagian dasar berwarna kuning keemasan.
Ø T3 (Telur itik) = Bagian permukaan berwarna ungu dan berbuih, dan
bagian dasar berwarna kuning cerah.
a.
Sebelum pencampuran
Ø T1 (Telur ayam ras) = kuning
Ø T2 (Telur ayam kampung) = kuning
Ø T3 (Telur itik) = putih
bening
b.
Setelah pencampuran
Ø T1 (Telur ayam ras) = ping,
dan koagulan putih kental
Ø T2 (Telur ayam kampung) = ping, dan koaguln putih kental
Ø T3 (Telur itik) = ping,
dan koagulan putih kental
|
3.
4.
5.
.
|
Percobaan Millon
a.
Sebelum pencampuran
1 2 3
b.
Setelah dicampur reagens Millon
1 2 3
Reaksi
Xanthoprotein
a.
Sebelum pencampuran
1 2 3
b.
Setelah dicampur HNO3
1 2 3
c.
Setelah dipanaskan
1 2 3
Presipitasi Protein
Sebelum pencampuran
1 2 3
Dengan
Alkohol
Setelah dicampur alkohol
1 2 3
Dengan
asam alkali kuat
a.
Percobaan Cincin dari Heller
· Setelah
dicampur HNO3 pekat
1
2 3
Reaksi
robert
· Setelah
dicampur dengan HNO3
1 2 3
Reaksi
NaOH 40%
Setelah
pencampuran
1 2 3
Reaksi
dengan Logam Berat
· Setelah
dicampur dengan HgCl2
1 2 3
· Setelah
dicampur dengan AgNO3
1 2 3
· Setelah
dicampur dengan Pb-asetat
1 2 3
|
a. Sebelum
pencampuran
Ø T1 (Telur ayam ras) = kuning T2 (Telur ayam kampung) = kuning
Ø T3 (Telur itik) = putih bening
b. Setelah
pencampuran
Ø T1 (Telur ayam ras) = terdapat gumpalan warna putih
Ø T2 (Telur ayam kampung) = terdapat gumpalan warna putih
Ø T3 (Telur itik) = terdapat gumpalan warna putih
a.
Sebelum pencampuran
Ø T1 (Telur ayam ras) = kuning
Ø T2 (Telur ayam kampung) = kuning
Ø T3 (Telur itik) = putih bening
b.
Setelah dicampur HNO3
Ø T1 (Telur ayam ras) = terdapat warna kuning dan putih koagulan
Ø T2 (Telur ayam kampung) = terdapat warna kuning dan putih koagulan
Ø T3 (Telur itik) = terdapat gumpalan warna putih koagulan dan kuning bintik-bintik
c.
Setelah dipanaskan
Ø T1 (Telur ayam ras) = warna orange dan koagulan berwarna kuning cerah
Ø T2 (Telur ayam kampung) = warna kuning dan koagulan
Ø T3 (Telur itik) = warna orange dan koagulan ke atas
Sebelum
pencampuran
Ø T1 (Telur ayam ras) = kuning
Ø T2 (Telur ayam kampung) = kuning
Ø T3 (Telur itik) = putih
bening
Setelah dicampur
alkohol
Ø T1 (Telur ayam ras) = warna bening berbintik-bintik
Ø T2 (Telur ayam kampung) = warna bening berbintik-bintik
Ø T3 (Telur itik) = warna bening berbintik-bintik
Setelah dicampur dengan NaOH
Ø T1 (Telur ayam ras) = warna putih kekuningan dan terdapat koagulasi di tengahnya
Ø T2 (Telur ayam kampung) = warna putih kekuningan dan terdapat koagulasi di tengahnya
Ø T3 (Telur itik) = warna putih kekuningan dan terdapat koagulasi di tengahnya
Setelah dicampurkan
1. T1 (ayam ras)= kuning cerah dan koagulan di atas
2. T2 (ayam kampung)= kunong cerah dan koagulan di
atas
3. T3 (itik)= kuning cerah dan koagulan di atas
Pada semua atau
masing-masing larutan terlihat koagulan terdapat buih dan berwarna bening.
Setelah dicampur dengan HgCl2
Ø T1 (Telur ayam ras) =
kuning, terdapat koagulan putih
Ø T2 (Telur ayam kampung) = kuning, terdapat koagulan putih
Ø T3 (Telur itik) = putih, terdapat gumpalan putih.
Setelah dicampur AgNO3
Ø T1 (Telur ayam ras) = warna kuning keruh, terdapat koagulan putih
Ø T2 (Telur ayam kampung) = warna kuning keruh, terdapat koagulan putih
Ø T3 (Telur itik) = warna putih, terdapat koagulan putih
Setelah dicampur dengan
Pb-asetat
Ø T1 (Telur ayam ras) = warna kuning, koagulan beserta gelembung
Ø T2 (Telur ayam kampung) = warna kuning, koagulan beserta gelembung
Ø T3 (Telur itik) = warna putih, terdapat koagulan serta gelembung.
|
Sumber: Laboratorium Ilmu Peternakan, Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam
Negeri (Uin) Alauddin Makassar
B. Pembahasan
Adapun
pembahasan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Reaksi Biurey
Pada
percobaan yang dilakukan dapat
diperoleh data sebelum pencampuran larutan NaOH, pada tabung 1 telur ayam ras
berwarna kuning, pada tabung 2 telur ayam kampung berwarna kuning juga dan pada
tabung 3 telur itik berwrna putih bening. Setelah itu dilakukan pencampuran
NaOH dan CuSO4. Pada tabung 1 telur ayam ras berubah menjadi
permukaan berwarna ungu dan bagian dasar berwarna bening. Pada tabung 2 berisi
telur ayam kampung yang setelah dicampurkan larutan NaOH dan CuSO4 berubah
menjadi permukaan berwarna ungu dan bagian dasar berwarna kuning keemasan,
kemudian pada tabung 3 berisi telur itik berubah warna pada permukaan berwarna
ungu dan berbuih, dan bagian dasar berwarna kuning cerah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Albert L (1982) bahwa Biurey adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang
terbentuk pada pemanasan dua mulekul urea. Ion Cu2+ dari preaksi
Biurey dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatn
peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau
violet. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi
negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida.
2.
Reaksi Ninhidrine
Semakin
banyak Ninhidrin pada zat uji yang dapat bereaksi, semakin pekat warnanya
(warna ungu) dan menandakan banyak mengandung peptida serta semakin sedikit
Ninhidrin pada zat uji yang bereaksi, maka warnanya semakin mendekati merah
muda dan menandakan bahwa zat tersebut sedikit mengandung peptida.
Pada tabung 1 berisi telur ayam ras dan pada
tabung 2 berisi telur ayam kampung yang kedua tabung tersebut warnanya kuning
sebelum pencampuran larutan Ninhidrine,
sedangkan pada tabung 3 berisi telur itik yang warnanya putih bening. Setelah
dilakukan pencampuran larutan Ninhidrine,
ketiga tabung tersebut menghasilkan warna ping dengan koagulan putih kental.
Menurut Albert L (1982), zat uji tersebut mempunyai
gugus asam amino bebas. Semua asam amino, atau peptida yang mengandung asam-α amino bebas akan
bereaksi dengan Ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biru-ungu. Hal ini tidak sesuai dengan
literatur dengan praktikum.
3.
Percobaan Millon
Pada
percobaan ini, sebelum pencampuran
reagens millon pada tabung 1 berisi
telur ayam ras dan tabung 2 berisi ayam
kampung, yang keduanya berwarna kuning terkecuali pada tabung 3 berisi telur
itik berwarna putih bening. Setelah pencampuran reagens millon ketiga tabung tersebut terdapat gumpalan warna putih.
Menurut Albert L (1982), Reaksi uji Millon untuk tirosin. Reagen Millon adalah larutan asam nitrat yang mangandung raksa (I)
nitrat dan raksa (II) nitrat. Bila reagen Millon dicampurkan dengan larutan
yang mengandung protein akan terbentuk endapan putih yang akan berubah merah
bila dipanaskan. Prinsip dari uji Millon adalah pembentukan garam merkuri dari
tirosin yang ternitrasi. Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai molekul
fenol pada gugus R-nya, yang akan membentuk garam merkuri dengan pereaksi
Millon. Hal ini sesuai dengan
percobaan yang dilakukan.
4.
Reaksi Xanthoprotein
Sebelum
pencampuran reagens millon pada
tabung 1 berisi telur ayam ras dan
tabung 2 berisi ayam kampung, yang keduanya berwarna kuning terkecuali pada
tabung 3 berisi telur itik berwarna putih bening. Setelah dicampurkan HNO3 , yang terjadi pada
tabung 1 dan tabung 2 terdapat warna kuning dengan putih koagulan, sedangkan
pada tabung 3 terdapat warna kuning bintik-bintik dengan putih koagulan.
Kemudian selanjutnya dipanaskan. Setelah dipanaskan pada taung 1dan tabung 3
berwarna orange dengan koagulan kuning cerah, sedangkan pada tabung 2 berwarna
kuning.
Albert L (1982), mengatakan bahwa Xanthoprotein
bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aromatik asam amino yang memiliki gugus
aromatik (benzene) berupa asam amino tirosin, triptofan dan fenilalanin yang
ditunjukkan dengan adanya warna kuning. Pada uji ini terbentuk warna kuning
yang merupakan indikator adanya asam amino-asam amino tersebut. Hal ini sesuai
dengan percobaan yang dilakukan dengan literatur.
5.
Presipitasi Protein
Presipitasi protein adalah
pengendapan yang terjadi karena penggumpalan yang parsial. Presipitasi protein
disebabkan oleh berkurangnya kelarutan suatu protein (perubahan fisik) yang
terjadi karena perubahan kimia. Seperti halnya denaturasi protein, presipitasi
protein juga disebabkan oleh faktor kimia dan fisika. Semua faktor yang dapat
menimbulkan denaturasi protein, juga dapat menyebabkan perubahan kelarutan
protein.
sebelum pencampuran reagens millon pada tabung 1 berisi telur ayam ras dan tabung 2 berisi ayam kampung, yang
keduanya berwarna kuning terkecuali pada tabung 3 berisi telur itik berwarna
putih bening. Setelah pencampuran
alkohol pada tabung semua tabung berwarna bening berbintik-bintik.
Menurut Albert L (1982), bahwa Presipitasi
terjadi akibat terganggunya kestabilan koloid protein yang disebabkan oleh
menurunnya muatan elektrostatik protein sehingga gaya gravitasi akan lebih dominan dibandingkan gaya tolak-menolak molekul. Protein akan mengalami
presipitasi bila bereaksi dengan ion logam .
a. Presipitasi
dengan Alkohol
Pada
hasil percobaan, masing-masing larutan protein yang diamati sebelum pencampuran
alkohol berwarna bening dan setelah dicampur dengan alkohol, warna dari larutan
tersebut tetap bening tetapi terdapat endapan/gumpalan (berbintik-bintik). Hal
ini sesuai dengan pendapat Rahayu (2013) yang menyatakan bahwa persipitasi
dengan menggunakan alkohol dengan masing-masing larutan protein yang telah
dicampur dengan alkohol akan tetap bening tetapi terdapat segerombol
gumpalan-gumpalan.
b. Dengan
Asam dan Alkali Kuat
Pada percobaan cincin dari Heller, larutan protein
(telur ayam ras, kampung dan itik) sebelum pencampuran masing-masing berwarna
kuning emas dan berbusa, kuning putih dan berbusa serta bening dan berbusa.
Setelah dicampur dengan reagens HNO3 pekat, maka masing-masing
larutan protein tersebut berubah menjadi warna kuning serta terdapat
endapan/koagulan.
Pada percobaan dengan NaOH, larutan protein (telur
ayam ras, kampung dan itik) sebelum pencampuran masing-masing berwarna kuning
emas dan berbusa, kuning putih dan berbusa serta bening dan berbusa. Setelah
dicampur dengan reagens NaOH, masing-masing larutan berwarna putih kekuningan
dan terdapat jel di tengahnya.
Pada percobaan dengan logam-logam berat, larutan
protein (telur ayam ras, kampung dan itik) sebelum pencampuran masing-masing
berwarna kuning emas dan berbusa, kuning putih dan berbusa serta bening dan
berbusa. Setelah pencampuran dengan HgCl2 berwarna abu-abu dan
terdapat gumpalan putih, pencampuran dengan AgNO3 berwarna kuning
keruh dan terdapat gumpalan putih, serta pencampuran dengan Pb-asetat
menghasilkan warna krem dan terdapat gumpalan putih.
Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno (1995) yang
menyatakan bahwa dengan menggunakan asam dan alkali kuat pada percobaan heller,
menggunakan juga larutan NaOH dan dengan logam-logam berat itu menghasilkan
warna kuning sehingga sangat sesuai dengan pendapat wunarno dengan hasil percobaan
yang telah dilakukan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil praktikum
ini adalah seabagai berikut :
1.
Pada percobaan Biurey, larutan
yang diuji menghasilkan warna keunguan. Hal tersebut menyatakan bahwa larutan protein
yang diuji memiliki ikatan peptida atau
molekul-molekul peptida dari protein yang ditunjukkan dengan adanya cincin ungu.
2.
Pada percobaan Ninhidrine, albumin
membentuk warna ungu karena dapat bereaksi dengan Ninhidrin. Hal ini menandakan
zat uji tersebut mempunyai gugus asam amino bebas. Semua asam amino, atau peptida yang
mengandung asam-α amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa
kompleks berwarna biru-ungu.
3.
Pada percobaan Millon, Setelah penambahan reagens
warna larutan menjadi putih keruh dan ada gumpalan berwarna kuning putih. Hal
tersebut menunjukkan adanya gugus tirosin.
4.
Pada percobaan Xanthoprotein, hasil positif pada zat uji albumin mengindikasikan terdapat
inti benzena (tirosin, triptofan dan fenilalanin), yaitu dengan indikasi terbentuknya lapisan berwarna kuning.
5.
Pada
percobaan presipitasi protein, dilakukan uji dengan alkohol, cincin dari
Heller, reaksi NaOH dan reaksi dengan logam-logam berat (HgCl2, AgNO3,
Pb-asetat). Hasil menunjukkan bahwa semua larutan protein yang diuji terjadi
presipitasi yang ditandai dengan terbentuknya endapan atau gumpalan (koagulan).
B.
Saran
Adapun saran yang dapat
saya berikan dari praktikum ini adalah sebaiknya praktikan benar-benar
memperhatikan setiap bagian praktikum agar tidak terjadi kesalahan dalam
kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Desember 2013.
Bintang,
Maria. 2010. Biokimia.
Jakarta: Erlangga.
htm .Diakses tanggal 1 Desember 2013.
Delviana. 2013. Klasifikasi
Protein. http: // ziamaystri. blog. friendster.
com /
Deman,
John M. 2009. Kimia
Makanan. Bandung: ITB.
Keenan,
Charles C. 1980. Ilmu Kimia untuk
Universitas. Jakarta : Erlangga.
Linder,
Maria. 2006. Biokimia
Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta: UIP.
Rahayu,
Iman. 2013. Karakteristik
Fisik, Komposisi Kimia dan Uji Organoleptik
Telur
Ayam Merawang dengan Pakan Bersuplemen
Omega-3.http//www.
Supriadi. 2013. Laporan Biokimia.
http : // www.
supriadi.blogspot.com/laporan-
biokimia/. Diakses 1 Desember 2013.
Winarno,
F.G. 1995. Kimia
Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar