PLEMBAR
PENGESAHAN
Laporan Lengkap
Praktikum Mikrobiologi Ternak, yang berjudul “Pengecatan dan Morfologi Mikroba” disusun oleh:
Nama : Ardiansyah
Nim : 60700112049
Kelompok : III (Tiga)
Jurusan : Ilmu Peternakan
Telah diperiksa dengan
teliti oleh asisten dan koordinator asisten dan dinyatakan diterima sebagai
laporan lengkap.
Gowa,
Juni 2013
Koordinator Asisten Asisten
( Andy, S.Pt ) ( Nurwahidah. J )
NIP. 19811006 200910 1 001 Nim:60700110025
Mengetahui
Dosen Penanggung
Jawab
(Amriana
Hifizah, S.Pt., M.Anim.st)
NIP. 19761214
200604 2 002
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Visualisasi mikroorganisme yang
masih hidup tidaklah mudah, tidak hanya karena ukurannya yang sangat kecil
tetapi karena transparan dan pada umumnya tidak berwarna jika disuspensikan
dalam medium cair. Untuk mempelajari sifat mereka dan untuk mendiferensiasikan
mikroorganisme dalam grup yang spesifik untuk kepentingan diagnostik, pewarnaan
bologis dan prosedur pewarnaan dengan bantuan mikroskop cahaya menjadihal utama
dalam mikrobiologi (Jawetz, 1995).
Bakteri
merupakan organisme yang sangat kecil (berukuran mikroskopis). Bakteri rata-rata
berukuran lebar 0,5-1 mikron dan panjang hingga 10 mikron (1 mikron = 10-3
mm). Itu berarti pula bahwa jasad renik ini tipis sekali sehingga tembus
cahaya. Akibatnya pada mikroskop tidak tampak jelas dan sukar untuk melihat
bagian-bagiannya. Untuk melihat bakteri dengan jelas, tubuhnya perlu diisi
dengan zat warna, pewarnaan ini disebut pengecatan
bakteri (Irianto, 2006).
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
dilakukanlah praktikum ini untuk mengetahui teknik pewarnaan mikroorganisme
baik itu dengan cara pengecatan sederhana maupun pengecatan gram dan pengecatan
spora serta mengetahui morfologi mikroorganisme.
B.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan
dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui antara gram positif dan gram
negatif melalui beberapa macam pengecatan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Mikroorganisme yang ada di alam ini
mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan
bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air,
dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati
bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode
pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat
fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian
pengecatan (Yulneriwanti, 2013).
Isolat bakteri yang diperoleh diamati
morfologi koloni dengan melihat bentuk koloni, warna, tepian dan elevasi pada
medium agar lempeng, agar tegak dan agar miring. Sedangkan morfologi sel
ditentukan dengan melihat olesan biakan yang sudah diwarnai dibawah mikroskop
dan melihat bagaimana bentuk sel, sifat gram, dan kemampuan membentuk spora
dari bakteri tersebut (Pelczar dan Chan, 2006).
Kebanyakan sel bakteri tidak berwarna,
sehingga jika dilarutkan dalam air dan diperlihatkan di bawah mikroskop tidak
memperlihatkan warna kontras dengan medium disekelilingnya. Beberapa zat yang
digunakan untuk mengamati struktur bagian dalam sel. Dalam pewarnaan mikroba,
dapat digunakan satu jenis warna, cara ini disebut pewarnaan sederhana. Zat-zat
warna yang biasa digunakan untuk pewarnaan bakteri dapat dibedakan atas
beberapa golongan yaitu: pewarnaan sederhana, pewarnaan diferensial, pewarnaan
strukturan dan pewarnaan untuk menguji adanya komponen tertentu di dalam sel
(Junaidi, 2013).
Uji pewarnaan bakteri yang menggunakan pewarnaan
gram yang dilakukan dengan menggunakan spesimen yang didapat dari rektal,
feses, atau muntahan yang dikeluarkan oleh hewan atau ternak yang terserang
infeksi dari suatu bakteri. Pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan
paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi karena merupakan
tahapan penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada
tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya
lapisan lemak pada membran sel bakteri (Kurnia, 2013).
Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna
yang paling umum digunakan. Disebut demikian karena hanya digunakan satu jenis
cat pewarna untuk mewarnai organisme. Kebanyakan bakteri telah bereaksi dengan
pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofil (suka akan
basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat
alkalin (komponen kromofornya bersifat positif). Pewarnaan sederhana ini
memungkinkan dibedakannya bakteri dengan bermacam-macam tipe morfologi (coccus,
vibrio, basillus, dan sebagainya) dari bahan-bahan lainnya yang ada pada olesan
yang diwarnai (Mega, 2013).
Struktur di dalam sel pada tempat-tempat
yang khas dibentuk oleh spesies ini disebut endospora.
Endospora dapat bertahan hidup dalam
keadaan kekurangan nutrien, tahan terhadap panas, kekeringan, radiasi UV serta
bahan-bahan kimia. Ketahanan tersebut disebabkan oleh adanya selubung spora
yang tebal dan keras. Sifat-sifat ini menyebabkan dibutuhkannya perlakuan yang
keras untuk mewarnainya. Hanya bila diperlukan panas yang cukup, pewarna yang
sesuai dapat menembus endospora.
Tetapi sekali pewarna memasuki endospora, sukar untuk dihilangkan. Ukuran dan
letak endospora di dalam sel
merupakan ciri-ciri yang digunakan untuk membedakan spesies-spesies bakteri
yang membentuknya (Mega, 2013).
Untuk memberi ciri pada berbagai
kelompok bakteri perlu dipahami bahwa
semua ciri tidak sama pentingnya bagi semua kelompok. Sebagai contoh, pereaksi
pewarnaan gram penting bagi bakteri batang dan kokus tetapi bukanlah ciri pembeda bagi Spiroketa. Ada tidaknya flagella serta penataannya penting bagi beberapa kelompok sedang bagi yang lain tidak. Untuk beberapa kelompok , sifat-sifat biokimia lebih berarti daripada sifat morfologi. Karena itu, untuk mencirikan
kelompok bakteri, janganlah mengharapkan adanya sifat-sifat yang sama (Yulneriwanti, 2013).
semua ciri tidak sama pentingnya bagi semua kelompok. Sebagai contoh, pereaksi
pewarnaan gram penting bagi bakteri batang dan kokus tetapi bukanlah ciri pembeda bagi Spiroketa. Ada tidaknya flagella serta penataannya penting bagi beberapa kelompok sedang bagi yang lain tidak. Untuk beberapa kelompok , sifat-sifat biokimia lebih berarti daripada sifat morfologi. Karena itu, untuk mencirikan
kelompok bakteri, janganlah mengharapkan adanya sifat-sifat yang sama (Yulneriwanti, 2013).
Menurut Irianto (2006) menyatakan bahwa
ciri-ciri khas dari bakteri gram positif dan garam negatif pada fenomena
pengecatan adalah sebagai berikut :
a.
Bakteri gram positif : sangat sensitif
terhadap zat warna trifenilmetan, sensitif terhadap penisilin, resisten
terhadap alkali; tidak larut oleh 1% KHO, biasanya kokus atau batang pembentuk
spora (kecuali Lactobacillus,
Corynebacterium) dan dapat bersifat tahan asam (acid tast).
b.
Bakteri gram negatif : kurang sensitif
terhadap zat warna trifenilmetan, sensitif terhadap streptomisin, sensitive
terhadap alkali; larut oleh 1% KHO, biasanya batang tidak membentuk spora
(kecuali Neisseria yang berbentuk
kokus) dan tampaknya tidak pernah tahan panas.
Bentuk bakteri bermacam-macam. Ada yang
bulat (tipe kokus) dengan garis tengah 0,15-1mikorn. Ada yang berbentuk batang
atau slindris panjang atau pendek (tipe basil) dan ada yang berbentuk slindris,
spiral panjang atau pendek (spirillum) yang garis tengahnya 0,3-3 mikron,
sedangkan panjangnya 1 sampai lebih dari 6 mikron. Umumnya bakteri bersel
tunggal tidak mempunyai klorofil serta berkembang biak dengan cara membelah dan
spora. Tiap sel dikelilingi oleh dinding sel atau membrane yang menyerupai
lendir. Jika berkelompok, wujudnya seperti lendir yang kental dan
berbentuktidak teratur, ada yang panjang, bulat, atau lapisan tipis seperti
buih. Bakteri itu ada yang inaktif atau tidak dapat bergerak. Ada pula bakteri yang
bisa berenang atau bergerak akibat adanya bulu-bulu yang bisa bergetar (Rizki,2013).
Bakteri gram positif lebih peka terhadap
fenol, penisilin, dan resisten terhadap streptomisin. Ciri khas ini
dipergunakan dalam penggolongan bakteri (Dwidjoseputro, 2005).
Bakteri
gram positif mengandung peptidoglikan kira-kira 90% dari bobot kering dinding
selnya. Namun biasanya terdiri dari selapis sel yang sangat tebal (10-50 nm).
Selain peptidoglikan dijumpai pula berbagai polimer polisakarida serta poliposfat
yang dikenal sebagai asam teitkoat (Hafsan, 2011).
Dinding sel bakteri gram negatif
mempunyai susunan kimiawi yang lebih kompleks dibandingkan dengan dinding sel
bakteri gram positif. Dinding sel bakteri gram negatif mengandung peptidoglikan
yang terhitung rendah, jarang melebihi 10% dari bobot kering dindingnya
(Hafsan, 2011).
Kuman-kuman diklasifikasikan sebagai
gram positif atau negatif berdasarkan responnya terhadap pewarnaan gram.
Prosedur pewarnaan ini, dinamakan menurut penemunya, dikembangkan dalam suatu
usaha untuk mewarnai kuman secara selektif dalam jaringan-jaringan yang terkena
infeksi. Sel-sel mula-mula diwarnai dengan kristal ungu dan iodium dan kemudian
dicuci dengan aseton atau alkohol. Langkah terakhir akan menghilangkan warna
kuman-kuman gram negatif tetapi tidak dari kuman-kuman gram positif (Jawetz,
1995).
Kebanyakan sel bakteri tidak berwarna,
sehingga jika dilarutkan dalam air dan diperlihatkan di bawah mikroskop tidak
memperlihatkan warna kontras dengan medium disekelilingnya. Beberapa zat yang
digunakan untuk mengamati struktur bagian dalam sel. Dalam pewarnaan mikroba,
dapat digunakan satu jenis warna, cara ini disebut pewarnaan sederhana. Zat-zat
warna yang biasa digunakan untuk pewarnaan bekteri dapat dibedakan atas
beberapa golongan yaitu: pewarnaan sederhana, pewarnaan diferensial, pewarnaan
strukturan dan pewarnaan untuk menguji adanya komponentertentu di dalam sel (Yulneriwanti, 2013).
Pengecatan sederhana merupakan
pengecatan yang menggunakan suatu jenis zat warna. Bakteri
hidup sukar untuk dilihat dengan mikroskop cahaya biasa karena bakteri itu
tampak tidak berwarna jika diamati secara sendiri-sendiri, walaupun biakannya
secara keseluruhan mungkin berwarna. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan
terwarnai daripada dalam keadaan hidup. Yang dimaksud bakteri terwarnai adalah
organisme yang telah diwarnai dengan zat pewarna kimia agar mudah dilihat dan
dipelajari. Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran,
bentuk, susunan dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran (Kurnia,
2013).
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan
sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir
tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut
disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga
mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal
tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui
reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan (Junaidi, 2013).
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
A. Waktu dan
Tempat
Adapun
waktu dan tempat dillaksanakannya praktikum ini adalah:
Hari/
Tanggal : Senin/ 27 Mei 2013
Pukul : 08.30-12.00 Wita
Tempat : Laboratorium Kesehatan Hewan
STPP Gowa
B.
Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu bunsen, cawan
petri, gegep, kaca preparat, mikroskop, pipet dan ose.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu air, alcohol 70%, biakan Eserchia coli dan Bacillus
subtilis, korek api, larutan crystal violet, larutan lugols iodium, larutan
methylen blue, larutan safranin, spiritus, tissue dan oil imersi.
C.
Prosedur Kerja
1.Pengecatan Sederhana
a) Membersihkan
gelas objek dengan alcohol 70% agar bebas lemak.
b) Mengambil
secara aseptis 1 ose suspensi bakteri dan ratakan diatas gelas
objek seluas 1 cm2.
c) Biarkan
mengering diudara, lalu fiksasi diatas api spiritus.
d) Mentetesi
dengan Methylen Blue dan Crystal Violet 1 – 2 tetes.
e) Biarkan
selama 2 menit, lalu cuci dengan air mengalir sampai sisa-sisa
cat tercuci seluruhnya.
f) Mengeringkan
diudara dan mengamati hasilnya dengan pembesaran kecil
hingga besar dan menggambar preparatnya.
2.Pengecatan Gram
a) Membersihkan gelas objek dengan alcohol 70%
agar bebas lemak.
b) Mengambil
secara aseptis 1 ose suspensi bakteri dan ratakan diatas gelas
objek seluas 1 cm2.
c) Biarkan
mengering diudara,lalu fiksasi diatas api spritus.
d) Meneteskan
larutan Gram A sebanyak 2 – 3 tetes dan biarkan selama 2 menit.
e) Mencuci
dengan air mengalir, mengeringkan dengan kertas isap secara hati-hati.
f) Meneteskan
larutan Gram B, biarkan selama 1-2 menit,
g) Mencuci
dengan air mengalir, mengeringkan.
h) Meneteskan
larutan Gram C, biarkan selama 30 detik.
i) Mencuci
dengan air mengalir dan biarkan mongering.
j) Meneteskan larutan Gram D sebanyak 2-3 tetes,
biarkan selama 1
menit, lalu cuci sengan air mengalir.
k) Mengamati dan mencatat hasilnya.
3.Pengecatan
Spora
a) Membersihkan gelas objek dengan alcohol
70% agar bebas lemak.
b) Mengambil secara aseptis 1 ose suspensi
bakteri dan ratakan diatas gelas
Objek seluas 1 cm².
c) Membiarkan mongering diudara, lalu fiksasi
diatas api spiritus.
d) Meneteskan Malacyt green berlebih dan
membiarkan 15 menit tanpa
Pemanasan atau selama 5 menit diatas
penanggang air. Juga agar cat warna
tidak mengering dengan meneteskan secara terus
menerus bila cat mulai
mengering.
e) Mencuci dan mengeringkannya.
f) Meneteskan larutan safranin 1-2 tetes
menunggu sampai 1-2 menit.
g) Mencuci dan mengeringkannya kemudian
mengamatinya.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan dari
praktikum ini adalah :
1. Pengecatan
sederhana
Laboratorium
Keswan STPP Gowa
|
Keterangan
|
|
Spesimen
: Bacillus subtilis
|
1.
Warna latar : Biru
2.
Bentuk koloni : Stereptobacillus
3.
Warna bakteri : Biru
|
|
Spesimen
: Eserchia coli
|
1.
Warna latar : Biru
2.
Bentuk koloni : Sterepcocus
3.
Warna bakteri : Biru
|
|
2.Pengecatan Gram
Laboratorium Keswan
STPP Gowa
|
Keterangan
|
Spesimen : Bacillus subtilis
Gram positif
|
1.
Warna latar : Ungu
2.
Bentuk koloni :
·
Monobacillus
·
Diplobacillus
·
Stereptobacillus
3.
Warna bakteri : Ungu
|
Spesimen
: Eserchia coli
Gram Negatif
|
1.
Warna latar : Merah
2.
Bentuk koloni :
·
Monococus
·
Diplococus
·
Stapilococus
·
Streptococus
·
Sarcina
3.
Warna bakteri : Merah
|
3.Pengecatan spora
Laboratorium
Keswan STPP Gowa
|
Keterangan
|
Spesimen
: Bacillus subtilis
|
1.
Warna latar : Hijau
2.
Bentuk koloni : Monococus
3.
Warna bakteri :
·
Merah (sel negative)
·
Hijau (spora)
|
B. Pembahasan
1. Pengecatan Sederhana
Pengecatan
sederhana digunakan untuk memperlihatkan atau untuk memperjelas kontras antara
sel dan latar belakangnya sehingga dapat mempertajam bentuk dari sel-sel
mikroba itu sendiri. Dengan cara mewarnai sel-sel mikroba dengan zat warna.
Pada
pengamatan ini, sel pewarna yang digunakan untuk melihat bakteri yang akan
diamati adalah Methylen Blue. Pewarna tersebut bekerja baik dalam mewarnai
bakteri karena zat warna tersebut mengandung fungsional yang membentuk warna. Pada
pengamatan ini, bakteri Escerchia Coli
terlibat bentuk koloninya, yaitu stereptococus. warna latar biru dan warna
bakteri biru. Hal ini sesuai dengan pendapat Zubaidah (2006), menyatakan bahwa
bakteri Eserchia coli termasuk
bakteri gram negatif dengan warna merah. Sedangkan untuk bakteri Bacillus subtilis,
berwarna biru dan bentuk koloninya Stereptobacillus. Hal ini sesuai dengan
pendapat
Sri Mulyani (2010) menyatakan bahwa zat-zat warna
yang digunakan pada pengecatan sederhana biasanya bersifat alkalin (komponen
kromoforiknya bermuatan positif). Pewarna yang biasa dipakai dalam pewarna umum
adalah biru metilen. Biru metilen memberi warna biru cerah yang bisa bergradasi
(biru muda sampai biru agak tua).
2.Pengecatan
Gram
Pewarnaan gram atau
metode gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua
kelompok besar yakni gram positif dan gram negatif berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Dengan metode
pewarnaan gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu bakteri gram positif dan gram negatif.
a) Pengecatan
Gram Positif
Pada pengecatan ini bakteri yang
digunakan adalah bakteri Bacillus
subtilis. Pengecatan ini menggunakan 4 (empat) jenis larutan yaitu Kristal
violet sebagai cat utama, alcohol asam untuk pencucian dan safranin sebagai zat
penutup dan larutan iodium. Berdasarkan pecobaan Bacillus subtilis bersifat gram positif yang berarti bakteri dapat mengikat
dengan erat cat utama krystal violet berwarna ungu, pada saat bakteri gram positif
akan mengabsorbsi larutan tersebut hanya pada dinding sel dengan pemberian
lugol maka kristal violet akan masuk sampai ke inti sel, pemberian alcohol
menyebabkan pori-pori dinding sel mengecil sehingga warna ungu tertahan didalam
dinding sel disebabkan oleh rendahnya komponen lipid. Pada pengamatan dengan
menggunakan bakteri Bacillus subtilis menghasilkan
warna bakteri ungu dan warna latar ungu dengan bentuk koloni monobacillus,
diplobacillus dan stereptobacillus. Hal ini sesuai dengan pendapat Tryana, S.T
(2008) menyatakan bahwa Ilmuwan dari Denmark bernama Hans Christian Gram pada
tahun 1884 mengemukakan bahwa bakteri gram positif akan mempertahankan zat
pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di bawah
mikroskop dan hal ini sama dengan hasil pengamatan yang telah diamati dibawah
mikroskop.
b)
Pengecatan Gram Negatif
Pada pengecatan ini digunakan bakteri Escerhia coli, pengecatan ini juga
menggunakan 4 (empat) jenis larutan yaitu Kristal violet, sebagai cat utama,
larutan iodium sebagai pengintensifan, alcohol asam untuk pencucian dan safranin
sebagai cat penutup. Berdasarkan percobaan diperoleh Escerchia coli bersifat gram negatif karena tidak dapat mengikat
kuat cat utama dan dapat diwarnai oleh cat lawan yakni merah dari pewarna
safranin. Hal ini sesuai dengan pendapat Zubaidah (2006) menyatakan bahwa
bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci
dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna tandingannya yaitu dengan zat
pewarna air fuchsin atau safranin akan tampak berwarna merah. Dengan demikian
hasil pengamatan dengan literatur sama hasil warnanya yaitu berwarna merah. Escherichia coli termasuk dalam famili Enterobacteraceae yang termasuk gram
negatif dan berbentuk batang yang fermentatif.
3.Pengecatan spora
Lapisan bagian luar spora merupakan
lapisan penahan yang baik terhadap bahan kimia sehingga spora sulit diwarnai.
Spora bakteri dapat diwarnai dengan cara dipanskan. Pemanasan dimaksudkan agar
lapisan luar spora mengembang sehingga zat warna dapat masuk. Zat warna yang
digunakan yaitu larutan Malacyt green dan larutan safranin. Dalam hal ini
safranin bukan pewarna tandingan. Safranin mewarnai sel vegetatif dari bakteri.
Sebaiknya dalam percobaan malakit green digunakan dalam jumlah yang cukup
banyak
Pada
pengecatan ini digunakan bakteri Bacillus
subtilis dengan menggunakan larutan Malacyt green dan safranin untuk
mengetahui sel negatif dan warna sporanya. Untuk melihat sporanya terlebih
dahulu dilakukan fiksasi diatas api spiritus kemudian diteteskan Malacyt green
selama beberapa menit. Setelah itu ditetesi larutan safranin kemudian diamati
dengan menggunakan mikroskop. Pada pengecatan spora dengan menggunakan bakteri Bacillus subtilis dengan bentuk koloninya
monococus dengan warna bakteri merah (sel negatif) dan warna hijau menunjukan
sporanya.
Hal ini sesuai pendapat Kurniawan (2010),
menyatakan bahwa prinsip dari pengecatan spora yaitu pemanasan akan
mengembangkan lapisan luar spora sehingga warna utama dapat masuk ke dalam
spora sehingga berwarna hijau. Melalui pendinginan warna utama akan
terperangkap di dalam spora dengan pencucian zat warna utama yang ada pada sel
vegetatif akan terlepas sehingga pada saat pewarnaan kedua (safranin), sel vegetatif
akan berwarna merah.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dapat diketahui untuk
membedakan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif
yaitu Bacillus subtilis karena
bakteri tersebut mampu mempertahankan cat utamanya sedangkan untuk bakteri gram
negatif yaitu bakteri Escercia coli karena
tidak mampu mempertahankan cat utamanya ketika diberi peluntur. Bakteri
tersebut diamati melalui beberapa pengecatan yaitu pengecatan sederhana, pengecatan gram dan pengecatan spora.
B.Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan
pada praktikum ini yaitu sampel yang
diteliti dilakukan dengan baik dan benar pada preparat agar memperjelas hasil
pengamatan serta mikroba yang hendak diamati diambil sedikit mungkin
agar mikroba tidak bergerombol sehingga morfologi mikroba tersebut lebih mudah
untuk diamati.
DAFTAR
PUSTAKA
Dwidjoseputro.Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.2005.
Hafsan.Mikrobiologi
Umum. Makassar : Alauddin University Press.2011.
Irianto, Koes.Mikrobiologi
Jilid 1. Bandung : CV. Yrama Widya.2006.
Jawetz,
E, JL. Menick, EA. Adelberg. Mikrobiologi
untuk Profesi Kesehatan
Edisi 16. Jakarta : EGC.1995.
Junaidi.2013.Pengecatan
Gram pada Bakteri.http://wawan-junaidi.blogspot.com
/2009/07/pengecatan-gram-pada-bakteri.html.(28 Mei 2013).
Kurnia. 2010. Gram staining. http ://www.
kurnia.blogspot.com. 28 Mei 2013.
Mega.2013.Pengecatan
Marfologi Mikroba.http://megabohari.blogspot
.com/2011/12/laporan-mikrobiologi-pengecatan.html.(28 Mei 2013).
Pelczar,
Michael J. Dan E.C.S Chan. Dasar-Dasar
Mikrobiologi. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.2006.
Rizki.2013..http://ngecatbakterimakul-rizki.blogspot.com//materi-kuliah.html.(28
Mei 2013).
(28 Mei 2013).
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar