Jumat, 12 Juli 2013

Laporan Perhitungan Koloni Bakteri


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
       Pertumbuhan mikroorganisme yang membentuk koloni dapat dianggap bahwasetiap koloni yang tumbuh berasal dari satu sel, maka dengan menghitung jumlah koloni dapat diketahui penyebaran bakteri yang ada pada bahan. Jumlahmikroba pada suatu bahan dapat dihitung dengan berbagai macam cara,tergantung pada bahan dan jenis mikrobanya. Ada 2 macam cara perhitungan jumlah mikroba/bakteri, yaitu perhitungan secara langsung dan tidak langsung.Perhitungan jumlah mikroba secara langsung yaitu jumlah mikroba dihitungsecara keseluruhan, baik yang mati atau yang hidup sedangkan perhitungan jumlah miroba secara tidak langsung yaitu jumlah mikroba dihitung secarakeseluruhan baik yang mati atau yang hidup atau hanya untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja, ini tergantung cara-cara yang digunakan (Anonim, 2013).
       Untuk menentukan jumlah miroba yang hidup dapat dilakukan setelah larutan bahanatau biakan mikroba diencerkan dengan faktor pengenceran tertentu danditumbuhkan dalam media dengan cara-cara tertentu tergantung dari macam dansifat-sifat mikroba.Banyak metode yang digunakan dalam menaksir secara kuantitatif dari suatupopulasi bakteri. Namun, ada dua metode yang paling sering digunakan yaitu metode hitung koloni di cawan petri (standard/viable          plate count method) dan analisa spektrofotometer /turbidimeter (Anonim, 2013).
B. Tujuan Praktikum
       Adapun tujuan diadakannya praktikum ini yaitu untuk dapat menghitung jumlah koloni bakteri pada sampel air PAM dan daging ayam broiler.




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
       Perhitungan bakteri adalah suatu cara yang digunakan untuk menghitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada suatu media pembiakan. Secara mendasar ada dua cara penghitungan bakteri, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Ada beberapa cara perhitungan secara langsung, antara lain adalah dengan membuat preparat dari suatu bahan (preparat sedrhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting chamber). Sedangkan perhitungan secara tidak langsung hanya mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja (viable count). Dalam pelaksanaannya ada beberapa cara yaitu perhitungan pada cawan petri (total plate count / TPC, perhitungan melalui pegenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN methode), calorimeter /cara kekeruhan atau turbidimetri (Anonim, 2013).
       Perhitungan jumlah suatu bakteri dapat melalui berbagai macam uji seperti uji kualitatif koliform yang secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji penduga (uji kuantitatif, bisa dengan metode MPN), uji penguat dan uji pelengkap. Waktu, mutu sampel, biaya, tujuan analisis merupakan beberapa faktor penentu dalam uji kualitatif koliform. Bakteri koliform dapat dihitung dengan menggunakan metode cawan petri (metode perhitungan secara tidak langsung yang didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni yang merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terdapat pada sampel) seperti yang dilakukan pada percobaan ini (Dwidjoseputro, 1994).
       Pada tiap perhitungan bakteri ketepatan berkurang dengan meningkatnya konsentrasi sel-sel. Begitu halnya bila jumlah yang dihitung terlalu kecil. Bahan yang mengandung sejumlah bakteri (kira-kira lebih dari 104/ml) biasanya diencerkan dari 1:105 atau lebih tergantung pada bahan pemeriksaan atau metode hitung, sehingga hasil hitungan yang diperoleh dapat diandalkan dan memudahkan perhitungan. Perhitungan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu perhitungan secara langsung dan perhitungan secara tidak langsung (Rizki, 2013).
       Menurut Hadietomo (1990) menyatakan bahwa perhitungan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1.    Penentuan volume total
Cara ini adalah semacam modifikasi penentuan hematokrit pada pengukuran volume total butir-butir darah, misalnya 10 ml biakan dimasukkan ke dalam tabung reaksi khusus (tabung hopklins) yang bagian bawahnya berupa silinder dan bergaris ukuran.
2.    Metode turbidometri
Teknik ini sudah dipakai sebagai cara mengukur keker han suspensi atas dasar penyerapan dan pemencaran cahaya yang dilintaskan, sehingga yang mengandung lebih dari 107-108 sel/ml, tampak lebih keruh oleh mata telanjang. Suatu volume biakan yang telah ditakar ditempatkan dalam tabung khusus yang jernih dengan diameter tertentu.

       Menurut Jimmo (2013), menyatakan bahwa prinsip dari perhitungan metode hitungan cawan adalah bila sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium, maka mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan kemudian dapat dihitung tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan dibedakan atas dua cara, yaitu metode tuang (pour plate) dan metode permukaan (surfacelspread plate). Pada metode tuang, sejumlah sampel (1 ml atau 0,1 ml) dari pengenceran yang dikehendaki dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian ditambhkan agar-agar cair yang steril yang telah didinginkan (47-50oC) sebanyak 15-20 ml dan digoyangkan supaya sampelnya menyebar. Metode ini merupakan cara yang paling sensitif untuk menentukan jumlah jasad renik, dengan alasan :
1.      Hanya sel mikroba yang hidup yang dapat dihitung
2.      Beberapa jasad renik dapat dihitung sekaligus
3.      Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba, karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari mikroba yang mempunyai penampakan spesifik.
       Selain keuntungan-keuntungan tersebut di atas, metode hitungan cawan juga memiliki kelemahan sebagai berikut :
1.      Hasil perhitungan tidak menunjukkan hasil yang sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk koloni.
2.      Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan jumlah yang berbeda pula.
3.      Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak, jelas, dan tidak mnyebar.
  4. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi relatif lama sehingga pertumbuhan  
      koloni dapat dihitung.
       Metode perhitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang hidup dapat berkembang menjadi koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan adalah indeks bagi jumlah mikroorganisme yang terkandung dalam sampel. Teknik yang harus dikuasai dari metode ini adalah mengencerkan sampel dan mencawankan hasil pengenceran tersebut. Setelah inkubasi, jumlah semua koloni diamati untuk memenuhi persyaratan statistik. Cawan yang dipilih untuk menghitung koloni adalah cawan yang mengandung antara 30 sampai 300 koloni. Organisme yang terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan (Lud, 2007).
       Salah satu metode cepat yang digunakan untuk menghitung massal sel adalah melalui perhitungan kekeruhan (turbidity). Kekeruhan dapat diukur dengan menggunakan fotometer atau spertofotometer. Pengukuran kekeruhan ini didasarkan atas pertikel-pertikel kecil yang menyebarkan cahaya lengsung secara propisional (sampai batas-batas tertentu) dengan konsentrtasinya. Zat cahaya melewati tabung yang berisi suspensi mikroba, maka cahaya akan dihamburkan (Pelczar, 1989).
       Ada dua Metode plate count yang sering digunakan, yaitu metode sebaran dan metode tuang. Asumsi digunakannya metode ini adalah bahwa setiap satu sel mikroba dapat tumbuh dan akhirnya membentuk satu koloni yang dapat dilihat dengan kasat mata. Pada metode sebaran, volume yang dibutuhkan adalah 0.1 ml agar sampel tersebut sapat tersebar, terendam, dan teresap. Karena jika lebih, maka sampel akan mengendap dan mengumpul sehingga menyulitkan dalam perhitungan (Ali, 2008).
       Menurut Yulneriwanti (2013), menyatakan bahwa perhitungan langsung dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.    Perhitungan sel langsung
       Cara ini menggunakan bilik hitung (hemoci tometer) yang menghasilkan hitungan total, karena semua sel terhitung, baik sel yang hidup maupun sel yang mati. Karena bakteri itu kecil, maka perhitungan yang dilakukan secara statistik dapat diterima, namun harus dibuat suspensi sekurang-kurangnya 107 / ml.
2.    Menghitung dengan alat penghitung elektronik
       Dengan alat ini dapat dihitung beribu-ribu bakteri dalam beberapa detik. Penggunaan alat ini banyak didasarkan atas kerja dengan lobang pengintai elektronik (dapat disamakan dengan mata elektronik) kerjanya tergantung pada interupsi dari berkas cahaya elektronik yang melintasi suatu ruang antara dua ruang elektron yang berdekatan letaknya. Tiap partikel yang karena perbedaan kkonduktivitas sel dan cairan. Interupsi ini dicetak oleh suatu alat secara elektris.


3.    Menghitung dengan filter membran
        Contoh cairan yang disaring dan ditakar dengan filter steril yang terbuat dari membran berpori. Bakteri yang tertahan oleh filter itu kemudian dihitung langsung. Dalam hal ini banyak bakteri dalam cairan tersebut tidak boleh terlalu banyak dan tersebar rata.
       Metode hitungan cawan menggunakan anggapan bahwa setiap sel akan hidup berkembang menjadi satu koloni. Jumlah koloni yang muncul menjadi indeks bagi jumlah oganisme yang terkandung di dalam sampel. Teknik pengitungan ini membutuhkan kemampuan melakukan pengenceran dan mencawankan hasil pengenceran. Cawan-cawan tersebut kemudian diinkubasi dan kemudian dihitung jumlah koloni yang terbentuk. Cawan yang dipilih untuk penghitungan koloni, sesuai dengan kaidah statistik adalah cawan yang berisi 30-300 koloni. Jumlah organisme yang terdapat dalam sampel asal dihitung dengan cara mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan bersangkutan (Filzahazny, 2013).
       Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Contohnya diinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut (Anonim, 2013).
       Turbidimetri merupakan metode yang cepat untuk menghitung jumlah bakteri dalam suatu larutan menggunakan spektrofotometer. Bakteri menyerap cahaya sebanding dengan volume total sel (ditentukan oleh ukuran dan jumlah). Ketika mikroba bertambah jumlahnya atau semakin besar ukurannya dalam biakan cair, terjadi peningkatan kekeruhan dalam biakan. Kekeruhan dapat disebut optical density (absorbsi cahaya, biasanya diukur pada panjang gelombang 520 nm –700 nm). Untuk mikroba tertentu, kurva standar dapat memperlihatkan jumlah organisme/ml (ditentukan dengan metode hitungan cawan) hingga pengukuran optical density/ditentukan dengan spektrofotometer (Anonim, 2013).
       Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Contohnya suatu sampel pada suatu suspensi yang berupa campuran bermacam-macam sppesies diencerkan dalam suatu taung tersendiri. Enceran ini kemudian diambil barang 1 ml untuk diencerkan lagi ke tabung yang berisi pelarut. Enceran yang kedua ini diambil 1 ml untuk diencerkan lebih lanjut Jumlah terbaik yang digunakan untuk perhitungan mikroba antara 30-300 koloni. Pengenceran biasanya dilakukan secara desimal (Dwidjoseputro, 1994).












BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
             Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah:
Hari/ Tanggal          : Senin/ 3 Juni 2013
Pukul                      : 08.30-12.00 Wita
Tempat                   : Laboratorium Mikrobiologi Sekolah Tinggi Penyuluhan  
                                 Pertanian (STPP) Gowa
B. Alat dan Bahan
     1. Alat
       Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu cawan petri, colony counter, mikropipet, neraca analitik dan plastik klip.
    2. Bahan
       Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu aqudest, sampel air PAM dan sampel daging ayam broiler.
C. Prosedur Kerja
            Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah :
       1. Menimbang secara steril 1 gram sampel (untuk sampel padat) atau memipet  
           1 ml (untuk sampel cair).
       2. Memasukkan kedalam 9 ml larutan pengencer sehingga diperoleh  
           Pengenceran 10 ¹
       3. Membuat pengenceran bertingkat 10 ², 10 ³, 10­­­­  , 10  , 10  , dan seterusnya
dengan cara memipet 1 ml dari pengenceran awal ke pengenceran selanjutnya.
       4. Memipet 1 ml dari pengenceran yang dipilih kedalam cawan petri/metode  
           cawing tuang dan 0,1/metode sebar.
      5. Menuangi medium agar yang cocok sebanyak 15-20 ml.
      6. Menghomogenkan secara merata dengan menggoyang-goyangkan cawang
          memutar ke kiri dan ke kanan 8-10 kali.
     7. Membiarkan sampai medium agar membeku.
     8. Menginkubasi pada suhu 37 ̊ c selama 24 jam (untuk sampel bakteri) dan
         suhu 30 ̊ c (untuk sampel kapang secara terbalik).
    9. Menghitung jumlah sel sampel tersebut yang mengandung 30-300 koloni   
        atau sel.
    










BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
             Adapun hasil pengamatan dari praktikum ini adalah :
NO
Sampel
Pengenceran
10
10
10
10
10
1.
Air PAM
-
-
4
1
0
2.
Daging Ayam Broiler
33
14
1
-
-
     Sumber : Laboratorium Mikrobiologi STPP Gowa
B. Analisis Data
     1. Pengenceran sampel Air PAM
            • Untuk pengenceran 10   =  4  x  1
                                                                  10
                                                      =  4 x 10
            • Untuk pengenceran 10   =  1  x  1
                                                                  10
                                                      = 1 x 10
            • Untuk pengenceran 10   =  0  x  1
                                                                  10
                                                      = 0
              Jika nilai perbandingan pengenceran >2 = rata-rata pengenceran
                                                                          <2 = pengenceran rendah 
              10 = 1 x 10  = 10 = 2,5 = 3 = >2 = rata-rata pengenceran
              10    4 x 10       4
              10 =        0     = 0 = < 2 = pengenceran rendah
              10        4 x 10     
             Jumlah koloni =
              = 4 x 10 + 1 x 10 + 0
                             3
              = 5 x 10
                     3
              = 1,67 x 10 koloni /ml sampel
     2. Pengenceran sampel Daging Ayam Broiler
            • Untuk pengenceran 10   =  33  x  1
                                                                   10
                                                      =  33  x 10
            • Untuk pengenceran 10   =  14  x  1
                                                                  10
                                                      =  14  x 10
            • Untuk pengenceran 10   =  1  x  1
                                                                  10
                                                      =  1 x 10
              Jika nilai perbandingan pengenceran >2 = rata-rata pengenceran
                                                                          <2 = pengenceran rendah 
              10 = 14 x 10  = 140 = 4,2  = >2 = rata-rata pengenceran
              10    33 x 10       33
              10 =        1 x 10     = 10 = 0,7 = 1 < 2 = pengenceran rendah
              10           14 x 10       14   
             Jumlah koloni =
              = 33 x 10 + 14 x 10 + 1 + 10
                                    3
              = 48 x 10
              = 16 x 10 gr /ml sampel
C. Pembahasan 
       Mikroba seperti makhluk hidup lainnya memerlukan nutrisi pertumbuhan. Pengetahuan akan nutrisi pertumbuhan ini akan membantu di dalam mengkultivasi, mengisolasi, danmengidentifikasi mikroba. Mikroba memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda didalam persyaratan pertumbuhannya. Ada mikroba yang bisa hidup hanya pada media yang mengandung sulfur dan ada pula yang tidak mampu hidup dan seterusnya. Karakteristik persyaratanpertumbuhan mikroba inilah yang menyebabkan bermacam-macamnya media penunjang pertumbuhan mikroba. Di dalam mikrobiologi, media diartikan sebagai bahan yang terdiri atas campuran nutrisi atauzat-zat hara (nutrien) yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di atas atau didalamnya. Selain itu, media juda dapat digunakan untuk isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan biokimia, serta perhitungan jumlah mikoorganisme.
       Ada berbagai macam jenis media pertumbuhan mikroba. Berdasarkan sumbernya, media di bagi atas dua yaitu media sintetikdan media alami. Dalam percobaan ini, medium yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba adalah media agar dengan komposisi 20 gr NA dan 15 gr agar dalam 100 ml aquades. Media agar adalah mediayang umum digunakan untuk menumbuhkan bakteri, dikarenakan sifatnya yang dapatmenumbuhkan banyak bakteri, bakteri ini hanya digunakan untuk praktikum di universitas danjarang digunakan untuk penelitian yang menganalisa pertumbuhan bakteri spesifik. Telah diketahui bersama, pertumbuhan mikroba adalah peningkatan jumlah sel dan bukan peningkatan ukuran sel. Pertumbuhan mikroba untuk kondisi normal dapat diukur dengan rumus log10 jumlah sel. Dari rumus tersebut dapat pula ditentukan jumlah generasi yang ada dan waktu generasi pertumbuhan bakteri. Rumus ini berlaku untuk pertumbuhan bakteri yang normal, atau tidak adanya kesalahan dalam prosedur pembiakannya, dan mengikuti kurva  Akan tetapi jika kita melihat hasil pengamatan yang diperoleh, dapat dipastikan kondisi media yang digunakan tidaklah sama. Karena bakteri yang tumbuh tidak mengikuti hipotesis pengamat. Dapat dilihat pada hasil pengamatan, bakteri yang tumbuh pada cawan pengenceran 10 lebih sedikit dibandingkan bakteri yang tumbuh pada cawan pengenceran10 dan 10 .Ketidaksamaan media yang digunakan berpengaruh terhadap aktivitas bakteri untuk melakukanpembelahan sel. Faktor yang menyebabkan ketidaksamaan ini salah satunya dipengaruhi olehprosedur pengerjaan yang tidak benar oleh pengamat. Dari hasil pengamatan yang diperoleh terdapat 2 koloni bakteri yang diperoleh, yakniberwarna putih dan berwarna kuning. Jumlah koloni bakteri berwarna putih dalam satu cawan selalu lebih banyak dibandingkan jumlah koloni bakteri kuning. Aktivitas anatara kedua jenis kolonibakteri ini menjadi sangat sulit ditentukan karena kondisi media yang berbeda-beda. Semestinyadalam cawan tanpa pengenceran, cawan pengenceran 10, 10 dan 10, dapat dianalisa aktivitaskoloni bakteri putih dan kuning, yang mana bersifat inhibitor atau patogen terhadap bakteri lainnya.
 
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pengenceran sampel air PAM  untuk 10 = 4 x1 0 , sedangkan untuk 10 = 1 x 10 dan untuk 10 = 0 dengan nilai  rata-rata pengenceran yaitu 3 dan nilai perbandingan rendah adalah 0 sehingga jumlah koloni 1,67 x 10 koloni/ml sampel. Sedangkan pengenceran sampel daging ayam broiler untuk 10 = 33 x 10 , untuk 10 = 14 x 10  dan untuk 10 = 1 x 10 dengan nilai perbandingan rata-rata pengenceran adalah 4,2 dan pada pengenceran rendah yaitu 1 sehingga jumlah koloninya 16 x 10 gr/ml sampel.
B. Saran
              Adapun saran dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.         Sebelum melakukan praktek di laboratorium sebaiknya praktikan mempelajari terlebih dahulu teori untuk mengetahui jumlah koloni bakteri pada sampel air PAM dan sampel daging ayam broiler.
2.         Dalam melaksanakan praktikum, diharapkan asisten selalu mendampingi prakrikan agar praktikan lebih dapat memahami.
      3     Dalam pelaksanaan praktikum, diharapkan waktu diperpanjang agar  
             praktikan dapat dengan maksimal mengetahui mengrtahui jumlah koloni 
             bakteri yang diamati pada sampel tertentu.
                                                           
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Alimuddin.Mikrobiologi Dasar. Makassar : Jurusan Biologi FMIPA UNM.
              2005.
Anonim.2013.”Perhitungan Jumlah Bakteri”.httpwww.scribd.comdoc135885742
              perhitungan-jumlah-bakteri=htm.(4 Juni 2013).
Dwidjoseputro, D. Dasar dasar mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.1994.
Filzahazny.2013.”Perhitungan Mikroba,Blog Filzahazzny”.http://perhitungan-          
              mikroba- filzahazny.blogspot.com.(4 Juni 2013).
Hadietomo, Ratna.Mikrobiologi Dalam Praktek. Jakarta : PT. Gramedia.1990.
Jimmo.2013.”Perhitungan Pertumbuhan Mikroba”.http://pertumbuhan mikroba- 

Pelezar. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid II. Jakarta : Universitas Indonesia Press.    1989. 

Rizki.2013. “Mikroba,” Blog Rizki.http://mikroba-Rizki.blogspot.com.(4 Juni
              2013).
Waluyo, Lud.Mikrobiologi Umum. Makassar : UMM Press.2007.

Yulneriwanti.2013.“PertumbuhanMikroba”BlogYulneriwanti.http://pertumbuhan     Mikroba-yulneriwanti.blog.com.(4 Juni 2013).






Tidak ada komentar:

Posting Komentar