LAPORAN PRAKTIKUM
BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM
(PENGENALAN BAHAN PAKAN)
(PET-2324)
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Melulusi Mata
Kuliah
Bahan Pakan Dan Formulasi Ransum (PET-2324) Pada Jurusan
Ilmu Peternakan Fakultas Sains
dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar
Oleh :
ARDIANSYAH
NIM . 60700112049
LABORATORIUM ILMU PETERNAKAN
JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan
pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak dan tidak beracun
terhadap ternak tersebut. Mengenali bahan pakan adalah sebagai kewajiban bagi
setiap mahasiswa yang berada di fakultas peternakan. Bahan pakan merupakan
suatu bahan yang dapat dimakan, disukai, dan dapat dicerna sebagian atau
seluruhnya, dapat diabsorbsi, bermanfaat bagi ternak dan tidak menganggu
kesehatan ternak tersebut. Secara umum bahan pakan terbagi dalam delapan klas
yaitu: hijuaan kering atau jerami padi, hijauan segar, Silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber
vitamin, dan Aditif pakan.
Bahan
Pakan dan Formulasi Ransum merupakan materi kuliah yang mempelajari jenis-jenis
bahan pakan yang dapat di makan oleh ternak dan bermanfaat bagi pertumbuhan dan
perkembangan ternak itu sendiri. Pada praktikum kali ini, materi yang dibahas
adalah pengenalan alat-alat laboratorium serta pengenalan jenis-jenis rumput
dan jenis-jenis pakan lainnya yang dapat di manfaatkan oleh ternak.
Pentingnya
bahan pakan khususnya untuk ternak merupakan hal yang tidak bisa kita pungkiri
untuk kita tidak mempelajarinya. Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat,
menjadikan kebutuhan protein hewani juga meningkat. Peningkatan jumlah penduduk
diikuti dengan meningkatnya kebutuhan lahan untuk perumahan. Hal ini
menyebabkan luas lahan pertanian mengalami penurunan, yang berpengaruh pada
ketersediaan hijauan sumber pakan ternak ruminansia dan bahan konsentrat.
Tingginya
konsumsi ternak terhadap pakan membuat para peternak sapi,ayam,kambing maupun
hewan ternak lainnya mencari alternative pakan selain hijauan dan dedak padi
pada umumnya. Para peternak pada saat ini telah menambahkan protein, sumber
energi, mineral dan lain sebagainya. Tentu dengan berbagai jenis pakan yang
ada disekitar kita baik dalam bentuk bungkil maupun limbah dari pertanian dan
limbah dari pengolahan tempe dan tahu. Kebutuhan protein hewani yang kian
meningkat, harus diikuti dengan peningkatan produksi ternak ruminansia sebagai
salah satu sumber protein hewani, sebagai upaya untuk mencapai swasembada
daging sapi 2014. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi ternak
ruminansia diantaranya dengan perbaikan kualitas bibit ternak (secara genetik),
peningkatan mutu pakan ternak, dan peningkatan kualitas kesehatan ternak.
Hal
inilah yang melatar belakangi dilakukannya praktikum ini agar mahasiswa dapat
mengenal bahan pakan dari tekstur, rasa, warna, bau, asal, dan sumber/kelompok.
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah pada praktikum ini yaitu bagaimana cara mengenal bahan pakan
dengan memperhatikan tekstur, rasa, warna, bau, asal dan kelompok?
C. Tujuan dan Kegunaan
Adapun
tujuan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat mengenal jenis bahan pakan
dengan memperhatikan tekstur, rasa, warna, bau, asal dan kelompok.
Adapun
kegunaan dari praktikum ini yaitu mahasiswa dapat mengenal jenis bahan pakan
dengan memperhatikan tekstur, rasa, warna, bau, asal dan kelompok.
BAB II
TINJUAN TEORITIS
A. Tinjauan Umum
Bahan
pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak dan tidak beracun
terhadap ternak tersebut. Mengenali bahan pakan adalah sebagai kewajiban bagi
setiap mahasiswa yang berada di fakultas peternakan. Bahan pakan merupakan
suatu bahan yang dapat dimakan, disukai, dan dapat dicerna sebagian atau
seluruhnya, dapat diabsorbsi, bermanfaat bagi ternak dan tidak menganggu
kesehatan ternak tersebut. Secara umum bahan pakan terbagi dalam delapan klas
yaitu: hijuaan kering atau jerami padi, hijauan segar, Silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber
vitamin, dan Aditif pakan.
Bahan
Pakan dan Formulasi Ransum merupakan materi kuliah yang mempelajari jenis-jenis
bahan pakan yang dapat di makan oleh ternak dan bermanfaat bagi pertumbuhan dan
perkembangan ternak itu sendiri. Pada praktikum kali ini, materi yang dibahas
adalah pengenalan alat-alat laboratorium serta pengenalan jenis-jenis rumput
dan jenis-jenis pakan lainnya yang dapat di manfaatkan oleh ternak.
Pentingnya
bahan pakan khususnya untuk ternak merupakan hal yang tidak bisa kita pungkiri
untuk kita tidak mempelajarinya. Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat,
menjadikan kebutuhan protein hewani juga meningkat. Peningkatan jumlah penduduk
diikuti dengan meningkatnya kebutuhan lahan untuk perumahan. Hal ini menyebabkan
luas lahan pertanian mengalami penurunan, yang berpengaruh pada ketersediaan
hijauan sumber pakan ternak ruminansia dan bahan konsentrat.
Tingginya
konsumsi ternak terhadap pakan membuat para peternak sapi,ayam,kambing maupun
hewan ternak lainnya mencari alternative pakan selain hijauan dan dedak padi
pada umumnya. Para peternak pada saat ini telah menambahkan protein, sumber
energi, mineral dan lain sebagainya. Tentu dengan berbagai jenis pakan
yang ada disekitar kita baik dalam bentuk bungkil maupun limbah dari pertanian
dan limbah dari pengolahan tempe dan tahu. Kebutuhan protein hewani yang kian
meningkat, harus diikuti dengan peningkatan produksi ternak ruminansia sebagai
salah satu sumber protein hewani, sebagai upaya untuk mencapai swasembada daging
sapi 2014.
Upaya
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi ternak ruminansia diantaranya
dengan perbaikan kualitas bibit ternak (secara genetik), peningkatan mutu pakan
ternak, dan peningkatan kualitas kesehatan ternak.
B. Tinjauan Khusus
Hijauan
makanan ternak bahan makanan yang berupa daun-daunan, kadang-kadang masih
bercampur dengan batang, ranting, serta bunganya yang umumnya masih berasal
dari tanaman sebangsa rumput/ Graminea,
Cyperaceae atau daun kacang-kacangan/ Leguminosae
atau jenis lainnya.
Bentuk
fisik bahan makanan dapat dibagi dalam 3 kelompok yaitu bahan makan butiran
(jagung, kacang-kacangan, sorgum), bahan makan berbentuk tepung (dedak halus,
tepung ikan, tepung tulang) dan bahan makan berbentuk cairan (minyak ikan,
minyak kelapa, molasses). Dan pengelompokan iti dikelompokkan lagi kedalam
bahan pakan sumber energi, protein, lemak dan vitamin. Semua jenis bahan pakan
untuk ternak tentulah sangat bermamfaat untuk ternak.
1.
Bahan Pakan Hijauan
Hijauan umumnya terdiri
dari dari berbagai jenis rumput liar, limbah dan hasil ikutan pertanian, rumput
jenis unggul yang dibudidayakan dan berbagai jenis Leguminosa. Hijauan tersebut merupakan bahan pakan yang kandungan
serat kasarnya relatif tinggi. Pakan hijauan yang sudah tua mengandung serat
kasar yang tinggi. Hal ini menunjukkan hijauan yang tua tersebut kurang
bermutu. Hijauan yang bermutu baik adalah yang tidak terlalu muda dan tidak
terlalu tua. Kandungan protein Leguminosa
lebih dari 20%, sedangkan rumput kurang dari 10%. Oleh karena itu, kombinasi
keduanya merupakan bahan pakan yang bermutu.
Hijauan segar ialah makanan
yang berasal dari hijauan yang diberikan dalam bentuk segar. Termasuk hijauan
segar ialah rumput segar, Leguminosa segar
dan Silase. Hijauan kering ialah
makanan yang berasal dari hijauan yang sengaja dikeringkan/ Hay ataupun jerami kering.
Makanan kasar ialah bahan
makanan yang mempunyai kadar serat kasar yang tinggi. Bahan ini umumnya terdiri
dari makanan hijauan yang berupa rumput atau Leguminosa dalam bentuk yang masih segar ataupun yang telah
diawetkan seperti Silase atau Hay.
Potensi fisik jerami yang
sangat besar belum sepenuhnya dimanfaatkan. Pemanfaatan jerami sebagian besar
dibakar (37%) untuk pupuk, dijadikan alas kandang (36%) yang kemudian dijadikan
kompos dan hanya sekitar 15% sampai 22% yang digunakan sebagai pakan ternak.
Kendala utama penggunaan jerami sebagai bahan pakan ternak adalah kecernaan
(45-50%) dan protein (3-5%) yang rendah. Jerami sebagai limbah tanaman tua,
jaringannnya telah mengalami Lignifikasi
tingkat lanjut dan tingginya kandungan Silikat.
Hijauan segar adalah semua
bahan pakan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk segar, baik yang dipotong
terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung oleh
ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari
rumput-rumputan, tanaman biji-bijian / jenis kacang-kacangan.
2.
Bahan Pakan Sumber Energi
Karbohidrat dan lemak
merupakan sumber energi utama. Zat karbohidrat ini bias berupa gula, pati atau
serat kasar. Makanan berbutir dan ubi-ubian banyak mengandung gula dan pati. Hijauan
merupakan sumber karbohidrat, apalagi makanan penguat seperti jagung dan
sorghum.
Umbi-umbian tumbuh banyak
di daerah tropis yang basah dan bermusim. Umbi-umbian yang paling banyak di
daerah tropis adalah ketela pohon, ubi, ketela rambat, talas dan garut,
mempunyai nilai kandungan tenaga dalam bahan kering yang tinggi.
Bekatul biasanya bercampur
pecahan-pecahan halus dari menir dan lebih sedikit mengandung kulit dan selaput
putih serta berwarna agak kecoklatan. Bekatul mendekati analisa dedak lunteh,
tetapi sedikit mengandung selaput putih dan bahan kulit. Susunan zat makanannya
sebagai berikut : 15 % air; 14,5 % protein; 48,7 % BETN; 7,4 % serat kasar; 7,4
% lemak dan 7% abu, kadar protein dapat dicerna 10,8 %dan MP 70 %.
Bahan pakan sumber energi
mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi dibandingkan zat – zat makanan
lainnya. Kandungan protein sekitar 10%. Bahan pakan sumber energi bukan
merupakan sumber zat makanan tetapi energi yang dihasilkan dari proses
metabolis zat makanan organik yang terdiri karbohidrat, lemak dan protein.
Pakan sumber energi
memiliki kandungan protein kasar < 20%, serat kasar < 18%. Dalam
karbohidrat dan protein menghasilkan nilai energi yang relatif sama yaitu
kurang lebih dari 4 kkal/gram, sedangkan lemak menghasilkan 2,25 kali lebih
besar yaitu kurang lebih 9 kkal/gram. Sumber bahan energi yaitu jagung kuning,
sorghum, tapioka, beras, bekatul, dan lainnya.
3.
Bahan Pakan Sumber Protein
Tepung bulu adalah tepung
bulu ayam yang telah mengalami proses hidrolisis dengan jalan pengukusan pada
suhu dan tekanan yang tinggi. Tepung bulu mengandung protein yang cukup tinggi
yaitu sebasar 75-80% dengan nilai kecernaan protein di atas 75% bila proses
pembuatannya baik.
Bungkil kedelai merupakan
bahan makanan yanbg dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan ternak, meskipun
bungkil kedelai tersebut sudah diambil minyaknya tetapi masih menyimpan protein
nabati sebesar kurang lebih 40%.
Bungkil kelapa merupakan
sumber lemak yang baik untuk unggas serta mengandung protein. Bungkil kelapa
selain mudah didapat harganya juga murah. Pemberian bungkil kelapa untuk
komposisi ransum maksimal sebesar 10 – 15%. Bungkil kelapa selain sebagai
sumber asam lemak juga sebagai sumber Ca dan P meskipun kandungannya sedikit. Dan
dalam penggunaan bungkil kelapa seharusnya tidak lebih dari 20 % karena
penggunaan yang berlebihan harus diimbangi dengan penambahan Metionin dan Lisin (tepung ikan) serta lemak dalam ransum. Kandungan protein
dalam bungkil kelapa cukup tinggi yaitu 18 % , sedangkan nilai gizinya dibatasi
oleh tidak tersedianya dan ketidakseimbangan asam amino.
Menurut
yang menyatakan bahwa golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan
ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari
hewan/tanaman). Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:
a.
Kelompok hijauan sebagai
sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan sebagai hasil
sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat, ganggang dan
bungkil)
b.
Kelompok hijauan yang
sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi, kaliandra, gamal dan sentero.
c.
Kelompok bahan yang
dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang dan sebagainya).
Bungkil kedelai merupakan
sumber protein yang cukup tinggi terutama untuk protein kasarnya, sehingga
kurang baik jika diberikan terlalu banyak. Adapun kedelai mentah mengandung
beberapa penghambat Tripsin.
Penghambat Tripsin ini (anti Tripsin) tidak tahan panas, sehingga
bungkil kedelai yang mengalami proses pemanasan
terlebih dahulu tidak menjadi masalah dalam penyusunan ransum
untuk unggas. Kualitas bungkil kedelai ditentukan oleh cara pengolahan.
Pemanasan yang terlalu lama dapat merusak kadar Lisin.
4.
Bahan Pakan Sumber Mineral
Bahan pakan sumber mineral
umumnya terdapat pada pakan berbutir dan hasil ikutannya serta hijauan. Pakan
berbutir kaya akan unsur P, sedangkan hijauan kaya Ca, tetapi unsure P- nya
kurang, kecuali hijauan jenis Leguminosa.
Tepung tulang kaya akan Ca dan P, sedangkan kapur (giling) merupakan sumber Ca
yang paling bagus dan harganya pun murah.
Feed supplement mineral lainnya adalah bahan
makanan yang memiliki zat mineral seperti bahan makanan yang terdapat dalam
jenis makanan yang menyimpan unsur zat Mg (Magnesium)
yaitu: jenis kacang- kacangan.
Salah satu jenis batu kapur
yang disebut batu bintang/ watu lintang adalah salah satu sumber mineral Ca
yang baik yang sering digunakan di dalam ransum ternak. Batu kapur yang baik
hampir murni tersusun dari kalsium karbonat (CaLO3) yang mengandung 36 sampai
38% Ca.
5.
Bahan Pakan Sumber Vitamin
Vitamin A dibentuk dari pro
vitamin A/ Karoten. Warna kuning pada
umbi-umbian dan butir-butiran hijau sebagai provitamin A, oleh dinding usus
halus diubah menjadi vitamin A. Apabila sebagian besar daun pada hiajauan masih
berwarna hijau, berarti provitamin-A nya masih tetap bertahan. Hijauan yang
dipanen pada saat masih muda, provitamin A-nya lebih tinggi dibandingkan dengan
hijauan yang tua.
Vitamin B12 dibutuhkan
untuk merangsang proses pertumbuhan, meningkatkan daya tetas, meningkatkan
resistan embrio dan membantu pembentukan sel darah merah. Sumber vitamin B12
terdapat pada tepung ikan.
Vitamin K banyak terdapat
pada berbagai bagian tanaman hijau. Sejumlah senyawa mempunyai aktivitas
seperti vitamin K, dan yang digunakan sebagai standar normal adalah yang
disebut Menadion. Ada tersedia
beberapa Derivat larut air yang
berbeda yang diperdagangkan sebagai sumber vitamin K. Dua di antaranya yang
umum digunakan adalah Meradion sodium
bisulfite dan Menadion dimethilpyrimedinol
bisulfate.
Vitamin D berguna untuk
metabolisme dan mengatur keseimbangan unsur Ca dan P dalam tubuh, lebih- lebih
untuk pembentukan tulang. Vitamin D di dalam tubuh dibentuk dengan bantuan
sinar matahari. Di mana di bawah kulit terdapat provitamin D yang apabila kena
sinar pagi akan terbentuk vitamin D.
6.
Feed Additif
Penggunaan antibiotika
dalam usaha peternakan ayam dewasa ini semakin populer. Penggunaan antibiotika
dirasakan mempunyai peranan penting dalam merangsang pertunbuhan ayam dan
sekaligus memperbaiki efisiensi dalam penggunaan makanan. Penggunaan Euramian, telah terbukti sanggup
memperbaiki pertumbuhan ayam rata-rata sebesar enam persen, efisiensi makanan
sebesar tiga persen dan kasus penyakit berak darah berkurang tiga persen sampai
enam persen.
Hormon Oestrogen sintesis
seperti Stiboestrol memiliki peranan
perangsang pertumbuhan, sedangkan Thyroxine
dapat merangsang pertumbuhan dan produksi susu dan wol. Hormon dapat dimasukkan
kepada ternak baik melalui mulut atau implantasi di bawah kulit. Dengan
implantasi, pelet ditempatkan pada pangkal telinga ternak ruminansia, dan di
leher pada komponisasi kimia ayam jantan muda.
Masih ada sejumlah bahan
makanan tambahan seperti Nitrovin yaitu
suatu Devirat guanidin dan senyawa Quinoxaline,
yang nampaknya meningkkan laju pertumbuhan beberapa klas ternak. Koksidiostat yang digunakan pada makanan
unggas dan obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan Histomoniasis pada kalkun juga bekerja sebagai perangsang
pertumbuhan.
Ternak sering terserang
oleh berbagai macam penyakit, baik yang berupa parasit luar/ Ecto-parasite maupun parasit dalam/ Endo-parasit. Untuk mencegah timbulnya
penyakit akibat teraserang koksida/ Koksidosis
dapat digunakan berbagai macam koksidiostat.
Salah satu Koksidiostat yang sangat
efektif adalah Sulfaquinoxalin. Di
sampinng diberikan sebagai aditif
pakan juga dapat diberikan bersama air minum.
Dedak halus merupakan salah
satu bahan pakan yang diberikan kepada ternak karena mengandung nutrisi yang
dibutuhkan oleh ternak yang memiliki bau yang harum, tekstur yang kasar, rasa
yang asin yang berasal dari nabati. MBM merupakan bahan pakan untuk ternak yang
memiliki tekstur yang kasar, bau yang harum, warna coklat tua, rasa hambar.
Bahan pakan pollard dengan tekstur halus, bau yang harum, rasa yang hambar,
warna coklat muda.
SBM halus dengan tekstur
yang halus, berwarna coklat tua, dengan bau yang busuk dan rasa yang sedikit
manis. SBM kasar dengan tekstur yang kasar, berwarna coklat tua, berbau busuk
dengan rasa hambar. Tepung jagung merupakan bahan pakan bagi ternak yang
memiliki tekstur yang kasar, warna kuning, berbau harum dan memiliki rasa
manis. Tepung bulu memiliki tekstur yang kasar, berwarna coklat, berbau
menyegat dan memiliki rasa yang pahit.
Tepung batu memiliki
tekstur yang kasar, dengan warna yang putih, memiliki bau yang harum dengan
rasa yang hambar. Tepung tulang memiliki tekstur yang halus, degan warna putih,
memiliki bau yang harum dan rasa yang manis. Kopra memiliki warna yang coklat
tua, tekstur agak kasar, berbau harum dan memiliki rasa yang manis.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Jenis
dan Lokasi Praktikum
Adapun jenis praktikum ini
yaitu kuantitatif karena menjelaskan bagaimana cara membedakan jenis bahan
pakan. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 17 Juni 2014, Pukul 13.00-14.30 WITA, di Laboratorium ilmu
peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri (UIN)
Alauddin Makassar.
B. Populasi
Praktikum
Adapun alat yag digumakan pada praktikum
ini yaitu cawan petri, kertas label dan alat tulis.
Adapun bahan yang digunakan pada
praktikum ini yaitu pollard, MBM, dedak halus, kopra, tepung tulang, tepung
batu, SBM halus, SBM kasar, tepung bulu dan tepung jagung.
C. Instrument
Praktikum
Adapun instrument pada praktikum ini yaitu sebagai
berikut:
1.
Menuangkan setiap bahan pakan
pada masing masing cawan petri yang telah diberi label.
2.
Merabah setiap bahan pkan untuk
mengetahui teksturnya.
3.
Mengamati setiap warna bahan
pakan.
4.
Mencium setiap bahan pakan untuk
mengetahui baunya.
5.
Mencoba mencicipi bahan pakan
untuk mengetahui rasa dari masing-masing bahan pakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini yaitu
sebagai berikut:
No
|
Bahan Pakan
|
Tekstur
|
Warna
|
Bau
|
Rasa
|
Asal
|
Sumber/ kelompok
|
1
|
Pollard
|
Halus
|
Coklat muda
|
Harum
|
Hambar
|
Hasil sampingan biji-bijian
|
Protein nabati
|
2
|
MBM
|
Kasar
|
Coklat tua
|
Harum
|
Hambar
|
Hasil sampingan biji-bijian
|
Protein hewani
|
3
|
Dedak halus
|
Halus
|
Coklat muda
|
Harum
|
Asin
|
Hasil sampingan biji-bijian
|
Protein nabati
|
4
|
Kopra
|
Agak kasar
|
Coklat tua
|
Harum
|
Manis
|
Biji-bijan sumber minyak
|
Protein nabati
|
5
|
T. Batu
|
Kasar
|
Putih
|
Harum
|
Hambar
|
Hasil sampingan biji-bijian
|
Protein nabati
|
6
|
T. Tulang
|
Halus
|
Putih
|
Harum
|
Manis
|
Hasil hewan
|
Protein hewani
|
7
|
SBM halus
|
Kasar
|
Coklat
|
Harum
|
Hambar
|
Biji-bijian
|
Protein nabati
|
8
|
T. Bulu
|
Kasar
|
Coklat
|
Menyengat
|
Pahit
|
Hasil hewan
|
Protein hewani
|
9
|
T. Jagung
|
Kasar
|
Kuning
|
Harum
|
Manis
|
Biji-bijian
|
Protein nabati
|
10
|
SBM kasar
|
Kasar
|
Coklat
|
Harum
|
Hambar
|
Biji-bijian
|
Protein nabati
|
Sumber:
Hasil Praktikum Bahan Pakan Dan Formulasi Ransum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. 2014.
B. Pembahasan
Pada praktikum ini didapatkan
hasil yaitu pollard dengan tekstur kasar, berwarna coklat muda, berbau harum
dan memilki rasa yang hambar. MBM dengan tekstur kasar, berwarna coklat tua,
berbau harum dan memiliki rasa hambar. Dedak halus yang memiliki tekstur halus,
berwarna coklat muda, berbau harum dan memiliki rasa asin.
Hal ini sesuai dengan penyataan
yang menyatakan bahwa Dedak halus merupakan salah
satu bahan pakan yang diberikan kepada ternak karena mengandung nutrisi yang
dibutuhkan oleh ternak yang memiliki bau yang harum, tekstur yang kasar, rasa
yang asin yang berasal dari nabati. MBM merupakan bahan pakan untuk ternak yang
memiliki tekstur yang kasar, bau yang harum, warna coklat tua, rasa hambar.
Bahan pakan pollard dengan tekstur halus, bau yang harum, rasa yang hambar,
warna coklat muda.
Kopra memiliki tekstur yang
agak kasar dengan warna coklat tua, memiliki bau harum dan memiliki rasa yang
manis. Tepung batu memiliki tekstur kasar, berwarna putih, berbau harum dan
memiliki rasa hambar. Tepung tulang memiliki tekstur halus, berwarna putih,
berbau harum dan memiliki rasa yang manis.
Hal ini sesuai dengan
pernyataan
yang menyatakan bahwa Tepung batu memiliki tekstur yang kasar, dengan warna
yang putih, memiliki bau yang harum dengan rasa yang hambar. Tepung tulang
memiliki tekstur yang halus, degan warna putih, memiliki bau yang harum dan
rasa yang manis. Kopra memiliki warna yang coklat tua, tekstur agak kasar,
berbau harum dan memiliki rasa yang manis.
Selanjutnya SBM halus yang
memiliki tekstur yang kasar, berwarna coklat, berbau harum dan meiliki rasa
yang hambar. Tepung bulu memiliki tekstur yang kasar, berwarna coklat, berbau
harum dan memiliki rasa pahit. Tepug jagung memiliki tekstur yang kasar,
berwarna kuning, berbau harum dan memiliki rasa yang manis. SBM kasar memiliki
tekstur yang kasar, berwarna coklat, berbau harum dan memiliki rasa yang
hambar.
Hal ini tidak sesuai dengan
pernyataan
yang menyatakan bahwa SBM halus dengan tekstur yang halus, berwarna coklat tua,
dengan bau yang busuk dan rasa yang sedikit manis. SBM kasar dengan tekstur
yang kasar, berwarna coklat tua, berbau busuk dengan rasa hambar. Tepung jagung
merupakan bahan pakan bagi ternak yang memiliki tekstur yang kasar, warna
kuning, berbau harum dan memiliki rasa manis. Tepung bulu memiliki tekstur yang
kasar, berwarna coklat, berbau menyegat dan memiliki rasa yang pahit.
Hal ini dapat terjadi
karena adanya perbedaan kualitas, penyimpanan yang tidak tepat sehingga merubah
sifat fisik dan kimia dari pakan dan juga bias disebabkan oleh pengolahan yang
kurang benar/ tepat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada
praktuikum ini yaitu untuk bisa mengenal beberapa macam bahan pakan maka dapat
dilakukan dengan melakukan pengmatan secara makroskopis yaitu dengan
memperhatikan teksturnya, warnanya, rasanya, baunya, asalnya dan
sumber/kelompoknya.
B. Implikasi
Praktikum
Adapun saran yang ingin saya
sampaikan yaitu sebaiknya dalam melakukan praktikum ini praktikan bear benar
teliti dalam pengambilan data agar didapatkan hasil yang jauh lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1983. Hijauan
Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Yogyakarta, Kanisius.
Anggoradi, H.R. 1995. Nutrisi
Aneka Ternak Unggas. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
.
Anonim1.
2009. Ampas Tahu Tingkatkan Produksi Ayam Broiler. www.Poultry
Indonesia.com. Diakses tanggal 16 Juni 2014.
Anonim3. 2009. Mendongkrak
Pendapatan Petani Dengan Sentuhan Teknologi Maju.www.pustakadeptan.co.id. Diakses tanggal 16 Juni 2014.
Harsono, H. S. 1995. Beternak
Ayam Negeri Petelur Super yang Berhasil. Pekalongan,
Gunung Mas.
Hasbullah. 2001. Teknologi
Tepat Guna Industri Kecil. Sumatra Barat, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri.
Kamal, M.1998. Bahan
Pakan dan Penyusun Ransum. Yogyakarta, Fakultas Peternakan Universitas Gajahmada.
Murtidya, A. B. 1992. Pengendalian
Hama dan Penyakit Ayam. Yogyakarta, Kanisius.
Parakasi, Amirudin.
1993. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Bandung, Angkasa.
Rasyaf, M. 2001. Beternaka
Ayam Petelur. Depok, Penebar Swadaya.
Sugeng dan Sudarmono.
2008. Beternak Domba Edisi Revisi. Depok, Penebar Swadaya.
Suprayetno. 1981. Lamtoro
gung dan Manfaatnya. Jakarta, Bhratara Karya Aksana.
Wahyu, Jojo. 1988. Ilmu
Nutrisi Unggas. Yogyakarta, UGM Pers.
H.R. Anggoradi, Nutrisi
Aneka Ternak Unggas. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1995), h 46.
Anonim1. 2009. Ampas Tahu Tingkatkan Produksi Ayam Broiler. (www.PoultryIndonesia.
com. 2009). Diakses
tanggal 16 Juni 2014.
Anonim3. Mendongkrak Pendapatan Petani Dengan Sentuhan Teknologi
Maju. (www.pustakadeptan.co.id.
2009). Diakses tanggal 16 Juni 2014.
Anonim3. Mendongkrak Pendapatan Petani Dengan Sentuhan Teknologi
Maju. (www.pustakadeptan.co.id. 2009). Diakses
tanggal 16 Juni 2014.
Anonim3. Mendongkrak Pendapatan Petani Dengan Sentuhan Teknologi
Maju. (www.pustakadeptan.co.id.
2009). Diakses tanggal 16 Juni 2014.
H. S. Harsono, Beternak
Ayam Negeri Petelur Super yang Berhasil, (Pekalongan: Gunung Mas,1995), h 50.
Hasbullah. Teknologi
Tepat Guna Industri Kecil, (Sumatra Barat: Dewan Ilmu Pengetahuan
Teknologi dan Industri, 2001), h 67.
Kamal,
M. Bahan Pakan dan Penyusun Ransum, (Yogyakarta: Fakultas Peternakan Universitas Gajahmada,1998), h
78.
Jojo, Wahyu,
Ilmu Nutrisi Unggas, (Yogyakarta:
UGM Pers1988), h 45.
Suprayetno, Lamtoro
gung dan Manfaatnya, (Jakarta:
Bhratara Karya Aksana1981), h 89.
Rasyaf,
M. 2001. Beternaka Ayam Petelur, (Depok, Penebar Swadaya, 2001), h 56.
Amirudin,
Parakasi, Gizi dan Makanan Terna, (Bandung: Angkasa1993), h 67.
A. B, Murtidya,
Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam,
(Yogyakarta : Kanisius, 1992), h 54.
Suprayetno, Lamtoro
gung dan Manfaatnya, (Jakarta:
Bhratara Karya Aksana1981), h 100.
A. B,
Murtidya, Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam, (Yogyakarta: Kanisius,
1992), h 54.
A. B,
Murtidya, Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam, h 54.