Jumat, 12 September 2014

Laporan Pengenalan Bahan Pakan



LAPORAN PRAKTIKUM
BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM
(PENGENALAN BAHAN PAKAN)
(PET-2324)






Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Melulusi Mata Kuliah
Bahan Pakan Dan Formulasi Ransum (PET-2324) Pada Jurusan
Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar


Oleh :

ARDIANSYAH
NIM . 60700112049


LABORATORIUM ILMU PETERNAKAN
JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak dan tidak beracun terhadap ternak tersebut. Mengenali bahan pakan adalah sebagai kewajiban bagi setiap mahasiswa yang berada di fakultas peternakan. Bahan pakan merupakan suatu bahan yang dapat dimakan, disukai, dan dapat dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorbsi, bermanfaat bagi ternak dan tidak menganggu kesehatan ternak tersebut. Secara umum bahan pakan terbagi dalam delapan klas yaitu: hijuaan kering atau jerami padi, hijauan segar, Silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin, dan Aditif pakan[1]
Bahan Pakan dan Formulasi Ransum merupakan materi kuliah yang mempelajari jenis-jenis bahan pakan yang dapat di makan oleh ternak dan bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan ternak itu sendiri. Pada praktikum kali ini, materi yang dibahas adalah pengenalan alat-alat laboratorium serta pengenalan jenis-jenis rumput dan jenis-jenis pakan lainnya yang dapat di manfaatkan oleh ternak[2].

Pentingnya bahan pakan khususnya untuk ternak merupakan hal yang tidak bisa kita pungkiri untuk kita tidak mempelajarinya. Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, menjadikan kebutuhan protein hewani juga meningkat. Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan lahan untuk perumahan. Hal ini menyebabkan luas lahan pertanian mengalami penurunan, yang berpengaruh pada ketersediaan hijauan sumber pakan ternak ruminansia dan bahan konsentrat[3].
Tingginya konsumsi ternak terhadap pakan membuat para peternak sapi,ayam,kambing maupun hewan ternak lainnya mencari alternative pakan selain hijauan dan dedak padi pada umumnya. Para peternak pada saat ini telah menambahkan protein, sumber energi, mineral dan lain sebagainya. Tentu dengan berbagai jenis pakan yang ada disekitar kita baik dalam bentuk bungkil maupun limbah dari pertanian dan limbah dari pengolahan tempe dan tahu. Kebutuhan protein hewani yang kian meningkat, harus diikuti dengan peningkatan produksi ternak ruminansia sebagai salah satu sumber protein hewani, sebagai upaya untuk mencapai swasembada daging sapi 2014. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi ternak ruminansia diantaranya dengan perbaikan kualitas bibit ternak (secara genetik), peningkatan mutu pakan ternak, dan peningkatan kualitas kesehatan ternak[4].
Hal inilah yang melatar belakangi dilakukannya praktikum ini agar mahasiswa dapat mengenal bahan pakan dari tekstur, rasa, warna, bau, asal, dan sumber/kelompok.
B.       Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada praktikum ini yaitu bagaimana cara mengenal bahan pakan dengan memperhatikan tekstur, rasa, warna, bau, asal dan kelompok?
C.      Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat mengenal jenis bahan pakan dengan memperhatikan tekstur, rasa, warna, bau, asal dan kelompok.
Adapun kegunaan dari praktikum ini yaitu mahasiswa dapat mengenal jenis bahan pakan dengan memperhatikan tekstur, rasa, warna, bau, asal dan kelompok.

BAB II
TINJUAN TEORITIS

A.      Tinjauan Umum
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak dan tidak beracun terhadap ternak tersebut. Mengenali bahan pakan adalah sebagai kewajiban bagi setiap mahasiswa yang berada di fakultas peternakan. Bahan pakan merupakan suatu bahan yang dapat dimakan, disukai, dan dapat dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorbsi, bermanfaat bagi ternak dan tidak menganggu kesehatan ternak tersebut. Secara umum bahan pakan terbagi dalam delapan klas yaitu: hijuaan kering atau jerami padi, hijauan segar, Silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin, dan Aditif pakan[5]
Bahan Pakan dan Formulasi Ransum merupakan materi kuliah yang mempelajari jenis-jenis bahan pakan yang dapat di makan oleh ternak dan bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan ternak itu sendiri. Pada praktikum kali ini, materi yang dibahas adalah pengenalan alat-alat laboratorium serta pengenalan jenis-jenis rumput dan jenis-jenis pakan lainnya yang dapat di manfaatkan oleh ternak[6].

Pentingnya bahan pakan khususnya untuk ternak merupakan hal yang tidak bisa kita pungkiri untuk kita tidak mempelajarinya. Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, menjadikan kebutuhan protein hewani juga meningkat. Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan lahan untuk perumahan. Hal ini menyebabkan luas lahan pertanian mengalami penurunan, yang berpengaruh pada ketersediaan hijauan sumber pakan ternak ruminansia dan bahan konsentrat[7].
Tingginya konsumsi ternak terhadap pakan membuat para peternak sapi,ayam,kambing maupun hewan ternak lainnya mencari alternative pakan selain hijauan dan dedak padi pada umumnya. Para peternak pada saat ini telah menambahkan protein, sumber energi, mineral dan lain sebagainya. Tentu dengan berbagai jenis pakan yang ada disekitar kita baik dalam bentuk bungkil maupun limbah dari pertanian dan limbah dari pengolahan tempe dan tahu. Kebutuhan protein hewani yang kian meningkat, harus diikuti dengan peningkatan produksi ternak ruminansia sebagai salah satu sumber protein hewani, sebagai upaya untuk mencapai swasembada daging sapi 2014[8].

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi ternak ruminansia diantaranya dengan perbaikan kualitas bibit ternak (secara genetik), peningkatan mutu pakan ternak, dan peningkatan kualitas kesehatan ternak[9].
B.       Tinjauan Khusus
Hijauan makanan ternak bahan makanan yang berupa daun-daunan, kadang-kadang masih bercampur dengan batang, ranting, serta bunganya yang umumnya masih berasal dari tanaman sebangsa rumput/ Graminea, Cyperaceae atau daun kacang-kacangan/ Leguminosae atau jenis lainnya[10].
Bentuk fisik bahan makanan dapat dibagi dalam 3 kelompok yaitu bahan makan butiran (jagung, kacang-kacangan, sorgum), bahan makan berbentuk tepung (dedak halus, tepung ikan, tepung tulang) dan bahan makan berbentuk cairan (minyak ikan, minyak kelapa, molasses). Dan pengelompokan iti dikelompokkan lagi kedalam bahan pakan sumber energi, protein, lemak dan vitamin. Semua jenis bahan pakan untuk ternak tentulah sangat bermamfaat untuk ternak[11].
1.         Bahan Pakan Hijauan
Hijauan umumnya terdiri dari dari berbagai jenis rumput liar, limbah dan hasil ikutan pertanian, rumput jenis unggul yang dibudidayakan dan berbagai jenis Leguminosa. Hijauan tersebut merupakan bahan pakan yang kandungan serat kasarnya relatif tinggi. Pakan hijauan yang sudah tua mengandung serat kasar yang tinggi. Hal ini menunjukkan hijauan yang tua tersebut kurang bermutu. Hijauan yang bermutu baik adalah yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Kandungan protein Leguminosa lebih dari 20%, sedangkan rumput kurang dari 10%. Oleh karena itu, kombinasi keduanya merupakan bahan pakan yang bermutu[12].
Hijauan segar ialah makanan yang berasal dari hijauan yang diberikan dalam bentuk segar. Termasuk hijauan segar ialah rumput segar, Leguminosa segar dan Silase. Hijauan kering ialah makanan yang berasal dari hijauan yang sengaja dikeringkan/ Hay ataupun jerami kering[13].
Makanan kasar ialah bahan makanan yang mempunyai kadar serat kasar yang tinggi. Bahan ini umumnya terdiri dari makanan hijauan yang berupa rumput atau Leguminosa dalam bentuk yang masih segar ataupun yang telah diawetkan seperti Silase atau Hay[14].
Potensi fisik jerami yang sangat besar belum sepenuhnya dimanfaatkan. Pemanfaatan jerami sebagian besar dibakar (37%) untuk pupuk, dijadikan alas kandang (36%) yang kemudian dijadikan kompos dan hanya sekitar 15% sampai 22% yang digunakan sebagai pakan ternak. Kendala utama penggunaan jerami sebagai bahan pakan ternak adalah kecernaan (45-50%) dan protein (3-5%) yang rendah. Jerami sebagai limbah tanaman tua, jaringannnya telah mengalami Lignifikasi tingkat lanjut dan tingginya kandungan Silikat[15].
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman biji-bijian / jenis kacang-kacangan[16].
2.         Bahan Pakan Sumber Energi
Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama. Zat karbohidrat ini bias berupa gula, pati atau serat kasar. Makanan berbutir dan ubi-ubian banyak mengandung gula dan pati. Hijauan merupakan sumber karbohidrat, apalagi makanan penguat seperti jagung dan sorghum[17].
Umbi-umbian tumbuh banyak di daerah tropis yang basah dan bermusim. Umbi-umbian yang paling banyak di daerah tropis adalah ketela pohon, ubi, ketela rambat, talas dan garut, mempunyai nilai kandungan tenaga dalam bahan kering yang tinggi[18].
Bekatul biasanya bercampur pecahan-pecahan halus dari menir dan lebih sedikit mengandung kulit dan selaput putih serta berwarna agak kecoklatan. Bekatul mendekati analisa dedak lunteh, tetapi sedikit mengandung selaput putih dan bahan kulit. Susunan zat makanannya sebagai berikut : 15 % air; 14,5 % protein; 48,7 % BETN; 7,4 % serat kasar; 7,4 % lemak dan 7% abu, kadar protein dapat dicerna 10,8 %dan MP 70 %[19].
Bahan pakan sumber energi mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi dibandingkan zat – zat makanan lainnya. Kandungan protein sekitar 10%. Bahan pakan sumber energi bukan merupakan sumber zat makanan tetapi energi yang dihasilkan dari proses metabolis zat makanan organik yang terdiri karbohidrat, lemak dan protein[20].
Pakan sumber energi memiliki kandungan protein kasar < 20%, serat kasar < 18%. Dalam karbohidrat dan protein menghasilkan nilai energi yang relatif sama yaitu kurang lebih dari 4 kkal/gram, sedangkan lemak menghasilkan 2,25 kali lebih besar yaitu kurang lebih 9 kkal/gram. Sumber bahan energi yaitu jagung kuning, sorghum, tapioka, beras, bekatul, dan lainnya[21].
3.         Bahan Pakan Sumber Protein
Tepung bulu adalah tepung bulu ayam yang telah mengalami proses hidrolisis dengan jalan pengukusan pada suhu dan tekanan yang tinggi. Tepung bulu mengandung protein yang cukup tinggi yaitu sebasar 75-80% dengan nilai kecernaan protein di atas 75% bila proses pembuatannya baik[22].
Bungkil kedelai merupakan bahan makanan yanbg dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan ternak, meskipun bungkil kedelai tersebut sudah diambil minyaknya tetapi masih menyimpan protein nabati sebesar kurang lebih 40%[23].
Bungkil kelapa merupakan sumber lemak yang baik untuk unggas serta mengandung protein. Bungkil kelapa selain mudah didapat harganya juga murah. Pemberian bungkil kelapa untuk komposisi ransum maksimal sebesar 10 – 15%. Bungkil kelapa selain sebagai sumber asam lemak juga sebagai sumber Ca dan P meskipun kandungannya sedikit. Dan dalam penggunaan bungkil kelapa seharusnya tidak lebih dari 20 % karena penggunaan yang berlebihan harus diimbangi dengan penambahan Metionin dan Lisin (tepung ikan) serta lemak dalam ransum. Kandungan protein dalam bungkil kelapa cukup tinggi yaitu 18 % , sedangkan nilai gizinya dibatasi oleh tidak tersedianya dan ketidakseimbangan asam amino[24].
Menurut[25] yang menyatakan bahwa golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman). Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok: 
a.         Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat, ganggang dan bungkil) 
b.         Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi, kaliandra, gamal dan sentero. 
c.         Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang dan sebagainya).
Bungkil kedelai merupakan sumber protein yang cukup tinggi terutama untuk protein kasarnya, sehingga kurang baik jika diberikan terlalu banyak. Adapun kedelai mentah mengandung beberapa penghambat Tripsin. Penghambat Tripsin ini (anti Tripsin) tidak tahan panas, sehingga bungkil kedelai  yang  mengalami  proses  pemanasan  terlebih  dahulu  tidak menjadi masalah dalam penyusunan ransum untuk unggas. Kualitas bungkil kedelai ditentukan oleh cara pengolahan. Pemanasan yang terlalu lama dapat merusak kadar Lisin[26].
4.         Bahan Pakan Sumber Mineral
Bahan pakan sumber mineral umumnya terdapat pada pakan berbutir dan hasil ikutannya serta hijauan. Pakan berbutir kaya akan unsur P, sedangkan hijauan kaya Ca, tetapi unsure P- nya kurang, kecuali hijauan jenis Leguminosa. Tepung tulang kaya akan Ca dan P, sedangkan kapur (giling) merupakan sumber Ca yang paling bagus dan harganya pun murah[27].
Feed supplement mineral lainnya adalah bahan makanan yang memiliki zat mineral seperti bahan makanan yang terdapat dalam jenis makanan yang menyimpan unsur zat Mg (Magnesium) yaitu: jenis kacang- kacangan[28].
Salah satu jenis batu kapur yang disebut batu bintang/ watu lintang adalah salah satu sumber mineral Ca yang baik yang sering digunakan di dalam ransum ternak. Batu kapur yang baik hampir murni tersusun dari kalsium karbonat (CaLO3) yang mengandung 36 sampai 38% Ca[29].
5.         Bahan Pakan Sumber Vitamin
Vitamin A dibentuk dari pro vitamin A/ Karoten. Warna kuning pada umbi-umbian dan butir-butiran hijau sebagai provitamin A, oleh dinding usus halus diubah menjadi vitamin A. Apabila sebagian besar daun pada hiajauan masih berwarna hijau, berarti provitamin-A nya masih tetap bertahan. Hijauan yang dipanen pada saat masih muda, provitamin A-nya lebih tinggi dibandingkan dengan hijauan yang tua[30].
Vitamin B12 dibutuhkan untuk merangsang proses pertumbuhan, meningkatkan daya tetas, meningkatkan resistan embrio dan membantu pembentukan sel darah merah. Sumber vitamin B12 terdapat pada tepung ikan[31].
Vitamin K banyak terdapat pada berbagai bagian tanaman hijau. Sejumlah senyawa mempunyai aktivitas seperti vitamin K, dan yang digunakan sebagai standar normal adalah yang disebut Menadion. Ada tersedia beberapa Derivat larut air yang berbeda yang diperdagangkan sebagai sumber vitamin K. Dua di antaranya yang umum digunakan adalah Meradion sodium bisulfite dan Menadion dimethilpyrimedinol bisulfate[32].
Vitamin D berguna untuk metabolisme dan mengatur keseimbangan unsur Ca dan P dalam tubuh, lebih- lebih untuk pembentukan tulang. Vitamin D di dalam tubuh dibentuk dengan bantuan sinar matahari. Di mana di bawah kulit terdapat provitamin D yang apabila kena sinar pagi akan terbentuk vitamin D[33].


6.         Feed Additif
Penggunaan antibiotika dalam usaha peternakan ayam dewasa ini semakin populer. Penggunaan antibiotika dirasakan mempunyai peranan penting dalam merangsang pertunbuhan ayam dan sekaligus memperbaiki efisiensi dalam penggunaan makanan. Penggunaan Euramian, telah terbukti sanggup memperbaiki pertumbuhan ayam rata-rata sebesar enam persen, efisiensi makanan sebesar tiga persen dan kasus penyakit berak darah berkurang tiga persen sampai enam persen[34].
Hormon Oestrogen sintesis seperti Stiboestrol memiliki peranan perangsang pertumbuhan, sedangkan Thyroxine dapat merangsang pertumbuhan dan produksi susu dan wol. Hormon dapat dimasukkan kepada ternak baik melalui mulut atau implantasi di bawah kulit. Dengan implantasi, pelet ditempatkan pada pangkal telinga ternak ruminansia, dan di leher pada komponisasi kimia ayam jantan muda[35].
Masih ada sejumlah bahan makanan tambahan seperti Nitrovin yaitu suatu Devirat guanidin dan senyawa Quinoxaline, yang nampaknya meningkkan laju pertumbuhan beberapa klas ternak. Koksidiostat yang digunakan pada makanan unggas dan obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan Histomoniasis pada kalkun juga bekerja sebagai perangsang pertumbuhan[36].
Ternak sering terserang oleh berbagai macam penyakit, baik yang berupa parasit luar/ Ecto-parasite maupun parasit dalam/ Endo-parasit. Untuk mencegah timbulnya penyakit akibat teraserang koksida/ Koksidosis dapat digunakan berbagai macam koksidiostat. Salah satu Koksidiostat yang sangat efektif adalah Sulfaquinoxalin. Di sampinng diberikan sebagai aditif pakan juga dapat diberikan bersama air minum[37].
Dedak halus merupakan salah satu bahan pakan yang diberikan kepada ternak karena mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak yang memiliki bau yang harum, tekstur yang kasar, rasa yang asin yang berasal dari nabati. MBM merupakan bahan pakan untuk ternak yang memiliki tekstur yang kasar, bau yang harum, warna coklat tua, rasa hambar. Bahan pakan pollard dengan tekstur halus, bau yang harum, rasa yang hambar, warna coklat muda[38].
SBM halus dengan tekstur yang halus, berwarna coklat tua, dengan bau yang busuk dan rasa yang sedikit manis. SBM kasar dengan tekstur yang kasar, berwarna coklat tua, berbau busuk dengan rasa hambar. Tepung jagung merupakan bahan pakan bagi ternak yang memiliki tekstur yang kasar, warna kuning, berbau harum dan memiliki rasa manis. Tepung bulu memiliki tekstur yang kasar, berwarna coklat, berbau menyegat dan memiliki rasa yang pahit[39].
Tepung batu memiliki tekstur yang kasar, dengan warna yang putih, memiliki bau yang harum dengan rasa yang hambar. Tepung tulang memiliki tekstur yang halus, degan warna putih, memiliki bau yang harum dan rasa yang manis. Kopra memiliki warna yang coklat tua, tekstur agak kasar, berbau harum dan memiliki rasa yang manis[40].


BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.      Jenis dan Lokasi Praktikum
Adapun jenis praktikum ini yaitu kuantitatif karena menjelaskan bagaimana cara membedakan jenis bahan pakan. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 17 Juni 2014, Pukul 13.00-14.30 WITA, di Laboratorium ilmu peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
B.       Populasi Praktikum
Adapun alat yag digumakan pada praktikum ini yaitu cawan petri, kertas label dan alat tulis.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu pollard, MBM, dedak halus, kopra, tepung tulang, tepung batu, SBM halus, SBM kasar, tepung bulu dan tepung jagung.
C.      Instrument Praktikum
Adapun instrument pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1.         Menuangkan setiap bahan pakan pada masing masing cawan petri yang telah diberi label.
2.         Merabah setiap bahan pkan untuk mengetahui teksturnya.
3.         Mengamati setiap warna bahan pakan.
4.         Mencium setiap bahan pakan untuk mengetahui baunya.
5.         Mencoba mencicipi bahan pakan untuk mengetahui rasa dari masing-masing bahan pakan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:
No
Bahan Pakan
Tekstur
Warna
Bau
Rasa
Asal
Sumber/ kelompok
1
Pollard
Halus
Coklat muda
Harum
Hambar
Hasil sampingan biji-bijian
Protein nabati
2
MBM
Kasar
Coklat tua
Harum
Hambar
Hasil sampingan biji-bijian
Protein hewani
3
Dedak halus
Halus
Coklat muda
Harum
Asin
Hasil sampingan biji-bijian
Protein nabati
4
Kopra
Agak kasar
Coklat tua
Harum
Manis
Biji-bijan sumber minyak
Protein nabati
5
T. Batu
Kasar
Putih
Harum
Hambar
Hasil sampingan biji-bijian
Protein nabati
6
T. Tulang
Halus
Putih
Harum
Manis
Hasil hewan
Protein hewani
7
SBM halus
Kasar
Coklat
Harum
Hambar
Biji-bijian
Protein nabati
8
T. Bulu
Kasar
Coklat
Menyengat
Pahit
Hasil hewan
Protein hewani
9
T. Jagung
Kasar
Kuning
Harum
Manis
Biji-bijian
Protein nabati
10
SBM kasar
Kasar
Coklat
Harum
Hambar
Biji-bijian
Protein nabati
      Sumber: Hasil Praktikum Bahan Pakan Dan Formulasi Ransum Universitas Islam Negeri                                Alauddin Makassar. 2014.




B.       Pembahasan
Pada praktikum ini didapatkan hasil yaitu pollard dengan tekstur kasar, berwarna coklat muda, berbau harum dan memilki rasa yang hambar. MBM dengan tekstur kasar, berwarna coklat tua, berbau harum dan memiliki rasa hambar. Dedak halus yang memiliki tekstur halus, berwarna coklat muda, berbau harum dan memiliki rasa asin.
Hal ini sesuai dengan penyataan[41] yang menyatakan bahwa Dedak halus merupakan salah satu bahan pakan yang diberikan kepada ternak karena mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak yang memiliki bau yang harum, tekstur yang kasar, rasa yang asin yang berasal dari nabati. MBM merupakan bahan pakan untuk ternak yang memiliki tekstur yang kasar, bau yang harum, warna coklat tua, rasa hambar. Bahan pakan pollard dengan tekstur halus, bau yang harum, rasa yang hambar, warna coklat muda.
Kopra memiliki tekstur yang agak kasar dengan warna coklat tua, memiliki bau harum dan memiliki rasa yang manis. Tepung batu memiliki tekstur kasar, berwarna putih, berbau harum dan memiliki rasa hambar. Tepung tulang memiliki tekstur halus, berwarna putih, berbau harum dan memiliki rasa yang manis.
Hal ini sesuai dengan pernyataan[42] yang menyatakan bahwa Tepung batu memiliki tekstur yang kasar, dengan warna yang putih, memiliki bau yang harum dengan rasa yang hambar. Tepung tulang memiliki tekstur yang halus, degan warna putih, memiliki bau yang harum dan rasa yang manis. Kopra memiliki warna yang coklat tua, tekstur agak kasar, berbau harum dan memiliki rasa yang manis.
Selanjutnya SBM halus yang memiliki tekstur yang kasar, berwarna coklat, berbau harum dan meiliki rasa yang hambar. Tepung bulu memiliki tekstur yang kasar, berwarna coklat, berbau harum dan memiliki rasa pahit. Tepug jagung memiliki tekstur yang kasar, berwarna kuning, berbau harum dan memiliki rasa yang manis. SBM kasar memiliki tekstur yang kasar, berwarna coklat, berbau harum dan memiliki rasa yang hambar.
Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan[43] yang menyatakan bahwa SBM halus dengan tekstur yang halus, berwarna coklat tua, dengan bau yang busuk dan rasa yang sedikit manis. SBM kasar dengan tekstur yang kasar, berwarna coklat tua, berbau busuk dengan rasa hambar. Tepung jagung merupakan bahan pakan bagi ternak yang memiliki tekstur yang kasar, warna kuning, berbau harum dan memiliki rasa manis. Tepung bulu memiliki tekstur yang kasar, berwarna coklat, berbau menyegat dan memiliki rasa yang pahit.
Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan kualitas, penyimpanan yang tidak tepat sehingga merubah sifat fisik dan kimia dari pakan dan juga bias disebabkan oleh pengolahan yang kurang benar/ tepat.


BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktuikum ini yaitu untuk bisa mengenal beberapa macam bahan pakan maka dapat dilakukan dengan melakukan pengmatan secara makroskopis yaitu dengan memperhatikan teksturnya, warnanya, rasanya, baunya, asalnya dan sumber/kelompoknya.
B.       Implikasi Praktikum
Adapun saran yang ingin saya sampaikan yaitu sebaiknya dalam melakukan praktikum ini praktikan bear benar teliti dalam pengambilan data agar didapatkan hasil yang jauh lebih baik.




DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Yogyakarta,         Kanisius. 
  
Anggoradi, H.R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
            .
Anonim1. 2009. Ampas Tahu Tingkatkan Produksi Ayam Broiler.    www.Poultry Indonesia.com.  Diakses tanggal 16 Juni 2014.

Anonim2. 2009. Pati Arenwww.suaramerdeka.com.  Diakses tanggal 16 Juni 2014.

Anonim32009. Mendongkrak Pendapatan Petani Dengan Sentuhan Teknologi             Maju.www.pustakadeptan.co.id.   Diakses tanggal 16 Juni 2014.

Anonim4. 2009. Budidaya dan Pasca Panenwww.litbang_deptan.co.id.  Diakses             tanggal 16 Juni 2014.

Anonim5. 2009. Biji Kacang Arenwww.Indobiogen.or.id.  Diakses tanggal 16 Juni          2014.

Anonim6. 2009. Bunga dan Biji Turiwww.griyokulo.tv.id. Diakses tanggal 16 Juni           2014.

Anonim7. 2009. Struktur Komposisi da Nutrisi Jagung.  www. balitseeal. Litbang  deptan.go.id.  Diakses tanggal 16 Juni 2014.

Harsono, H. S. 1995. Beternak Ayam Negeri Petelur Super yang Berhasil.              Pekalongan, Gunung Mas.

Hasbullah. 2001. Teknologi Tepat Guna Industri Kecil. Sumatra Barat, Dewan Ilmu           Pengetahuan, Teknologi dan Industri.

Kamal, M.1998. Bahan Pakan dan Penyusun Ransum. Yogyakarta, Fakultas          Peternakan Universitas Gajahmada.
Murtidya, A. B. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Yogyakarta,         Kanisius.

Parakasi, Amirudin. 1993. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Bandung, Angkasa.

Rasyaf, M. 2001. Beternaka Ayam Petelur. Depok, Penebar Swadaya.

Sugeng dan Sudarmono. 2008. Beternak Domba Edisi Revisi. Depok, Penebar       Swadaya.

Suprayetno. 1981. Lamtoro gung dan Manfaatnya. Jakarta, Bhratara Karya Aksana.

Wahyu, Jojo. 1988. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta, UGM Pers.










[1] Aak, Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah, (Yogyakarta, Kanisius, 1983), h 46. 
[2] H.R. Anggoradi, Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1995), h 46.
[3] Anonim1. 2009. Ampas Tahu Tingkatkan Produksi Ayam Broiler.  (www.PoultryIndonesia. com. 2009).  Diakses tanggal 16 Juni 2014.
[4] Anonim3. Mendongkrak Pendapatan Petani Dengan Sentuhan Teknologi Maju. (www.pustakadeptan.co.id. 2009).   Diakses tanggal 16 Juni 2014.
[5] Aak, Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah, (Yogyakarta, Kanisius, 1983), h 46. 
[6] H.R. Anggoradi, Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), h 46.
[7] Anonim1Ampas Tahu Tingkatkan Produksi Ayam Broiler.  (www.PoultryIndonesia.com.  2009). Diakses tanggal 16 Juni 2014.
[8] Anonim3 Mendongkrak Pendapatan Petani Dengan Sentuhan Teknologi Maju. (www.pustakadeptan.co.id.  2009). Diakses tanggal 16 Juni 2014.
[9] Anonim3. Mendongkrak Pendapatan Petani Dengan Sentuhan Teknologi Maju. (www.pustakadeptan.co.id. 2009).   Diakses tanggal 16 Juni 2014.
[10] Anonim2. Pati Aren. (www.suaramerdeka.com. 2009).  Diakses tanggal 16 Juni 2014.
[11] Anonim5. Biji Kacang Aren. (www.Indobiogen.or.id. 2009).  Diakses tanggal 16 Juni 2014.
[12] Anonim4. Budidaya dan Pasca Panen. (www.litbang_deptan.co.id. 2009).  Diakses tanggal 16 Juni 2014.
[13] Anonim6. Bunga dan Biji Turi. (www.griyokulo.tv.id. 2009). Diakses tanggal 16 Juni 2014.
[14] Anonim7. Struktur Komposisi dan Nutrisi Jagung.  (www.balitseeal.Litbangdeptan.go .id. 2009). Diakses tanggal 16 Juni 2014.
[15] H. S. Harsono, Beternak Ayam Negeri Petelur Super yang Berhasil,  (Pekalongan: Gunung Mas,1995), h 50.
[16] Hasbullah. Teknologi Tepat Guna Industri Kecil, (Sumatra Barat: Dewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Industri, 2001), h 67.
[17] Kamal, M. Bahan Pakan dan Penyusun Ransum, (Yogyakarta: Fakultas Peternakan Universitas Gajahmada,1998), h 78.
[18] Jojo, Wahyu, Ilmu Nutrisi Unggas, (Yogyakarta: UGM Pers1988), h 45.
[19] Suprayetno, Lamtoro gung dan Manfaatnya, (Jakarta: Bhratara Karya Aksana1981), h 89.
[20] Sudarmono,  Beternak Domba Edisi Revisi, (Depok: Penebar Swadaya, 2008), h 70.
[21] Rasyaf, M. 2001. Beternaka Ayam Petelur, (Depok, Penebar Swadaya, 2001), h 56.
[22] Amirudin, Parakasi,  Gizi dan Makanan Terna,  (Bandung: Angkasa1993), h 67.
[23] A. B, Murtidya, Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam,
 (Yogyakarta : Kanisius, 1992),  h 54.
[24] Kamal, M. Bahan Pakan dan Penyusun Ransum, (Yogyakarta: Fakultas Peternakan Universitas Gajahmada,1998), h 80.
[25] H. S. Harsono, Beternak Ayam Negeri Petelur Super yang Berhasil,  (Pekalongan: Gunung Mas,1995), h 55.
[26] Hasbullah. Teknologi Tepat Guna Industri Kecil, (Sumatra Barat: Dewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Industri, 2001), h 69.
[27] Hasbullah. Teknologi Tepat Guna Industri Kecil, h 67.
[28] Jojo, Wahyu, Ilmu Nutrisi Unggas, (Yogyakarta: UGM Pers1988), h 48.
[29] Suprayetno, Lamtoro gung dan Manfaatnya, (Jakarta: Bhratara Karya Aksana1981), h 100.
[30] Sudarmono,  Beternak Domba Edisi Revisi, (Depok: Penebar Swadaya, 2008), h 75.
[31] Rasyaf, M. 2001. Beternaka Ayam Petelur,  (Depok, Penebar Swadaya, 2001), h 58.
[32] Amirudin, Parakasi,  Gizi dan Makanan Terna,  (Bandung: Angkasa1993), h 79.
[33] A. B, Murtidya, Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), h 54.
[34] A. B, Murtidya, Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam, h 54.
[35] Sudarmono,  Beternak Domba Edisi Revisi, (Depok: Penebar Swadaya, 2008), h 80.
[36] Jojo, Wahyu, Ilmu Nutrisi Unggas, (Yogyakarta: UGM Pers1988), h 49.
[37] Jojo, Wahyu, Ilmu Nutrisi Unggas, h 52.
[38] Kamal, M. Bahan Pakan dan Penyusun Ransum, (Yogyakarta: Fakultas Peternakan Universitas Gajahmada,1998), h 86.
[39] Amirudin, Parakasi,  Gizi dan Makanan Terna, (Bandung: Angkasa1993), h 70.
[40] Amirudin, Parakasi,  Gizi dan Makanan Terna, h 67.
[41] Kamal, M. Bahan Pakan dan Penyusun Ransum, (Yogyakarta: Fakultas Peternakan Universitas Gajahmada,1998), h 86.
[42] Amirudin, Parakasi,  Gizi dan Makanan Terna, (Bandung: Angkasa1993), h 67.
[43] Amirudin, Parakasi,  Gizi dan Makanan Terna, (Bandung: Angkasa1993), h 70.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar