Kamis, 28 November 2013

Tugas Ternak Ruminansia dan Non Ruminansia



Absorbsi Nutrien Pada Ternak Non Ruminansia
       Absorpsi merupakan suatu proses pengalihan zat-zat makanan yang tercerna dari lumen saluran pencernaan (usus) ke dalam darah dan/atau limfe. Zat-zat yang diabsorpsi itu diangkat ke jaringan-jaringan untuk proses degradasi, sintesis atau penimbunan. Beberapa obat tertentu (misalnya strychnine) dapat diabsorpsi dari permukaan epitelia mulut, pharynx dan esofagus. Absorpsi pada lambung hewan monogastrik sangat terbatas. Pada galibnya zat-zat makanan belum siap untuk diabsorpsi. Protein baru sebagian terdegradasi, lemak terhidrolisis sedikit dan pencernaan karbohidrat belum sempurna.
            Mukosa usus merupakan pintu masuk bagi hasil-hasil akhir pencernaan. Gangguan dalam aktivitasnya dapat mempunyai pengaruh yang luas pada metabolisme hewan itu. Bila laktase tidak ada, laktose tidak akan terpecah menjadi monosakarida dan terbuang keluar tubuh. Absorpsi Ca dapat meningkat bila vitamin D ada dalam lumen usus. Volume total sekresi getah cerna dapat beberapa kali lipat volume makanan dan air yang masuk. Ini juga harus direabsorpsi oleh epithelia usus.
            Mukosa usus juga merupakan pintu masuk bagi bakteria, virus, racun dan toxin ke tubuh hewan. Oleh karena itu perlu mekanisme proteksi. Zat-zat beracun dapat ditolak dengan muntah dari lambung, sebelum masuk ke dalam usus. Isi lambung yang sangat asam dapat merupakan benteng yang efektif terhadap bakteria pathogen.
            Selain fungsi absorpsi, mukosa usus halus juga men-sekresi air, elektrolit, protein plasma dan lipid ke dalam lumennya. Usus itu sebenarnya permeabel dalam 2 arah. Ketidakberesan absorpsi atau sekresi akan mengganggu proses normal yang seimbang dan menimbulkan malfungsi (gangguan fungsi) dengan derajat kehabatan yang bervariasi.
            Garam-garam anorganik biasanya tidak diabsorpsi dari lambung. Namun beberapa obat-obatan tertentu dapat diabsorpsi dari lambung pada beberapa hewan. Usus halus merupakan lokasi utama bagi absorpsi pada karnivora dan omnivora. Usus tebal sebagai organ absorpsi, mempunyai arti terbatas pada karnivora dan manusia, kecuali bagian awal kolon yang menjadi tempat berlangsungnya absorpsi air.
            Pada semua hewan herbivora, usus tebal itu telah beradaptasi menjadi tempat absorpsi terutama pada herbivora berlambung tunggal. Namun pada ruminansia, usus tebal kurang artinya, karena pencernaan dan absorpsi terjadi terutama di saluran pencernaan bagian muka.
            Pada hewan ruminansia epithelia yang melapisi rumen, retikulum dan omasum terdiri atas lapisan dasar kolumner dan sel- sel di atasnya transitional dan kuboidal. Tipe kuboidal menjadi sel-sel yang pipih dan mengalami keratinisasi dan banyak sel-sel yang berkeratin berbentuk tak karuan pada lapisan-lapisan atas pada permukaan. Sel-sel kolumner basal berhubungan erat dengan kapilaria darah yang menembus papillae. Ruminansia muda yang tetap minum susu tidak berhasil mengembangkan papillae secara normal. Juga cairan rumen tidak menyebabkan perkembangan papillae. VFA yang terbentuk dalam rumen dapat menghasilkan perkembangan papillae,  mungkin karena beberapa metabolisme asam-asam ini terjadi dalam epithelia rumen. Butirat lebih effektif daripada propionat dan propionat lebih effektif daripada asetat dalam merangsang pertumbuhan papillae. VFA meningkatkan aliran darah ke rumen.
Mekanisme Absorpsi           
            Proses pengangkutan hasil-hasil pencernaan melalui sel-sel epitelia dinding usus ke dalam darah dapat dibagi atas :
1. Difusi sederhana atau absorpsi dengan migrasi pasif melalui pori dalam membrana sel. Difusi sederhana ini tergantung pada derajat konsentrasi zat dalam lumen usus dan sel epitel. Kecepatan absorpsi berhubungan langsung dengan beda konsentrasi itu. Difusi sederhana juga tergantung pada besar, bentuk, muatan listrik dan polaritas senyawa-senyawa yang diabsorpsi. Beberapa zat diabsorpsi secara difusi pasif, hanya bila zat itu telah melarut dalam lipid membrana sel. Difusi sederhana memainkan peranan penting, terutama dalam absorpsi beberapa vitamin yang larut dalam air, gula tertentu, beberapa hasil pencernaan asam nukleat dan banyak senyawa yang larut dalam lipid.
2. Transport aktif atau absorpsi dengan proses yang tergantung pada fungsi spesifik sel-sel epitelia. Bagi sejumlah besar zat, epitel usus itu tidak permeabel, maka berkembanglah sejumlah sistem transport spesifik untuk mengabsorpsinya. Semua sel mempunyai mekanisme untuk menggerakkan zat-zat makanan lewat membrana sel. Akan tetapi sel-sel mukosa usus mempunyai kepentingan tambahan karena zat-zat makanan yang diabsorpsi bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan energi bagi sel-sel sendiri, melainkan juga untuk bagian tubuh lainnya.
          Mekanisme transport aktif ini mampu mempercepat proses absorpsi berlipat ganda daripada difusi sederhana yang relatif lebih lambat. Selama proses transport aktif zat-zat makanan digerakkan lewat membrana sel epithel melawan suatu derajat elektrokimia, sehingga diperlukan energi. Gerakan melawan suatu derajat  konsentrasi dan inhibisi absorpsi oleh blokade reaksi-reaksi yang menghasilkan energi di dalam sel, merupakan bukti paling penting bagi adanya transport aktif.
          Proses absorpsi sebagian besar tergantung pada struktur senyawa yang diabsorpsi dan pada struktur membrana. Enzim- enzim dapat bertindak sebagai penghantar dalam mekanisme transport aktif itu. Meskipun transport aktif merupakan proses paling penting dalam absorpsi hasil-hasil pencernaan, ternyata transport berperantara oleh beberapa penghantar yang dapat bergerak, penting dalam gambaran absorpsi total.
Proses transport aktif dapat dibagi dalam beberapa mekanisme:
a. Transport berperantara, interaksi senyawa yang diabsorpsi dengan suatu komponen kimia.
b. Difusi terbatas, ukuran pori kecil membatasi difusi molekuler.
c. Dimerized theory, interaksi intermolekuler dengan pengikatan hidrogen untuk meningkatkan sifat lipophili senyawa, yang memungkinkan lewat melalui lapisan lipoid pori.
d. Lintasan dengan aliran balik yang menciptakan suatu derajat konsentrasi.
e. Transport  aktif  dengan   penghantaran,  meliputi  suatu sumber energi dan biasanya termasuk kation logam alkali.
f. Pinocytosis,  pencaplokan  partikel - partikel  tertentu, seperti butir-butir lemak dan langsung masuk ke dalam sel epitel. Pinositosis merupakan proses yang sangat selektif
Absorpsi dari rumen, retikulum dan omasum
            Absorpsi air terjaid dalam omasum. Absorpsi VFA terutama terjadi dalam rumen. Kecepatan absorpsi asam asetat, propionat dan butirat dari rumen meningkat bila pH larutan dalam rumen menurun. Asam-asam yang tidak berdissosiasi menembus epithelia rumen lebih cepat daripada anon-anionnya. Telah dihitung bahwa kecepatan absorpsi asam-asam yang tak   berdissosiasi adalah sebagai berikut : asam butirat > asam propionat > asam asetat. Kehilangan asam-asam lemak yang terionisasi dari larutan netral diikuti oleh akkumulasi CO2 dalam larutan rumen sampai konsentrasi yang lebih tinggi daripada konsentrasi dalam plasma, dan yang sebagian besar ada dalam bentuk bikarbonat, karena larutan rumen tetap sedikit diatas netralisasi. Jumlah CO2 yang berakumulasi dalam rumen equivalent dengan setengah jumlah asam lemak yang diabsorpsi. Asam laktat diabsorpsi dari larutan netral dan asam, tetapi kecepatan absorpsinya sekitar sepersepuluh kecepatan absorpsi VFA. Asam laktat dalam larutan netral menurunkan kecepatan absorpsi VFA. Konsentrasi asam laktat dalam rumen banyak, bila diberi makanan yang banyak mengandung butir-butiran atau kaya akan gula. Asetat dan butirat adalah ketogenik, sedang propionat adalah antiketogenik.
            Ammonia (NH3) lebih cepat diabsorpsi daripada ion ammonium (NH4). Seberapa jauh absorpsi itu tidak hanya tergantung pada konsentrasinya dalam rumen, tetapi juga dapat asiditas larutan dalam rumen. Absorpsi lebih cepat pada pH 6,5 daripada pH 4,5. Tanda-tanda keracunan urea akan tampak bila pH rumen meningkat sampai 7,3 dan tak langsung berkaitan dengan konsentrasi ammonia dalam rumen. Konsentrasi tinggi dapat ditoleransi, asal pH di bawah netralitas.
            Konsentrasi chlorida dalam rumen biasanya lebih rendah daripada yang dalam plasma. Absorpsi chlorida terjadi melawan derajat konsentrasi. Fosfat hanya diabsorpsi sedikit, meskipun konsentrasinya dalam rumen berlipat ganda daripada yang dalam plasma. Absorpsi Na terjadi melawan derajat konsentrasinya dan potensi listrik, jadi merupakan proses aktif dalam epithelia rumen. Beberapa percobaan telah memastikan adanya absorpsi aktif Na, dan K disekresikan secara aktif ke dalam rumen. Konsentrasi K dalam rumen biasanya lebih besar daripada yang dalam plasma, sedang harga Na biasanya lebih kecil dalam rumen daripada dalam plasma. Epithelium rumen relatif impermeabel terhadap fosfat, meskipun sejumlah sangat kecil dapat menembus epithelium. Dalam omasum selain air, juga diabsorpsi VFA, mineral dan vitamin, karena epithelium omasum secara histologi sama dengan epithelium rumen. Dalam abomasum juga terjadi absorpsi VFA, karena pH sekitar 3 dan kebanyakan dari asam itu tidak terdissosiasi, juga adanya VFA dalam abomasum merangsang sekresi getah lambung, menunjukkan bahwa ini mungkin akibat VFA menembus epithelia abomasum.
Absorpsi dari Intestinum
            Jumlah glukose dalam usus halus sedikit. Amino nitrogen diserap dalam usus halus. Absorpsi VFA tak ada artinya, karena sangat kecil jumlahnya. Situasi pada ruminansia berbeda dengan situasi pada hewan monogastrika, karena terjadinya hidrolisis lipid yang extensif dalam rumen. Selain itu ada absorpsi dari ion-ion anorganik (Na, Cl, Ca dan Mg). Absorpsi air, Na, K dan Cl terjadi dalam usus kasar, selain absorpsi VFA dan ammonia..
Absorpsi lipid
            Jalan utama dari absorpsi lemak ialah melalui pembuluh limfe. Protein utuh (globulin), terutama pada hewan sangat muda dari beberapa species, juga diambil tubuh melalui jalan itu. Kapiler darah dan limfe permeabel terhadap senyawa- senyawa dengan berat molekul yang rendah, meskipun aliran darah yang cepat dalam kapiler itu menjamin bahwa pembuluh-pembuluh itu merupakan jalan utama dari absorpsi. Glukose, air dan asam amino diabsorpsi dengan sempurna, sedang ion-ion bivalent hanya sebagian diabsorpsi.Trigliserida (lemak dan minyak) yang berasal dari makanan diubah menjadi emulsi kasar dalam lambung sebagai akibat gerakan mekanis lambung dan pencampurannya dengan phospholipid dan komponen chymus lainnya. Meskipun beberapa lipolisis terjadi dalam lambung, proses pencernaan utama terjadi dalam usus halus. Emulsi itu dalam duodenum bercampur dengan getah empedu dan pankreas. Lipase pankreas menyerang trigliserida pada posisi 1 atau 3 menghasilkan digliserida dan monogliserida. Hasilnya adalah pembentukan asam-asam lemak bebas dan monogliserida sebagai hasil pokok yang kemudian berkombinasi dengan asam-asam empedu yang berkonjugasi (tipe taurine dan glisine) membentuk mikroemulsi (larutan mucellair). Meskipun beberapa gliserol fapat dihasilkan dalam lumen, produksinya terutama tergantung pada sifat residu asam lemak yang tinggal pada monogliserida. Gliserol dengan cepat diabsorpsi secara transport pasif dan kebanyakan memasuki darah venous mesenterium. Monogliserida dan asam-asam lemak berantai panjang dari micelles campuran memasuki mikrovilli dan kutub apikal dari sel-sel absorptif dengan difusi sederhana. Selama absorpsi lemak, garam empedu berkonjugasi tidak diabsorpsi dan bergerak sepanjang usus dan diabsorpsi di bagian distal usus halus. Absorpsi garam ini berlangsung dengan sistem transport aktif yang memerlukan energi. Proses absorpsi lipid mulai di bagian distal duodenum dan selesai di bagian proximal jejunum.
            Sebelum lemak diangkut dari sel-sel epithelia sejumlah kecil protein ditambahkan pada permukaan butir lemak dan hasilnya adalah chylomicron (kandungan trigliserida tinggi dan    sedikit phospholipid, ester cholesterol dan protein). Chylomicron meninggalkan sel-sel itu dengan pinositosis yang berlawanan dan memasuki rongga-rongga interselluler lateral dan terus memasuki lakteal serta dikumpulkan dalam saluran-saluran limfe dan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sistem darah arterial dan venous. Dari berbagai sterol yang berasal dari makanan, hanya cholesterol yang mudah diabsorpsi. Hanya cholesterol dalam bentuk bebas yang dapat diabsorpsi. Ester cholesterol harus dihidrolisis dulu oleh hidrolase pankreas atau hidrolase mikrovilli. Absorpsi ditingkatkan oleh empedu. Cholesterol memasuki sel epithelium dengan penggantian cholesterol endogenous dari lipoprotein mikrovilli. Steroid tertentu yang fisiologis aktif (digitalisglicosida, cortisol dan vitamin D) diabsorpsi dengan kecepatan yang cukup untuk membuatnya effektif bila diberikan per-os. Enzim yang mampu menghidrolisis phospholipid dihasilkan oleh pankreas dan epithelium intestinum. Bagian terbesar dari phospholipid di dalam lumen dihidrolisis menjadi asam-asam lemak bebas dan lysophospholipid. Lysophospholipid ini diabsorpsi sel-sel mukosa intestinum.
Absorpsi protein
            Protein (dari makanan, endogenous, mikroba dan sel-sel mukosa lepasan) yang dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim proteolisis (yang berasal dari mukosa lambung, pankreas dan mukosa intestinum) kebanyakan dipecah menjadi komponen-komponen asam aminonya. Hidrolisis terjadi dalam lumen dan juga pada permukaan membrana mukosa. Asam-asam amino yang bebas mudah diabsorpsi (terutama dalam intestinum tenue), terutama dengan sistem aktif yang membutuhkan energi, yang mempunyai spesifitas struktural yang tinggi dan memerlukan ion-ion Na. L-isomer lebih mudah diabsorpsi daripada D-isomer, Arginine, isoleucine, methionine dan leucine cepat diabsorpsi dari intestinum, sedang threonine, histidine, glycine dan asam glutamat diabsorpsi dengan lambat. Kecepatan absorpsi juga dipengaruhi oleh komposisi campuran asam amino pada tempat absorbsi adanya monosakarida, status gizi umum, keadaan psychologis, dehidrasi, antiseptika intestinum, ethanol dan kondisi mukosa intestinum. Mekanisme untuk transport aktif ternyata terletak terutama dalam sel-sel epithelia kolumner. Juga terbukti bahwa pyridoxal (vitamin B6) tersangkut dalam proses absorpsi. Deficiensi vitamin B6 menyebabkan absorpsi asam amino yang buruk. 
            Asam amino yang diabsorpsi memasuki peredaran darah sebagian besar melalui sistem darah portal. Beberapa peptida dapat diabsorpsi. Protein alam dapat diabsorpsi pada keadaan tertentu, mungkin karena perubahan morfologis dari mukosa intestinum yang kebanyakan berkaitan dengan umur hewan. Immune globulin dari kolostrum diabsorpsi utuh dengan proses pinositosis pada umur awal hidup hewan domba, babi, anjing dan pedet. Absorpsi protein utuh hampir selalu melalui jalan limfe.
Absorpsi Karbohidrat
            Degradisi karbohidrat oleh pencernaan enzim dalam lumen dan pada permukaan luar sel-sel mukosa menghasilkan pembentukan monosakarida dan disakarida, sedang degradasi oleh bakteria sering menghasilkan asam-asam lemak berantai pendek (kebanyakan asam asetat, propionat dan butirat). Monosakarida sebagian besar diabsorpsi dalam darah portal dan dibawa ke hati, meskipun aliran limfe juga membawa beberapa gula dari saluran pencernaan. Asam-asam lemak berantai pendek diserap darah dan terdapat dalam jumlah yang berarti dalam darah yang berasal dari caecum domba, caecum dan kolon babi, kolon kuda dan caecum kelinci. Darah yang datang dari usus halus pada species-species itu, tidak mengandung asam lemak dalam jumlah yang berarti, kecuali pada babi.
            Meskipun maltose, sakarose dan laktose relatif adalah  senyawa yang larut, mereka tak diabsorpsi, kecuali bila dimakan dalam jumlah yang besar, biarpun demikian absorpsinya kecil. Disakarida tidak masuk dalam peredaran darah karena adanya disakaridase dalam mikrovilli mukosa kebanyakan species. Enzim-enzim itu mengubah disakarida menjadi monosakarida selama absorpsi. Bila ada disakarida muncul dalam darah, akan dikeluarkan tanpa perubahan dalam urine. Energi dipakai selama absorpsi glukose dengan transport aktif. Energi digunakan untuk mempertahankan "pompa ion Na". Rupanya monosakarida yang diabsorpsi melawan suatu derajat konsentrasi diangkut melewati batas sel, melalui suatu "penghantar" yang secara serentak menggerakkan molekul gula dan ion natrium. Energi diperlukan untuk mengembalikan ion Na ke tempat penghantar (carrier) yang lain. Semua reaksi fosforilasi dan interkonversi gula berlangsung dalam sel epithelium intestinum setelah absorpsi selesai. Monosakarida yang dibawa ke hati diubah menjadi dan disimpan sebagai glikogen. Jaringan lain, terutama otot daging kerangka mempunyai kemampuan untuk membentuk dan menyimpan glokogen. Pada kebanyakan species galaktose diabsorpsi lebih cepat daripada glukose, fruktose lebih lambat lagi. Jumlah gula yang dimakan menentukan lamanya absorpsi, tetapi bukan kecepatannya.
Absorpsi garam dan air
            Meskipun ion-ion Na, K dan Cl biasanya hampir sempurna diabsorpsi, tetapi jelas bahwa ion Na juga memainkan peranan penting dalam fungsi umum mukosa. Lebih-lebih ion Na juga dikenal tersangkut dalam transport air dan dalam absorpsi monosakarida, asam amino, pirimidine dan garam empedu secara transport aktif. Transport aktif ion Na tergantung pada konsentrasi ion K dalam sel dan rupanya ada pasangan dari transport aktif Na keluar dengan transport K ke dalam. Transport ion Cl merupakan transfer pasif. Bila ada NaCl, transport air berpasangan dengan transport aktif ion Na. Absorpsi Ca lambat bila dibandingkan dengan Na dan rupanya meliputi transport aktif. Absorpsi sangat berkurang bila phosphorilasi oksidatif berkurang. Absorpsi phosphat adalah proses aktif yang berkaitan dengan transport aktif Ca. Sebaliknya Mg, Sr dan Ba tidak bergerak melawan derajat konsentrasi. Absorpsi Fe diatur oleh mekanisme yang berkaitan dengan tingkat Fe (ferro) dalam sel mukosa. Absorpsi dibatasi oleh kemampuan bersenyawa dengan Fe dari apoferritin (suatu protein) untuk membentuk ferritin. Absorpsi Fe secara transport aktif kebanyakan terjadi dalam duodenum. Absorpsi Zn yang utama terjadi pada bagian usus kecil. Pada ruminansia sepertiga pemberian Zn per oral diabsorpsi di abomasum, tetapi daerah absorpsi yang utama adalah usus kecil dan yang paling aktif pada duodenum. Absorpsi Zn dipengaruhi oleh jumlah dan imbangan mineral lain serta kandungan Zn dalam ransum dan bentuk Zn yang diserap (Underwood, 1977).Ruminansia dapat mengabsorpsi 20 - 40 % Zn dari yang terkandung dalam pakan, namun pada ternak  muda absorpsinya relatif lebih tinggi. Tingginya level kalsium dapat menghambat absorpsi Zn pada monogastrik (Georgievskii et al., 1982).
          Asam fitrat pada hewan ruminansia merupakan masalah khusus, karena bahan pakan yang kaya akan fitrase mempunyai manfaat bagi kehidupan protozoa yang terdapat dalam ransum. Hewan-hewan ruminansia yang dipelihara secara merumput atau yang diberi ransum dengan hijauan tinggi, maka asam fitrat akan lebih mudah dicerna dan kurang mempengaruhi ketersediaan mineral Zn dibandingkan dengan jika ransum tersebut dikonsumsi oleh hewan monogastrik. (Piliang, 1997). Meskipun demikian, anak sapi yang rumennya belum berfungsi dan berkembang sempurna dan juga hewan-hewan ruminansia yang diberi ransum dengan kandungan konsentrat tinggi, dimana protozoa dalam rumennya telah banyak berkurang atau hilang, maka respon terhadap pemberian mineral Zn dalam ransum akan sama dengan hewan-hewan monogastrik (Piliang, 1997).









Gangguan Pencernaan Pada Kuda, Anjing dan Ayam
Gangguan Pencernaan Pada Kuda
       Penyakit digesti yang sering menyerang pada kuda adalah kolik dan ulcer gastric. Ada berbagai macam jenis kolik tergantung dari asal penyebab, patologis, jalannya oenyakit, dan cara penanganan kolik. Insiden kolik dapat dikurangisampai batas tertentu dengan memberi makan kuda dengan kualitas tinggi serat(jerami atau rumput), menyediakan pakan yang bersih bebas dari jamur dankotoran, dan mencegah konsumsi pasir dan kotoran. Ulcer juga sering menyerang pada kuda. Beberapa pakan jenis butir atau pelet dalam jumlah banyak untuk  persiapan kompetisi yang dapat menyebabkan lebih banyak asam dalam perutkuda yang menyebabkan ulcer.
Gangguan Pencernan Pada Anjing
Masalah pencernaan pada anjing adalah salah satu alasan paling umum mengapa kita  mengunjungi dokter hewan. Seringkali penyebab masalah pencernaan agak dangkal dan mudah dipecahkan, namun terkadang hal ini sangat mendesak dan lebih sulit untuk dipecahkan. Apakah masalah pencernaan, seperti diare, terjadi juga dengan anjing Anda?
Diare
pada anjing
       Diare hanya berarti bahwa anjing diekskresikan longgar, tinja berbentuk, dengan proporsi lebih besar dari air. Dalam banyak kasus ada juga meningkatkan jumlah tinja dan frekuensi sering juga lebih tinggi dari buang air besar.
Pada anjing terdapat sejumlah besar penyebab potensial untuk terjadinya diare. Diare karena itu bukanlah penyakit, tetapi salah satu gejala. Ada dua alasan utama yang mewakili mayoritas kasus diare pada anjing. Yang pertama adalah "keracunan" dengan makanan basi, atau makan tidak pantas "makanan", dan yang kedua adalah infestasi oleh parasit. Saat ini saya akan memberikan beberapa info tentang yang pertama - sekitar penyebab lain saya akan menambahkan info di kemudian hari.
Pencernaan pada anjing
       Mari kita mulai dengan beberapa kata tentang pencernaan. Ketika anjing makan makanannya itu berlangsung selama sekitar 8 jam untuk lulus makanan tertelan melalui usus kecil. Saat ini dinding usus menyerap sebagian besar nutrisi dari makanan tertelan dan sekitar 80 persen air. Dalam usus besar massa residu akan lebih terkonsentrasi - dari makanan dicerna diserap air lagi. Pada akhirnya adalah dari dari anus dikeluarkan biasanya kotoran baik terbentuk, yang relatif padat dan bentuk silinder. Tinja yang normal tidak mengandung lendir, darah atau seluruh partikel makanan tercerna.
Bagaimana diare terjadi
       Ketika makanan cepat melewati usus mencapai rektum dalam keadaan cair, sehingga bangku terlarut, tidak berbentuk dan biasanya lebih cair. Karena bagian dalam yang cepat dari makanan tertelan melalui usus tidak ada cukup waktu untuk menyerap air dan nutrisi dari itu. Cepat seperti bagian dari makanan melalui saluran pencernaan adalah penyebab kasus diare mayoritas akut (jangka pendek) pada anjing.
Penyebab diare pada anjing
       Penyebab utama dari bagian yang cepat dari makanan melalui saluran pencernaan adalah konsumsi bahan, yang tidak layak untuk dikonsumsi. Anjing adalah pemulung oleh alam dan oleh karena itu sangat mungkin untuk makan sesuatu yang tidak bisa dimakan, termasuk sisa dan makanan busuk, bangkai hewan, rumput, tanaman liar dan hias, serta potongan dari plastik, kayu, kertas dan bahan lainnya. Banyak dari bahan bisa sangat menjengkelkan untuk lambung dan usus. Sebagian anjing dapat menghilangkan hal-hal tersebut dari perut dengan muntah-muntah. Bagian yang cepat dari makanan melalui saluran pencernaan juga dapat memiliki penyebab dalam intoleransi makanan. Contoh utama dari makanan yang beberapa anjing tampaknya tidak toleran sering mengandung daging sapi, babi, ayam atau kuda, ikan, telur, rempah-rempah, jagung, gandum, kedelai, saus berbagai lemak. Kita harus ingat bahwa bahwa intoleransi makanan adalah tidak sama dengan alergi. Pada alergi ada penyebab dalam sistem kekebalan tubuh dan sering tercermin dengan perubahan dalam muntah, kulit dan diare.    Namun, penyebab umum dari diare juga parasit internal. Orang-orang dapat menyebabkan kasus keduanya, akut atau kronis diare. Terutama mereka dapat menjadi masalah di anak anjing, tetapi orang dewasa juga tidak kebal terhadap masalah yang berkaitan dengan parasit internal.
       Mungkin Anda bisa menyebutkan bahwa diare juga dapat menjadi "efek samping" dari obat-obatan tertentu, seperti beberapa obat penghilang rasa sakit (misalnya aspirin). Diare juga disebabkan oleh beberapa obat jantung, wormers, dan antibiotik yang paling. Pada anjing diare juga dapat terjadi ketika mereka sangat gembira, misalnya, ketika mereka pergi ke dokter hewan atau di pameran anjing. Memang, diare dapat disebabkan oleh setiap perubahan mendadak, baik dalam makanan dan gaya hidup.
Apa tanda-tanda gangguan pencernaan Anda melihat yang paling sering dengan anjing Anda?

       Makanan Tidak ada yang bisa merebut kembali / Restore USUS Hewan Anda sekali patogenik / "Bakteri Bad" telah kembali menginvasi USUS Hewan Anda setelah Antiobiotics.
       Goo Rescue Usus telah DVM Diformulasikan untuk Mengembalikan Fungsi Kesehatan & Peternakan Anda yang dikompromikan Gut. Saya setuju bahwa produk probiotik adalah bantuan besar dalam memulihkan mikroflora usus normal. Saya biasanya nasihat mereka setelah pengobatan antibiotik, dalam kasus-kasus diare, pencernaan yang buruk dan beberapa masalah pencernaan lainnya, dan juga untuk anak anjing.
       Langkah yang paling penting dalam pengobatan diare akut adalah istirahat pencernaan, apa yang kita lakukan dengan 24 jam puasa. Withdraw makanan anjing; menawarkan air dalam jumlah kecil beberapa kali sehari. Kemudian Anda dapat menawarkan untuk anjing Anda makanan. Ini bisa dalam bentuk makanan diet bagi saluran pencernaan, yang bisa Anda dapatkan dari dokter hewan Anda, atau Anda dapat mempersiapkan diri. Jika Anda mempersiapkan dengan diri sendiri Anda dapat menggunakan kombinasi ayam tanpa kulit dimasak dengan nasi, nasi dengan keju, makaroni, oatmeal dimasak, atau apa pun dengan mudah dicerna. Tawarkan kepadanya beberapa makanan kecil per hari. Jika diare tidak muncul lagi, maka Anda bisa secara bertahap pindah ke makanan yang biasa. Namun, anak anjing tumbuh, terutama yang sangat muda, kita tidak bisa membiarkan dia 24 jam tanpa makanan. Dalam hal ini mempersingkat puasa pada 12 jam. Namun, anjing Anda harus mendapatkan bantuan hewan sesegera mungkin jika:
 - Diare berlangsung lebih lama dari 24 jam
- Kotoran mengandung darah, atau hitam dan tinggal,
- Diare disertai dengan muntah, atau
- Anjing tampak lemah, tertekan, atau ia mengalami demam.
       Ketika anjing Anda memiliki diare ada keseimbangan mikroflora terganggu, sehingga organisme hanya akan menguntungkan jika Anda memberikan dia dengan bakteri probiotik. Bakteri probiotik sangat berguna dalam anak anjing, karena diare memiliki terjadinya cukup umum di dalamnya. Izinkan saya menyarankan Anda beberapa produk yang dapat membantu.
Beberapa produk untuk melawan Diare
Harap diperhatikan:
Jika hewan peliharaan Anda menunjukkan tanda-tanda penyakit atau tekanan atau Anda mencurigai hewan peliharaan Anda sakit atau Anda ragu, segera hubungi dokter hewan anda. Semua informasi yang disajikan pada lensa ini adalah untuk tujuan informatif saja.

Gangguan Pencernaan Pada Ayam
       Gangguan saluran pencernaan pada ayam akan berdampak pada gangguan penyerapan makanan dan pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan ayam. Bagi ayam petelur, maka dampak nyatanya adalah menurunnya produksi telur. Perlahan-lahan ayam akan mati hingga akhirnya peternak akan mengalami kerugian yang sangat nyata.
Sumber pengganggu utama sistem pencernaan pada ayam berasal dari infeksi bakteri.
       Sepanjang tahun 2010, banyak kasus gangguan pencernaan ayam yang timbul. Penyakit yang paling banyak ditemukan di lapangan adalah penyakit enteritis. Penyakit ini menyerang bagian usus ayam. Ternyata sebenarnya kuman penyebab enteritis ini sudah ada sejak lahir di dalam usus ayam dan tidak menimbulkan penyakit atau masalah, namun; faktor stress, gangguan cuaca, kandang yang terlalu padat mengakibatkan fisik ayam menjadi menurun dan timbullah penyakit ini.
       Melihat kondisi cuaca yang seringkali berubah secara drastis saat ini, kondisi tubuh ayam cenderung menurun akibat stres dan pertahanan tubuhnya menjadi tidak optimal sehingga semakin memperbesar peluang munculnya penyakit.
Berikut penjelasan beberapa penyakit bakterial yang berdampak pada gangguan pencernaan :
·    Infeksi Bakteri Clostridium sp.
·    Infeksi Escherichia coli
·    Infeksi Pasteurella multocida
·    Infeksi Salmonella sp.
Penularan Penyakit Pencernaan
        Penyakit infeksi saluran pencernaan oleh bakteri dapat menular secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung melalui kontak dengan ayam sakit, sedangkan secara tidak langsung melalui kontak dengan pekerja kandang atau peralatan (alat-alat kandang, ransum, air minum dll) yang tercemar oleh bakteri.
        Pada kasus penularan secara tidak langsung, bibit penyakit masuk ke dalam tubuh ayam diawali dengan tertelannya bakteri tersebut bersama pakan atau air minum yang terkontaminasi. Kemudian bakteri dalam tubuh ayam (saluran pencernaan) memperbanyak diri dalam usus, menembus dinding usus dan masuk ke dalam aliran darah.
        Bakteri yang terdapat di dalam usus dapat menyebabkan peradangan dan penghancuran lapisan usus. Selain itu, bakteri juga akan menghasilkan toksin yang dapat mengganggu proses penyerapan nutrisi oleh usus dan mengakibatkan peningkatan peristaltik usus, yang akhirnya terjadilah gejala diare.
        Bakteri yang secara normal berada di dalam saluran pencernaan ayam pun bisa ikut menginfeksi. Hal ini dipicu oleh kondisi ayam yang menurun, sedangkan bakteri terus bertambah konsentrasinya. Konsentarsi bakteri yang tinggi dalam usus bisa dikeluarkan melalui feses dan dapat menginfeksi ayam lain.
Tindakan Pencegahan dan Pengendalian
         Pengobatan suatu penyakit tidak akan berhasil optimal tanpa didukung biosecuriti dan manajemen pemeliharaan yang bagus. Adapun prinsip untuk mencegah penyakit diantaranya :
1.  Mengurangi populasi bibit penyakit di sekitar ayam Dalam mengurangi bibit penyakit yang ada di sekitar ayam maka langkah yang dapat ditempuh antara lain :
  • Istirahat kandang minimal selama 2 minggu dihitung setelah kandang sudah dalam keadaan bersih dan didesinfeksi. Hal ini bertujuan untuk memutus siklus hidup bibit penyakit
  • Lakukan desinfeksi kandang kosong dengan Sporades atau Formades. Pada 3 hari sebelum chicks in, lakukan kembali penyemprotan kandang beserta peralatannya baik tempat ransum maupun tempat minum dengan menggunakan Medisep
2.  Mencegah kontak antara bibit penyakit dengan ayam Untuk mendukung langkah pengurangan konsentrasi bibit penyakit, maka perlu dilakukan pencegahan kontak antara bibit penyakit dengan ayam. Langkah pencegahan tersebut dengan cara :
  • Mengatur lalu lintas karyawan, pekerja, tamu, kendaraan, hewan piaraan maupun hewan liar yang bisa menjadi sumber penularan
  • Pemberantasan vektor pembawa penyakit seperti tikus dan lalat dengan menggunakan insektisida
3.  Meningkatkan daya tubuh ayam Ketahanan tubuh ayam paling utama ditentukan oleh faktor ransum yang didukung dengan kondisi lingkungannya.
  • Lakukan monitoring terhadap konsumsi ransum. Penggantian pakan hendaknya dilakukan secara berkala (periodik). Untuk kasus NE, batasi pemakaian tepung ikan, gandum dan barley (jangan berlebih)
  • Perhatikan suhu, kelembaban, ventilasi, kepadatan kandang serta kualitas litter atau sekam. Dalam manajemen litter, lakukan pembolak-balikan litter untuk mencegah litter basah. Pada masa brooding, pembolak-balikan litter dilakukan secara teratur setiap 3-4 hari sekali mulai umur 4 hari sampai umur 14 hari. Segera ganti litter yang basah dan menggumpal. Jika jumlah yang menggumpal sedikit, maka dapat dipilah dan dikeluarkan dari kandang.
  • Meningkatkan daya tahan tubuh maka dapat dilakukan pemberian multivitamin berupa Fortevit maupun Vita Stress yang dapat diberikan melalui air minum. Selain meningkatkan daya tahan tubuh, vitamin juga berfungsi dalam membantu pertumbuhan dan mengatasi stres, mencegah penyakit akibat kekurangan vitamin serta mampu memperbaiki efisiensi ransum.
        Kecukupan nutrisi tubuh ayam berpengaruh besar terhadap produktivitas dan hal itu sangat berkaitan erat dengan fungsi kerja saluran pencernaan. Saluran pencernaan yang berfungsi secara optimal akan mampu memaksimalkan nilai pemanfaatan ransum melalui proses pencernaan dan penyerapan nutrisi. Namun bagaimana jika organ dan saluran pencernaan mengalami gangguan baik karena faktor infeksius maupun non infeksius? Dalam kesempatan ini akan kami jabarkan bahasan tentang gangguan pencernaan ayam, terutama akibat infeksi bakterial (oleh bakteri,red).
Dampak akibat Gangguan Pencernaan
        Kerugian utama adanya gangguan pada organ dan saluran pencernaan ayam tentunya berupa terganggunya penyerapan nutrisi yang berdampak pada hambatan pertumbuhan dan penurunan produksi telur. Mortalitas dan morbiditas ayam juga akan meningkat. Gangguan pencernaan akibat infeksi bakterial misalnya akan menyebabkan saluran pencernaan tidak dapat bekerja dengan baik. Hal lain berakibat pada terjadinya immunosuppresif. Beberapa mekanisme terjadinya immunosuppresif ini ialah :
  • Kerusakan jaringan mukosa usus menyebabkan proses pencernaan dan penyerapan zat nutrisi tidak optimal. Akibatnya terjadi defisiensi nutrisi sehingga pembentukan antibodi terganggu
  • Mukosa usus dan seka tonsil merupakan bagian dari sistem kekebalan lokal di saluran pencernaan. Kerusakan kedua organ ini mengakibatkan ayam lebih rentan terinfeksi penyakit lainnya
  • Di sepanjang jaringan mukosa usus terdapat jaringan limfoid penghasil antibodi (IgA), dimana IgA tersebut akan terakumulasi di dalam darah. Kerusakan mukosa usus akan mengakibatkan keluarnya plasma dan sel darah merah sehingga kadar IgA, sebagai benteng pertahananan di lapisan permukaan usus pun menurun
Gangguan Pencernaan Akibat Infeksi Bakteri
 
Tabel 1. Persentase Penyakit Ayam Pedaging 2010

Tabel 2. Persentase Penyakit Ayam Petelur di 2010
       Musim hujan yang masih terjadi disebagian besar wilayah Indonesia pun secara tidak langsung berperan dalam menyebarkan bibit penyakit ke peternakan. Penyebaran bibit penyakit bisa melalui litter, feses dan air minum ayam yang terkontaminasi bibit penyakit.
Berikut penjelasan beberapa penyakit bakterial yang berdampak pada gangguan pencernaan :
  • Infeksi Bakteri Clostridium sp.
       Berbagai bakteri Clostridium sp. secara luas banyak terdapat di tanah dan air. Banyak pula spesies Clostridium yang hidup normal dalam saluran pencernaan ayam. Necrotic enteritis (NE) merupakan penyakit yang disebabkan oleh Clostridium perfringens tipe A atau C dan menyebabkan kerusakan di saluran percernaan, terutama di usus.
Usus halus yang terinfeksi NE
Sumber : www.csiro.au
       Semu a jenis ayam pada semua umur dapat terinfeksi NE namun paling sering menyerang umur 2-6 minggu pada ayam petelur dan umur 2-5 minggu pada ayam pedaging (Technical Service, 2010). Secara normal, di dalam usus ayam sehat terdapat bakteri C. perfringens dalam jumlah yang aman (tidak menyebabkan terjadinya outbreak penyakit, red). Saat kondisi ayam buruk dan didukung dengan kondisi lingkungan yang tidak nyaman (tantangan agen penyakit banyak,red) maka outbreak NE dapat terjadi.
       Munculnya kasus NE biasanya dipicu oleh serangan koksidosis. Koksidiosis merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh protozoa (bersel tunggal) dari genus Eimeria sp. Saat koksidiosis menyerang, akan terjadi perdarahan dan kerusakan jaringan ileum (usus halus) serta peningkatan penguraian air tubuh sehingga dihasilkan banyak oksigen. Meningkatnya oksigen akan memicu bakteri aerob, seperti C. perfringens meningkat populasinya dan berlanjut dengan serangan necrotic enteritis. Penggantian ransum secara mendadak dan penggunaan beberapa jenis bahan baku ransum, seperti tepung ikan, gandum dan barley yang melebihi batas juga dapat mempercepat peningkatan populasi C. perfringens di dalam usus. Kerusakan usus oleh koksidiosis, menyebabkan usus tidak dapat bekerja menyerap nutrisi sehingga terjadi akumulasi nutrisi di dalam usus. Nutrisi tersebut kemudian dimanfaatkan oleh bakteri C. perfringens untuk berkembangbiak meningkatkan populasinya.
       Infeksi NE diawali dengan gejala klinis penurunan nafsu makan, depresi, bulu berdiri, ayam terlihat bergerombol dan diare. Infeksi NE juga ditandai oleh feses agak encer berwarna merah kecoklatan (seperti warna buah pepaya) disertai dengan cairan asam urat yang keluar bersama feses. Kadang feses juga bercampur dengan sejumlah material ransum yang tidak tercerna secara sempurna.
       Dari hasil bedah bangkai akan ditemukan adanya nekrosa pada mukosa usus halus dan terjadi perubahan dimana usus menjadi rapuh dan mengalami distensi (penggelembungan) akibat pembentukan gas dan kadang dijumpai perdarahan. Selain kerusakan pada usus, NE juga dapat mengakibatkan hati mengalami pembengkakan, keras, pucat dan terdapat bintik-bintik. Kantung empedu juga membesar dan rapuh.

  • Infeksi Escherichia coli
       Infeksi Escherichia coli (E. coli) pada ayam dikenal dengan istilah colibacillosis. Bakteri E.coli merupakan bakteri yang normal hidup pada saluran pencernaan ayam dan dari jumlah tersebut 10-15% merupakan E. coli yang berpotensi menjadi patogen. Colibacillosis dapat berperan sebagai infeksi primer maupun sekunder mengikuti serangan penyakit yang lain, seperti CRD dan korisa. Jika dilihat dari umur serangan, maka pada ayam pedaging, colibacillosis lebih sering menyerang di umur 22-28 hari, sedangkan pada ayam petelur di umur > 3 minggu (Technical Service Medion, 2010).
       Bakteri E. coli tinggi konsentrasinya di dalam feses yaitu sekitar 106 tiap gram feses. Bakteri E. coli tersebut kemudian menyebar dan mengkontaminasi debu, litter dan air minum. Penyebaran E. coli melalui air minum memang lebih dominan dan menjadi sorotan karena air minum merupakan media yang mudah membawa E. coli masuk ke dalam tubuh ayam.

Coligranuloma yang menyerang usus ayam
Sumber : Dok. Medion
       Infeksi colibacillosis bisa bersifat lokal atau sistemik dengan berbagai bentuk. Bentuk infeksi lokal colibacillosis terdiri dari omphalitis, cellulitis, diare dan salpingitis. Sedangkan bentuk infeksi sistemik colibacillosis terdiri dari colisepticemia, panopthalmitis, meningitis dan coligranuloma. Dari semua bentuk colibacillosis tersebut yang lebih spesifik menyerang saluran pencernaan ialah bentuk diare dan coligranuloma.
       Salah satu gejala klinis infeksi E. coli pada ayam yang dapat diamati adalah adanya diare berwarna kuning. Gejala klinis tersebut diikuti pula oleh perubahan patologi anatomi, dimana pada colibacillosis bentuk diare ditemukan usus yang mengalami peradangan (enteritis), sedangkan pada coligranuloma ditemukan adanya granuloma (bungkul-bungkul) pada hati, sekum, duodenum dan penggantung usus.
  • Infeksi Pasteurella multocida
       Infeksi Pasteurella multocida pada ayam sering dikenal dengan penyakit kolera (fowl cholera). Dari penanganan kasus di lapangan oleh Technical Service Medion (tahun 2010) dilaporkan bahwa kolera menempati peringkat 1 pada ranking penyakit ayam petelur dan sering menyerang diumur > 35 minggu. Mortalitas dan morbiditas kolera berkisar antara 0- 20%. Kejadian kolera unggas di Indonesia lebih bersifat sporadik. Ledakan penyakit ini sangat erat hubungannya dengan berbagai faktor pemicu stres seperti fluktuasi suhu, kelembaban, pindah kandang, potong paruh, perlakuan vaksinasi yang tidak benar, transportasi, pergantian ransum yang mendadak serta penyakit immunosuppressive.

Peradangan usus (enteritis) akibat kolera
Sumber : Dok. Medion
       Gejala klinis kolera terlihat dari penurunan nafsu makan, lesu, bulu mengalami kerontokan, diare yang awalnya encer kekuningan, lama-kelamaan akan berwarna kehijauan disertai mucus (lendir), peningkatan frekuensi pernapasan, daerah muka, jengger dan pial membesar.
       Perubahan patologi anatomi yang ditimbulkan oleh penyakit ini bervariasi sesuai dengan derajat keparahannya. Pada kolera bentuk akut, terlihat berupa perdarahan petechial pada berbagai organ visceral terutama pada jantung, hati, paru-paru, lemak jantung maupun lemak abdominal. Selain itu juga sering ditemukan perdarahan berupa petechial dan ecchymosis pada mukosa usus. Hal ini disebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat aktivitas endotoksin. Hati juga akan terlihat membesar dan terdapat bintik putih. Untuk kolera bentuk kronis, ditandai dengan adanya infeksi lokal yang dapat ditemukan pada persendian tarsometatarsus, bursa sternalis, telapak kaki, rongga peritonium dan oviduk.


       Salah satu serangan kolera mengakibatkan hati membengkak dan terdapat bintik putih
Sumber : Dok. Medion
  • Infeksi Salmonella sp.
       Infeksi ayam oleh Salmonella sp. bisa mengakibatkan timbulnya beberapa penyakit yaitu avian paratyphoid, fowl typhoid dan pullorum. Diantara ketiga jenis penyakit tersebut, pullorum merupakan penyakit yang lebih sering menginfeksi, terutama pada ayam pedaging. Penyakit pullorum ini identik dengan berak kapur dan sering menyerang pada anak ayam.
       Kotoran putih pada dubur anak ayam pada kasus pullorum
Sumber : anonymous
       Kematian bisa mencapai 80% dan puncak kematian pada umur 2-3 minggu setelah menetas. Dari gejala klinis, ayam akan terlihat ngantuk, lemah, kehilangan nafsu makan dan diikuti dengan kematian mendadak. Anak ayam kerapkali “menciap” kesakitan ketika sedang buang kotoran. Kotoran tersebut berwarna putih menyerupai kapur (pasta) dan terkadang menempel pada dubur ayam. Perubahan bedah bangkai akan terlihat adanya nekrosis (kematian jaringan) pada hati serta terkadang hati mengalami pembengkakan. Pada saluran pencernaan tampak bintik-bintik putih terutama pada mesenterium (penggantung usus,red) dan otot ventrikulus. Adanya komplikasi dengan CRD atau korisa menyebabkan ayam menunjukkan gejala klinis berupa gangguan pernapasan seperti ngorok dan keluar lendir dari hidung.

Bungkul putih pada usus akibat infeksi Salmonella sp.
Sumber : anonymous

Penularan Penyakit Pencernaan
        Penyakit infeksi saluran pencernaan oleh bakteri dapat menular secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung melalui kontak dengan ayam sakit, sedangkan secara tidak langsung melalui kontak dengan pekerja kandang atau peralatan (alat-alat kandang, ransum, air minum dll) yang tercemar oleh bakteri. Pada kasus pullorum, penyakit dapat ditularkan secara vertikal yaitu melalui telur kemudian menyebar dalam mesin penetasan dan meluas sesuai dengan distribusi anak ayam yang ditetaskan dari mesin penetas yang tercemar tersebut.
       Pada kasus penularan secara tidak langsung, bibit penyakit masuk ke dalam tubuh ayam diawali dengan tertelannya bakteri tersebut bersama ransum atau air minum yang terkontaminasi. Kemudian bakteri dalam tubuh ayam (saluran pencernaan) memperbanyak diri dalam usus, menembus dinding usus dan masuk ke dalam aliran darah. Bakteri dalam darah akan berkembang sampai menjadi septikemia (bertahannya bakteri dalam darah) yang merupakan ciri dari kejadian infeksi penyakit akut.
        Bakteri yang terdapat di dalam usus dapat menyebabkan peradangan dan penghancuran lapisan usus. Selain itu, bakteri juga akan menghasilkan toksin yang dapat mengganggu proses penyerapan nutrisi oleh usus dan mengakibatkan peningkatan peristaltik usus, yang akhirnya terjadilah gejala diare.
       Bakteri yang secara normal berada di dalam saluran pencernaan ayam pun bisa ikut menginfeksi. Hal ini dipicu oleh kondisi ayam yang menurun, sedangkan bakteri terus bertambah konsentrasinya. Konsentarsi bakteri yang tinggi dalam usus bisa dikeluarkan melalui feses dan dapat menginfeksi ayam lain.
Tindakan Pengobatan dan Penanganan
       Tindakan pengobatan yang dapat dilakukan jika ayam sudah terlanjur terserang penyakit infeksi saluran pencernaan di atas, antara lain :
  • Segera pisahkan ayam yang positif terinfeksi NE, colibacillosis, kolera dan pullorum tersebut
  • Untuk mengatasi serangan NE, obati dengan Ampicol, Doxytin, Koleridin atau Neo Meditril. Sedangkan saat terjadi komplikasi antara NE dan koksidiosis, obat yang dapat diberikan antara lain Therapy atau Duoko
  • Untuk menangani colibacillosis, obat yang dapat digunakan diantaranya Ampicol, Amoxitin, Coliquin, Neo Meditril, Proxan-S, Tycotil, Therapy atau Trimezyn (pilih salah satu)
  • Pada kasus serangan pullorum, dapat dilakukan pengobatan dengan memberikan Proxan-S, Koleridin, Therapy, Trimezyn-S atau Vita Tetra Chlor (pilih salah satu) yang diberikan sesuai dosis dan aturan pakai
  • Untuk kasus infeksi kolera, lakukan tindakan pengobatan berdasarkan tingkat keparahan penyakit, jumlah populasi ayam dan umur kejadian penyakit. Untuk kasus kolera ringan, dapat diberikan antibiotik yang dapat diaplikasikan melalui air minum seperti Amoxitin, Proxan-S atau Coliquin. Sedangkan jika kejadian kolera sudah parah maka pilihlah antibiotik yang diberikan secara suntikan seperti Gentamin, Medoxy LA, Medoxy-L atau Vet Strep
  • Untuk semua kasus penyakit, setelah dilakukan pengobatan, berikan vitamin seperti Vita Stress, Fortevit atau Vita Strong untuk membantu mempercepat proses kesembuhan (recovery)

Tindakan Pencegahan dan Pengendalian
       Pengobatan suatu penyakit tidak akan berhasil optimal tanpa didukung biosecuriti dan manajemen pemeliharaan yang bagus. Adapun prinsip untuk mencegah penyakit diantaranya :
1.  Mengurangi populasi bibit penyakit di sekitar ayam
Dalam mengurangi bibit penyakit yang ada di sekitar ayam maka langkah yang dapat ditempuh antara lain :
  • Istirahat kandang minimal selama 2 minggu dihitung setelah kandang sudah dalam keadaan bersih dan didesinfeksi. Hal ini bertujuan untuk memutus siklus hidup bibit penyakit
Lakukan istirahat kandang minimal 2 minggu
Sumber : Dok. Medion
  • Lakukan desinfeksi kandang kosong dengan Sporades atau Formades. Pada 3 hari sebelum chicks in, lakukan kembali penyemprotan kandang beserta peralatannya baik tempat ransum maupun tempat minum dengan menggunakan Medisep
2.  Mencegah kontak antara bibit penyakit dengan ayam
        Untuk mendukung langkah pengurangan konsentrasi bibit penyakit, maka perlu dilakukan pencegahan kontak antara bibit penyakit dengan ayam. Langkah pencegahan tersebut dengan cara :
  • Mengatur lalu lintas karyawan, pekerja, tamu, kendaraan, hewan piaraan maupun hewan liar yang bisa menjadi sumber penularan
  • Melakukan sanitasi air minum menggunakan Antisep, Neo Antisep atau Medisep minimal 3x seminggu
Antisep, Neo Antisep dan Medisep merupakan produk-produk antiseptika Medion
Sumber : Dok. Medion
  • Pemberantasan vektor pembawa penyakit seperti tikus dan lalat dengan menggunakan insektisida

3.  Meningkatkan daya tubuh ayam
       Ketahanan tubuh ayam paling utama ditentukan oleh faktor ransum yang didukung dengan kondisi lingkungannya.
  • Lakukan monitoring terhadap konsumsi ransum. Penggantian ransum hendaknya dilakukan secara berkala (periodik). Untuk kasus NE, batasi pemakaian tepung ikan, gandum dan barley (jangan berlebih)
  • Perhatikan suhu, kelembaban, ventilasi, kepadatan kandang serta kualitas litter atau sekam. Dalam manajemen litter, lakukan pembolak-balikan litter untuk mencegah litter basah. Pada masa brooding, pembolak-balikan litter dilakukan secara teratur setiap 3-4 hari sekali mulai umur 4 hari sampai umur 14 hari. Segera ganti litter yang basah dan menggumpal. Jika jumlah yang menggumpal sedikit, maka dapat dipilah dan dikeluarkan dari kandang. Namun jika jumlah litter yang menggumpal atau basah sudah banyak, lebih baik tumpuk dengan litter yang baru hingga yang menggumpal tidak tampak

Hindari litter basah dan menggumpal
Sumber : Dok. Medion
       Untuk meningkatkan daya tahan tubuh maka dapat dilakukan pemberian multivitamin berupa Fortevit maupun Vita Stress yang dapat diberikan melalui air minum. Selain meningkatkan daya tahan tubuh, vitamin juga berfungsi dalam membantu pertumbuhan dan mengatasi stres, mencegah penyakit akibat kekurangan vitamin serta mampu memperbaiki efisiensi ransum.

Fortevit dan Vita Stress merupakan produk-produk vitamin Medion
Sumber : Dok. Medion
        Kasus gangguan pencernaan pada ayam disebabkan oleh berbagai faktor, seperti adanya infeksi penyakit bakterial. Oleh karena itu tindakan manajemen kesehatan dan pemeliharaan sangat dibutuhkan untuk mengendalikan kasus gangguan agar tidak timbul kerugian yang lebih banyak. Salam.
       Pencernaan adalah penguraian bahan makanan ke dalam zat-zat makanan dakam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh jaringan-jaringan tubuh. Pada pencernaan tersangkut suatu seri proses mekanis dan khemis dan dipengaruhi oleh banyak faktor.
       Unggas mengambil makanannya dengan paruh dan kemudian terus ditelan. Makanan tersebut disimpan dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan proventrikulus dan kemudian digiling dalam empedal. Tidak ada enzim pencernaan yang dikeluarkan oleh empedal unggas. Fungsi utama alat tersebut adalah untuk memperkecil ukuran partikel-partikel makanan.

      Dari empedal, makanan bergerak melalui lekukan usus yang disebut duodenum, yang secara anatomis sejajar dengan pankreas. Pankreas tersebut mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies-spesies lainnya. Alat tersebut menghasilkan getah pankreas dalam jumlah banyak yang mengandung enzim-enzim amilolitik, lipolitik dan proteolitik. Enzim-enzim tersebut berturut-turut menghidrolisa pati, lemak, proteosa dan pepton. Empedu hati yang mengandung amilase, mamasuki pula duodenum.

       Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan getah usus. Getah usus tersebut mengandung erepsin dan beberapa enzim yang memecah gula. Erepsin menyempurnakan pencernaan protein, dan menghasilkan asam-asam amino, enzim yang memecah gula mengubah disakharida ke dalam gula-gula sederhana (monosakharida) yang kemudian dapat diasimilasi tubuh. Penyerapan dilaksanakan melalui villi      usus     halus.

        Unggas tidak mengeluarkan urine cair. Urine pada unggas mengalir ke dalam kloaka dan dikeluarkan bersama-sama feses. Warna putih yang terdapat dalam kotoran ayam sebagian besar adalah asam urat, sedangkan nitrogen urine mammalia kebanyakan adalah urine. Saluran pencernaan yang relatif pendek pada unggas digambarkan pada proses pencernaan yang cepat (lebih kurang empat jam).













TUGAS TERNAK RUMINANSIA & NON RUMINANSIA (PET2317)
 

                              





OLEH :
ARDIANSYAH
60700112049
B




JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2013
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar