BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tidak pernah sebelumnya dalam sejarah
manusia memiliki daging konsumsi yang telah terkontaminasi, terinfeksi, dan
sakit seperti hari ini. Ada beberapa hal-hal serius yang berhubungan dengan
makan daging, terutama penyakit yang telah terbukti.
Penyakit jantung, salah satu penyakit
pembunuh massal, yang sebagian besar terkait dengan makanan yang kaya daging
dan produk hewani lainnya. Ada banyak penyakit lainnya seperti kanker bahwa
dalam banyak hal keberadaan mereka berkaitan erat dengan konsumsi daging dan
produk hewani lainnya. Seperti Thomas Moffett berkata, "Manusia menggali
kuburan mereka dengan gigi mereka sendiri dan oleh instrumen itu lebih banyak
yang mati daripada senjata musuh mereka.
Gelombang keterkejutan dialami dunia pada
Rabu, 20 Maret, 1996 ketika sekelompok ilmuwan bergengsi Inggris
mengungkapkan bahwa penyakit sapi gila itu sedang menular kepada manusia.
Industri daging Inggris berhenti total, rakyat Inggris menjadi vegetarian
dan Uni Eropa melarang daging sapi dari Inggris.
Sejak saat itu, otopsi ternak sekarat
karena penyakit sapi gila mengungkapkan infeksi sistem saraf yang makan
lubang-lubang kecil di otak, yang kemudian benar-benar tampak seperti spons.
Penampilan ini memberikan nama bagi penyakit ini , Bovine Spongiform
Encephalopathy, atau BSE, lebih dikenal sebagai penyakit sapi gila.
Terinfeksi, sapi yang sebelumnya jinak,
mengembangkan kerusakan mental dan kelainan perilaku, menjadi mudah
tersinggung, gugup, atau agresif, terjadi penurunan berat badan dan
mengembangkan masalah koordinasi parah sebelum mereka mati. Hal ini tentu saja,
telah menjadi tragedi yang mengerikan untuk populasi ternak, dan juga takut
karena BSE dapat ditularkan dari satu makhluk hidup kepada mahluk hidup yang
lain. Sekitar 20 spesies hewan telah didokumentasikan memiliki gejala dengan
penyakit yang menyerupai BSE. Hewan ini termasuk cerpelai, kucing, domba, rusa
bagal, monyet, babi, tikus, kambing, rusa, burung unta, cheetah, puma, dan
ocelots.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini yaitu
Pengertian sapi
gila, penyebab dan gejala penyakit sapi gila,penularan penyakit kepada sapi
lain dan manusia dan pengendalian infeksi penyakit dan pengobatan.
BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian Sapi Gila
Penyakit sapi gila (Bovine Spongiform
encephalopathy/BSE) adalah penyakit yang disebabkan oleh bahan infeksius yang
baru dikenal dan disebut prion. BSE menyerang sapi dan tanda-tanda BSE itulah
yang baru-baru ini ditemukan pada seekor sapi di Washington, Amerika Serikat
sehingga menyebabkan kepanikan di seluruh dunia.Mengapa kepanikan itu muncul ?
Karena Amerika Serikat adalah produsen besar daging sapi dan turunannya dan
diduga prion yang menyebabkan BSE , dapat menular kepada manusia dan
menyebabkan penyakit yang dalam istilah kedokteran disebut Subacute Spongiform
Encephalopathy (SSE).
Penyakit sapi gila / mad cow atau dalam
dunia kedokteran hewan dikenal sebagai bovine spongiform encephalopathy
(BSE) adalah penyakit yang menyerang otak dan bersifat fatal (fatal
neurological disease). Kalau selama ini secara umum dikenal agen-agen
penyakit yang infeksius diklasifikasikan dalam kelompok virus, bakteri,
parasit, dan cendawan, maka agen penyebab BSE adalah suatu jenis agen penyakit
lain yang selama ini belum dikenal yang disebut Prion (Proteinaceous
infectious).
BSE telah diketahui pertama kali tahun
1986 di Inggris. BSE merupakan penyakit hewan yang dapat ditularkan kepada
manusia (zoonosis) melalui konsumsi produk asal hewan yang mengidap BSE. BSE
merupakan salah satu penyakit yang disebabkan prion dan tergolong dalam
kelompok penyakit transmissible spongiform encephalopathy (TSE). Pada
manusia dikenal beberapa penyakit yang disebabkan oleh prion, yaitu penyakit
kuru, CJD (Creutzfeld Jakob Disesase), vCJD (Variant Creutzfeld Jakob
Disesase), Gerstmann-Staussler-Sheinker Disease (GSS), dan FFI (Fatal
Familial Insomnia). Beberapa teori tentang asal timbulnya BSE dikemukakan
oleh para ahli. Di antaranya teori tentang adanya perubahan pola pakan sapi
dengan menggunakan tepung daging dan tulang (meat and bone meal / MBM)
yang terkontaminasi oleh agen penyebab scrapie (protein
penyebab penyakit sapi gila) pada domba dan kambing).
Penyakit sapi gila ini selalu dimasukkan ke dalam penyakit Creutzfeld-Jakob
(CJ), karena penyakit ini mirip dengan gejala penyakit yang ditimbulkan sapi
gila. Hanya saja penyakit CJ terutama menyerang pada lansia sedangkan penyakit
sapi gila terjadi pada umur relatif muda. Berdasarkan hal tersebut maka
penyakit sapi gila disebut sebagai varian baru penyakit CJ (new variant CJ).
Akibat penyakit sapi gila, pada otak terjadi perlubangan pada jaringan otak
atau disebut spongious (berlubang seperti busa).
2.Penyebab penyakit
sapi gila
Dunia kesehatan selalu dihadapkan
pada fenomena baru setiap kali ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil
mengungkapkan sesuatu yang baru. Biokimia tidak dikenal mutasi DNA.Prion
protein (PrP) atau biasa disebut prion adalah sejenis protein yang diperoleh
dari jaringan otak binatang yang terkena penyakit radang otak yang tidak diketahui
sebabnya yang disebut bovine spongiform encephalopathy. Prion bukan benda hidup
yang lengkap layaknya bakteri, virus ataupun protozoa. Prion dapat dibedakan
dari virus atau viroid karena tidak memiliki asam nukleat dan oleh karenanya
dia tahan terhadap semua prosedur yang bertujuan mengubah atau menghidrolisa
asam nukleat termasuk ensim protease ,sinar ultraviolet, radiasi dan berbagai
zat kimia seperti deterjen, zat yang menimbulkan denaturasi protein seperti
obat disinfektan atau pemanasan/perebusan. Namun yang mengherankan prion
memiliki kemampuan memperbanyak diri melalui mekanisme yang hingga saat ini
belum diketahui. Prion sampai sekarang dianggap sebagai benda yang bertanggung
jawab terhadap kejadian ensefalopati pada penyakit sapi gila (BSE),
Creutzfeldt-Jakob Disease (CJD) , Gerstmann-Straussler Syndrome dan penyakit
Kuru sejenis penyakit kelumpuhan yang timbul pada keluarga tertentu . Semuanya
memiliki gejala yang sama yaitu jaringan otaknya mengalami degenerasi menjadi
benda yang berlubang ? lubang kecil seperti layaknya karet busa atau spons dan
oleh karena itu disebut sebagai spongiform encephalopathy, keadaan itu sejalan
dengan gangguan pergerakan anggota tubuh/kelumpuhan yang terjadi yang semakin
lama semakin berat dan
akhirnya menimbulkan kematian.Sebenarnya, struktur gene Prion
telah ditemukan , dan diketahui pula bahwa pada binatang yang terinfeksi maupun
pada percobaan inokulasi prion maka akan terjadi penumpukan prion pada jaringan
otak . Prion diduga menyebar melalui dan di dalam jaringan saraf . Kesenjangan
pengetahuan tentang biologi molekuler prion dan patogenesis penyakit yang
disebabkannya, sampai sekarang masih besar dan secara intensif sedang dilakukan
penelitian untuk memperkecil kesejangan itu .
Creutzfeldt-Jakob Disease dan varian CJD, gejala CJD diawali perlahan-lahan
dengan munculnya kebingungan, kemudian timbul kepikunan yang progresif , lalu
timbul kesulitan berjalan.serta gemetaran . Selanjutnya penyakit menyerang
dengan cepat dan kematian biasanya terjadi dalam 3 ? 12 bulan, dengan rata-rata
7 bulan.Penyakit CJD telah dilaporkan oleh berbagai negara di dunia, antara
lain Amerika Serikat, Chili, Slovakia dan Israel. Tetapi pada pertengahan tahun
1999 telah dilaporkan lebih dari 40 kasus mirip CJD yang dikenal sebagai
variant Creutzfeldt-Jakob Disease (vCJD) dan hampir semua kasus berasal dari
Inggris , negara dimana dalam 10 tahun sebelumnya terjadi wabah BSE yang
menimpa ribuan sapi. Keprihatinan yang timbul disebabkan kemungkinan penularan
CJD karena mengkonsumsi daging sapi yang terkena infeksi prion menyebabkan
dilakukannya penelitian epidemiologi secara besar-besaran . Hasil penelitian
sampai saat ini menyatakan bahwa varian baru CJD mungkin memang ada. Penyakit
itu yang dikenal cebagai vCJD , dilaporkan muncul di Inggris dan beberapa
negara Eropa. Akan tetapi sebenarnya CJD dan vCJD adalah dua hal yang berbeda,
karena tidak seperti CJD yang menyerang orang-orang usia lanjut (60 ? 80 tahun,
dan lebih dari 99% menyerang umur lebih dari 35 tahun) , vCJD menyerang anak
muda (20-30 tahun), di samping itu hasil pemeriksaan elektroensefalografipun
berbeda, dan perjalanan penyakit vCJD lebih panjang daripada CJD. Varian CJD
berlangsung 12 ? 15 bulan sedangkan CJD hanya 3 ? 6 bulan. Dalam eksperimen
pada otak tikus, ternyata otak sapi yang sakit dapat menularkan penyakit
spongiform encephalopathy yang sama pada tikus. Meskipun demikian belum tentu
BSE merupakan penyebab vCJD. Karena meskipun penyakit itu serupa namun banyak
perbedaan yang jelas yang mendukung bahwa mungkin vCJD hanyalah suatu varian
dari CJD yang ditemukan setelah dilakukan penelitian epidemiologi besar-besaran
sehubungan dengan dugaan kemungkinan BSE sebagai penyebab CJD.Prion dapat
menimbulkan penyakit sapi gila yang disebut dengan Bovine Spongiform
Encephalopathy(BSE). Prion dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak
hewan yang terinfeksi. Jaringan otak dapat mengalami degenerasi karakteristik
menjadi bentuk yang berpori-pori menyerupai sponge. Pada jaringan otak juga
ditemukan bentukan menyerupai benang-benang (fibril) (Handoyo, 2007). Sapi yang
terinfeksi prion ini dapat diketahui pada sapi yang berusia antara tiga sampai
lima tahun.Penyakit ini dapat menular dari hewan ke hewan lain maupun dari
hewan ke manusia, mekanisme penularannya adalah sebagai berikut:
- Dari hewan ke hewan, dapat ditularkan sebagian besar karena pemberian pakan ternakdari daging atau tulang yang telah terinfeksi oleh penyakit sapi gila melalui pakan, juga dapat melalui peralatan kandang, kendaraan pengangkut maupun alat penggiling makanan. Selain itu penyebaran penyakit ini juga dapat ditularkan dari induk yang bunting kepada anaknya (Wawunx, 2008).
- Hewan ke manusia, melalui makanan yang berasal dari hewan (sapi) sakit BSE, material medis & produk hewan seperti: enzim, kapsul, vaksin yang menggunakan biakan sel otak yang berasal dari hewan sakit.
- Manusia ke manusia, dapat terjadi melalui donor darah. Penggunaan peralatan medis yang terkontaminasi prion juga dapat dijadikan penyebab, misalnya melalui operasi transplantasi kornea mata dan penggunaan elektroda perak pada stereotaktik elektroensefalografi operasi otak.
Menurut Handoyo salah satu hipotesis
(dugaan) mengenai bagaimana mekanisme prion dapat menular pada manusia adalah
sebagai berikut:
- Pada setiap DNA sel individu normal terdapat gen yang disebut PrP (for Prion Protein). Gen tersebut terletak pada kromosom nomor 20 pada manusia. Pada manusia normal, PrP disebut PrPc (c= seluler). PrP abnormal disebut PrPsc ditemukan pada hewan yang terkena sindrom sapi gila.
- Injeksi gen abnormal pada hewan eksperimen normal dapat menyebabkan penyakit sapi gila.
- Ketika gen abnormal mengalami kontak dengan gen normal, maka gen PrP normal akan berubah menjadi gen abnormal.
- Selanjutnya molekul yang mengandung gen abnormal yang baru tadi akan menyerang molekul lain yang memiliki gen PrP normal. Akibatnya semua molekul DNA menjadi memiliki PrP abnormal dan terkena penyakit sapi gila tadi.
3. Gejala
penyakit sapi gila
yaitu jaringan otak manusia maupun hewan
yang terinfeksi mengalami degenerasi menjadi benda yang berlubang-lubang kecil
seperti spons dan oleh karena itu disebut spongiform encephalopathy,
keadaan itu sejalan dengan gangguan pergerakan anggota tubuh atau kelumpuhan
yang terjadi yang semakin lama semakin parah yang akhirnya menimbulkan
kematian.
Penyakit ini memiliki karakteristik dengan masa inkubasi yang panjang hingga beberapa tahun, Inkubasi BSE pada sapi berlangsung antara tiga tahun hingga delapan tahun, sedangkan pada manusia masa inkubasinya belum diketahui, tetapi diperkirakan sekitar 5 tahun hingga 20 tahun. Selama masa inkubasi tidak ada tanda-tanda penyakit yang kasatmata.Gejala atau tanda penyakit sapi gila :kejang,halusinasi,cacat jantung,paralisis pernafasan,infeksi,kesulitan menelan,menyentak (tiba-tiba),kecemasan,depresi,lemah,kehilangan ingatan dan gangguan tidur.
Penyakit ini memiliki karakteristik dengan masa inkubasi yang panjang hingga beberapa tahun, Inkubasi BSE pada sapi berlangsung antara tiga tahun hingga delapan tahun, sedangkan pada manusia masa inkubasinya belum diketahui, tetapi diperkirakan sekitar 5 tahun hingga 20 tahun. Selama masa inkubasi tidak ada tanda-tanda penyakit yang kasatmata.Gejala atau tanda penyakit sapi gila :kejang,halusinasi,cacat jantung,paralisis pernafasan,infeksi,kesulitan menelan,menyentak (tiba-tiba),kecemasan,depresi,lemah,kehilangan ingatan dan gangguan tidur.
4.Pengendalian infeksi
Prion dikenal menyebabkan penyakit pada binatang yaitu penyakit sapi gila, scrapie pada domba dan kambing, serta ensefalopati yang ditularkan pada minks, dan pada kijang Empat prion diketahui menyebabkan penyakit neurodegeneratif yang ditularkan.(transmissible neuro degenerative disease) pada manusia yaitu CJD , Gertsmann-Scheinker Syndrome, penyakit Kuru dan fatal familial insomnia. Seperti telah dibicarakan dimuka, pada tahun 1999 suatu varian baru CJD (vCJD) muncul dan dikaitkan keberadaannya dengan penyakit sapi gila. Meskipun demikian sampai sekarang belum ada bukti yang terdokumentasi bahwa infeksi prion pada manusia terjadi akibat penularan prion dari binatang. Sampai sekarang hanya manusia yang diyakini sebagai reservoir Creutzfeldt-Jakob Disease. Dalam catatan kepustakaan, penularan CJD dari manusia ke manusia dapat terjadi pada penggunaan alat yang tidak steril dari prion, misalnya pernah dilaporkan pada operasi transplantasi kornea mata, dan penggunaan elektroda perak pada stereotaktik elektroensefalografi . Di dalam penelitian di laboratorium, jaringan otak, cairan otak dan sumsum tulang belakang yang mengandung prion akan terus menularkan penyakit tersebut apabila diberikan kepada primata dan hewan lainnya.Penularan prion yang terkait CJD sampai sekarang masih sulit dikontrol melalui sterilisasi karena sifatnya yang tahan terhadap cara-cara sterilisasi biasa termasuk merebus dalam air sampai mendidih, memberikan radiasi ultraviolet, radiasi pengion, alkohol 70%, dan formalin 10%.
Prion dikenal menyebabkan penyakit pada binatang yaitu penyakit sapi gila, scrapie pada domba dan kambing, serta ensefalopati yang ditularkan pada minks, dan pada kijang Empat prion diketahui menyebabkan penyakit neurodegeneratif yang ditularkan.(transmissible neuro degenerative disease) pada manusia yaitu CJD , Gertsmann-Scheinker Syndrome, penyakit Kuru dan fatal familial insomnia. Seperti telah dibicarakan dimuka, pada tahun 1999 suatu varian baru CJD (vCJD) muncul dan dikaitkan keberadaannya dengan penyakit sapi gila. Meskipun demikian sampai sekarang belum ada bukti yang terdokumentasi bahwa infeksi prion pada manusia terjadi akibat penularan prion dari binatang. Sampai sekarang hanya manusia yang diyakini sebagai reservoir Creutzfeldt-Jakob Disease. Dalam catatan kepustakaan, penularan CJD dari manusia ke manusia dapat terjadi pada penggunaan alat yang tidak steril dari prion, misalnya pernah dilaporkan pada operasi transplantasi kornea mata, dan penggunaan elektroda perak pada stereotaktik elektroensefalografi . Di dalam penelitian di laboratorium, jaringan otak, cairan otak dan sumsum tulang belakang yang mengandung prion akan terus menularkan penyakit tersebut apabila diberikan kepada primata dan hewan lainnya.Penularan prion yang terkait CJD sampai sekarang masih sulit dikontrol melalui sterilisasi karena sifatnya yang tahan terhadap cara-cara sterilisasi biasa termasuk merebus dalam air sampai mendidih, memberikan radiasi ultraviolet, radiasi pengion, alkohol 70%, dan formalin 10%.
Penyakit sapi gila ini menampakkan
gejala kegilaan, yaitu kehilangan koordinasi, depresi, ketakutan, terlalu peka,
tremor, agresif, gerakannya tidak terarah, gelisah, dan gejala psikis lainnya.
Selain itu, produksi susunya juga menurun. Gejala itu muncul karena ada kerusakan
otak yang terjadi secara perlahan-lahan, di mana akhirnya otak sapi tersebut
berbentuk seperti spons. Makanya, dalam Bahasa Latin penyakit itu disebut bovine spongiformence phalopathy (BSE).
Setelah itu, selama dua minggu hingga enam bulan sapi akan mati.
Penyakit sapi gila dikategorikan
dalam daftar B yaitu kategori penyakit menular pada hewan yang memiliki
kepentingan sosio-ekonomis atau kesehatan masyarakat,terutama dalam perdagangan
hewan dunia. Selain daftar B, ada juga daftar A yaitu penyakit menular pada
hewan yang memiliki kemampuan menular sangat cepat dan berbahaya. Contohnya
adalah Penyakit Mulut dan Kuku yang menyerang sapi.
Penyakit sapi gila pertama kali
diidentifikasi di Inggris pada November 1986 sebanyak 170.000 kasus. Kejadian
sporadis terjadi juga di beberapa negara Eropa. Hingga saat ini sejumlah kasus
sapi gila masih teridentifikasi di sejumlah negara Eropa. Dari tahun 1989
hingga 2000 telah terjadi 1.642 kasus sapi gila di sejumlah negara, seperti
Belgia, Perancis, Italia, Portugal, dan Spanyol. Merujuk data Organisasi
Kesehatan Hewan Dunia, tidak pernah dilaporkan kejadian penyakit sapi gila di
Indonesia. Penyakit penyakit yang umumnya menyerang sapi di Indonesia tercatat
adalah haemorragic septicaemia, bovine anaplasmosis, bovine brucellosis, dan
malignant catarrhal fever. Di negara-negara tetangga Indonesia yang berdekatan
secara geografis seperti Malaysia atau Brunei Darussalam, juga belum pernah
dilaporkan adanya penyakit sapi gila.
5.
Penularan penyakit sapi gila
Penularan yang paling banyak
terjadi-melalui makanan sapi yang terbuat dari cacahan daging sapi atau tulang
yang terinfeksi penyakit sapi gila atau dari bangkai hewan. Penyebaran penyakit
ini cukup dengan sedikit saja bahan yang terkontaminasi. Sisa sedikit saja dari
daging dan tulang yang tertinggal di mesin pencampur pakan ternak atau
kendaraan pengangkut sudah akan menyebabkan persoalan besar.
Jalan terbaik untuk memutuskan
penyebaran penyakit ini tidak bisa lain kecuali melarang sepenuhnya penjualan
produk dari ternak yang terjangkit sapi gila. Dilaporkan pula kejadian
penularan melalui induk sapi kepada anaknya, walaupun belum diketahui dengan
pasti mekanisme biologisnya. Yang pasti, belum dilaporkan penularan melalui
kontak langsung secara horizontal antara satu sapi dengan sapi lainnya.
6.Penularan penyakit kepada manusia
Penyakit sapi gila ditularkan kepada
manusia melalui konsumsi daging sapi yang terinfeksi, atau berkontak dengan
sapi-sapi yang terjangkit penyakit sapi gila. Penyakit sapi gila ini, menyerang
jaringan saraf otak manusia dalam bentuk varian Creutzfeldt Jakob Disease (CJD) dan bersifat degeneratif.
Manusia yang terkena penyakit CJD akan kehilangan kekuatannya, pertumbuhan
badannya praktis terhenti. Penyakit ini, cepat atau lambat merambat ke otak
kemudian membuat otak manusia tidak lagi utuh, berubah seperti spons atau busa
kursi yang bolong-bolong. Jika ini terjadi, maka tidak ada kekuatan yang bisa
menahan kecuali mukjizat Tuhan.
Pada tahun 1998 ilmuwan juga
menemukan bahwa agen penyakit itu tidak hanya berada di otak, tetapi juga di
darah. Penyakit ini hingga sekarang
belum ada vaksinnya, dan dilaporkan telah membunuh 92 orang (Departemen
Pertanian AS/USDA), tetapi ada juga yang melaporkan hingga 129 (World Health
Organization/WHO) dan 137 orang. Penularan BSE kepada manusia terjadi
melalui konsumsi daging sapi yang terinfeksi yang kemudian menyerang jaringan
syaraf manusia dalam bentuk varian Creutzfeldt Jakob Disease (vCJD) [ penurunan
fungsi otak yang menyebabkan demensia dan yang paling parah] . Manusia yang
terkena vCJD akan kehilangan kekuatannya, pertumbuhan badannya praktis
terhenti. Penyakit ini cepat atau lambat akan merambat ke otak kemudian membuat
otak manusia tidak lagi utuh, berubah seperti spons atau busa kursi yang bolong-bolong.Telah
terinfeksi dengan penyakit ini akan memperlihatkan gejala klinis awal berupa
sakit kepala, ketidakseimbangan refleks berjalan, gangguan penglihatan (mata
kabur), dan vertigo. [sering juga disebut pusing berputar, atau pusing tujuh keliling) adalah kondisi di
mana seseorang merasa pusing disertai berputar atau lingkungan terasa berputar
walaupun badan orang tersebut sedang tidak bergerak ]. Juga gangguan mental
berupa hilang ingatan dan perubahan mood (bisa menjadi kalem, marah atau
romantis). Gejala ini muncul berkisar dua tahun sampai sepuluh tahun setelah
seseorang mengkonsumsi daging sapi gila. Dalam tahap lanjut gejala tersebut
berkembang menjadi tidak bisa mendengar dan tidak bisa berbicara. Sayangnya,
sampai sekarang belum ditemukan obat maupun vaksin yang mampu mencegah penyakit
tersebut. Selain menular dari hewan ke manusia, mad cow bisa juga menular dari
manusia ke manusia bila orang sehat mendapatkan transplantasi organ dari orang
yang mengalami BSE. Sampai saat ini di Indonesia belum ditemukan adanya kasus
BSE baik pada sapi maupun pada manusia. Namun demikian penyakit ini harus tetap
diwaspadai karena ada kemungkinan akan masuk ke Indonesia melalui peredaran
daging secara ilegal.
7. Penyebaran penyakit sapi gila
BSE tidak disebabkan oleh bakteri atau
virus. Hal ini disebabkan oleh prion, protein yang tangguh tahan terhadap
kebanyakan bentuk desinfeksi. Karena mereka memiliki komposisi yang tidak biasa
(mereka berkembang ke dalam pola, yang tidak biasa), mereka sangat kuat dan
karena itu tidak mudah dihancurkan. Prion masih memiliki beberapa infektivitas
bahkan setelah terkena satu jam penuh panas kering pada suhu 680 derajat dan
mereka tidak hancur dengan pembekuan, pengeringan, atau radiasi pengion.Prion
dapat datang ke dalam kontak dengan protein otak yang normal dan dapat
memengaruhi mereka untuk mengambil tiga bentuk dimensi protein prion, menghasilkan
reaksi berantai dari semua protein tetangga. Protein yang telah berubah ini
mengakibatkan penyakit fatal yang semakin tidak memiliki perawatan yang
dikenal.Gejala penyakit itu adalah perubahan dalam kebiasaan makan dan tidur,
maka kesulitan dalam berkonsentrasi dan kehilangan memori. Itu kemudian
berlanjut pada perubahan perilaku, kehilangan penglihatan, ketiadaan
koordinasi, inkontinensia, kejang otot dan kejang. Akhirnya, pasien menjadi
tidak mampu untuk merawat diri, dan berikutnya kematian.Telah ditemukan dari
populasi siswa kanibalisme di New Guinea yang terkait penyakit
prion menular dari satu manusia ke manusia yang lain. Kelompok orang yang
dengan ritual kanibalisme tertentu memerintahkan anak-anak makan otak orang tua
mereka yang telah meninggal. Banyak anak-anak ini dinyatakan terkena kuru,
penyakit yang mirip dengan penyakit Creutzfeldt-Jakob (CJD)-bentuk manusia dari
BSE.Alat-alat medis yang terkontaminasi juga menyebarkan CJD karena prion sulit
untuk dibunuh. Produk tubuh, seperti mata dan jaringan otak dari mayat manusia,
telah dikaitkan dengan transmisi CJD.Sayangnya, saat ini tidak ada cara praktis
untuk menentukan apakah sapi memiliki infeksi prion sampai memasuki tahap akhir
dari penyakit, karena masa inkubasi yang panjang BSE yang khas. Hal ini juga
disayangkan bahwa sapi mungkin memiliki BSE bahkan jika perubahan
spongiform-tanda otak tidak ditemukan pada otopsi. Ini berarti bahwa perkiraan
penyakit di kedua sapi (dan manusia) dapat terlalu diremehkan karena prion
penyakit seperti CJD dan BSE memiliki periode-up seperti inkubasi yang panjang
hingga 30 tahun dengan CJD dan sampai enam atau delapan tahun untuk BSE
8. Pengobatan
Penyakit ini tidak dapat disembuhkan,
dan progresifitasnya tidak dapat diperlambat. Bisa diberikan obat-obatan untuk
mengendalikan perilaku yang agresif (misalnya obat penenang, anti- psikosa).Pencegahan Menghindari
pencangkokan jaringan manusia yang terinfeksi atau menghindari makan jaringan
hewan yang terinfeksi. Hasil studi kristalografi dengan menggunakan sinar X
ditemukan adanya dua struktur protein PrP yang berbeda. Pada protein PrP normal
(Gambar 5), semua struktur sekundernya adalah alpha-heliks, sedangkan pada PrP
yang menyebabkan penyakit, terdapat perubahan struktur pada daerah tertentu
-sheet(Gambar 6). Dari hasil studi inib-heliks menjadi adari -heliks menjadi beta-sheet inilah yangamenyarankan
bahwa perubahan menyebabkan protein ini
menjadi desease agent. Protein yang menyebabkan penyakit sapi gila ini kemudian
dinamai Scrapie PrP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sekali scrapie PrP
terbentuk ia akan menginduksi perubahan struktur dari protein PrP normal untuk
menjadi Scrapie PrP
BAB
III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Penyakit
sapi gila merupakan salah satu penyakit yang menyerang syaraf pusat pada sapi
yang berupa degenerasi sel sel syaraf sapi dewasa hingga jaringan otak
mengalami perubahan mirip spons. Penyakit sapi gila ini tidak ditularkan secara
langsung oleh sapi kepada ternak lainnya. penyebaran penyakit ini dengan cara
sapi memakan atau mengkonsumsi bahan pakan yang mengandung bibit penyakit /
prion. Yaitu suatu molekul protein tubuh yang telah mengalami perubahan
konfigurasinya, di tandai dengan perubahan perangai, bisa dalam bentuk
ketakutan ataupun nampak agresif, hilangnya koordinasi, tidak mampu untuk
bangun, dan akhirnya menyebabkan kematian hewan penderita penyakit sapi gila.Penyakit
ini bisa menular ke hewan lain dan juga manusia sendiri.
2. Saran
Untuk meningkatkan mutu dan
relevansi,penyusunan makalah ini mempertimbangkan pula berbagai kecendrungan
baru dalam teori belajar,pendekatan belajar pembelajaran,maupun kecendrungan
global pendidikan.
Penulis menyadari,bahwa isi makalah ini
masih jauh dari sempurna.Karena itu kritik masukan dan sumbang saran pembaca sangat
kami harapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
lhttp://www.anneahira.com/sapi.htm
http://tripavillage.blogspot.com/2013/05/mengenal-penyakit-sapi-gila-dan.html
TUGAS MIKROBIOLOGI TERNAK
(Penyakit Sapi Gila)
OLEH:
KELOMPOK
III
ARDIANSYAH
(60700112049) MARNILA L
(60700112048)
YULIANTI
(60700112050) RANO
KARNO(607001120520
JURUSAN
ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar