Jumat, 12 Juli 2013

Makalah Sapi Gila


BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
        Tidak pernah sebelumnya dalam sejarah manusia memiliki daging konsumsi yang telah terkontaminasi, terinfeksi, dan sakit seperti hari ini. Ada beberapa hal-hal serius yang berhubungan dengan makan daging, terutama penyakit yang telah terbukti.
       Penyakit jantung, salah satu penyakit pembunuh massal, yang sebagian besar terkait dengan makanan yang kaya daging dan produk hewani lainnya. Ada banyak penyakit lainnya seperti kanker bahwa dalam banyak hal keberadaan mereka berkaitan erat dengan konsumsi daging dan produk hewani lainnya. Seperti Thomas Moffett berkata, "Manusia menggali kuburan mereka dengan gigi mereka sendiri dan oleh instrumen itu lebih banyak yang mati daripada senjata musuh mereka.
       Gelombang keterkejutan dialami dunia pada Rabu, 20 Maret, 1996 ketika sekelompok ilmuwan bergengsi Inggris  mengungkapkan bahwa penyakit sapi gila itu sedang menular kepada  manusia. Industri daging Inggris  berhenti total, rakyat Inggris menjadi vegetarian dan Uni Eropa melarang daging sapi dari Inggris.
       Sejak saat itu, otopsi ternak sekarat karena penyakit sapi gila mengungkapkan infeksi sistem saraf yang makan lubang-lubang kecil di otak, yang kemudian benar-benar tampak seperti spons. Penampilan ini memberikan nama bagi penyakit ini , Bovine Spongiform Encephalopathy, atau BSE, lebih dikenal sebagai penyakit sapi gila.
       Terinfeksi, sapi yang sebelumnya jinak, mengembangkan kerusakan mental dan kelainan perilaku, menjadi mudah tersinggung, gugup, atau agresif, terjadi penurunan berat badan dan mengembangkan masalah koordinasi parah sebelum mereka mati. Hal ini tentu saja, telah menjadi tragedi yang mengerikan untuk populasi ternak, dan juga takut karena BSE dapat ditularkan dari satu makhluk hidup kepada mahluk hidup yang lain. Sekitar 20 spesies hewan telah didokumentasikan memiliki gejala dengan penyakit yang menyerupai BSE. Hewan ini termasuk cerpelai, kucing, domba, rusa bagal, monyet, babi, tikus, kambing, rusa, burung unta, cheetah, puma, dan ocelots.
2. Rumusan Masalah
        Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini   yaitu
Pengertian sapi gila, penyebab dan gejala penyakit sapi gila,penularan penyakit kepada sapi lain dan manusia dan pengendalian infeksi penyakit dan pengobatan.







BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian Sapi Gila           
       Penyakit sapi gila (Bovine Spongiform encephalopathy/BSE) adalah penyakit yang disebabkan oleh bahan infeksius yang baru dikenal dan disebut prion. BSE menyerang sapi dan tanda-tanda BSE itulah yang baru-baru ini ditemukan pada seekor sapi di Washington, Amerika Serikat sehingga menyebabkan kepanikan di seluruh dunia.Mengapa kepanikan itu muncul ? Karena Amerika Serikat adalah produsen besar daging sapi dan turunannya dan diduga prion yang menyebabkan BSE , dapat menular kepada manusia dan menyebabkan penyakit yang dalam istilah kedokteran disebut Subacute Spongiform Encephalopathy (SSE).
       Penyakit sapi gila / mad cow atau dalam dunia kedokteran hewan dikenal sebagai bovine spongiform encephalopathy (BSE) adalah penyakit yang menyerang otak dan bersifat fatal (fatal neurological disease). Kalau selama ini secara umum dikenal agen-agen penyakit yang infeksius diklasifikasikan dalam kelompok virus, bakteri, parasit, dan cendawan, maka agen penyebab BSE adalah suatu jenis agen penyakit lain yang selama ini belum dikenal yang disebut Prion (Proteinaceous infectious).
       BSE telah diketahui pertama kali tahun 1986 di Inggris. BSE merupakan penyakit hewan yang dapat ditularkan kepada manusia (zoonosis) melalui konsumsi produk asal hewan yang mengidap BSE. BSE merupakan salah satu penyakit yang disebabkan prion dan tergolong dalam kelompok penyakit transmissible spongiform encephalopathy (TSE). Pada manusia dikenal beberapa penyakit yang disebabkan oleh prion, yaitu penyakit kuru, CJD (Creutzfeld Jakob Disesase), vCJD (Variant Creutzfeld Jakob Disesase), Gerstmann-Staussler-Sheinker Disease (GSS), dan FFI (Fatal Familial Insomnia). Beberapa teori tentang asal timbulnya BSE dikemukakan oleh para ahli. Di antaranya teori tentang adanya perubahan pola pakan sapi dengan menggunakan tepung daging dan tulang (meat and bone meal / MBM) yang terkontaminasi oleh agen penyebab scrapie   (protein penyebab penyakit sapi gila) pada domba dan kambing). Penyakit sapi gila ini selalu dimasukkan ke dalam penyakit Creutzfeld-Jakob (CJ), karena penyakit ini mirip dengan gejala penyakit yang ditimbulkan sapi gila. Hanya saja penyakit CJ terutama menyerang pada lansia sedangkan penyakit sapi gila terjadi pada umur relatif muda. Berdasarkan hal tersebut maka penyakit sapi gila disebut sebagai varian baru penyakit CJ (new variant CJ). Akibat penyakit sapi gila, pada otak terjadi perlubangan pada jaringan otak atau disebut spongious (berlubang seperti busa).
2.Penyebab penyakit sapi gila
           Dunia kesehatan selalu dihadapkan pada fenomena baru setiap kali ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil mengungkapkan sesuatu yang baru. Biokimia tidak dikenal mutasi DNA.Prion protein (PrP) atau biasa disebut prion adalah sejenis protein yang diperoleh dari jaringan otak binatang yang terkena penyakit radang otak yang tidak diketahui sebabnya yang disebut bovine spongiform encephalopathy. Prion bukan benda hidup yang lengkap layaknya bakteri, virus ataupun protozoa. Prion dapat dibedakan dari virus atau viroid karena tidak memiliki asam nukleat dan oleh karenanya dia tahan terhadap semua prosedur yang bertujuan mengubah atau menghidrolisa asam nukleat termasuk ensim protease ,sinar ultraviolet, radiasi dan berbagai zat kimia seperti deterjen, zat yang menimbulkan denaturasi protein seperti obat disinfektan atau pemanasan/perebusan. Namun yang mengherankan prion memiliki kemampuan memperbanyak diri melalui mekanisme yang hingga saat ini belum diketahui. Prion sampai sekarang dianggap sebagai benda yang bertanggung jawab terhadap kejadian ensefalopati pada penyakit sapi gila (BSE), Creutzfeldt-Jakob Disease (CJD) , Gerstmann-Straussler Syndrome dan penyakit Kuru sejenis penyakit kelumpuhan yang timbul pada keluarga tertentu . Semuanya memiliki gejala yang sama yaitu jaringan otaknya mengalami degenerasi menjadi benda yang berlubang ? lubang kecil seperti layaknya karet busa atau spons dan oleh karena itu disebut sebagai spongiform encephalopathy, keadaan itu sejalan dengan gangguan pergerakan anggota tubuh/kelumpuhan yang terjadi yang semakin lama semakin berat       dan
     akhirnya     menimbulkan   kematian.Sebenarnya, struktur gene Prion telah ditemukan , dan diketahui pula bahwa pada binatang yang terinfeksi maupun pada percobaan inokulasi prion maka akan terjadi penumpukan prion pada jaringan otak . Prion diduga menyebar melalui dan di dalam jaringan saraf . Kesenjangan pengetahuan tentang biologi molekuler prion dan patogenesis penyakit yang disebabkannya, sampai sekarang masih besar dan secara intensif sedang dilakukan penelitian untuk memperkecil kesejangan itu .
       Creutzfeldt-Jakob       Disease dan varian CJD, gejala CJD diawali perlahan-lahan dengan munculnya kebingungan, kemudian timbul kepikunan yang progresif , lalu timbul kesulitan berjalan.serta gemetaran . Selanjutnya penyakit menyerang dengan cepat dan kematian biasanya terjadi dalam 3 ? 12 bulan, dengan rata-rata 7 bulan.Penyakit CJD telah dilaporkan oleh berbagai negara di dunia, antara lain Amerika Serikat, Chili, Slovakia dan Israel. Tetapi pada pertengahan tahun 1999 telah dilaporkan lebih dari 40 kasus mirip CJD yang dikenal sebagai variant Creutzfeldt-Jakob Disease (vCJD) dan hampir semua kasus berasal dari Inggris , negara dimana dalam 10 tahun sebelumnya terjadi wabah BSE yang menimpa ribuan sapi. Keprihatinan yang timbul disebabkan kemungkinan penularan CJD karena mengkonsumsi daging sapi yang terkena infeksi prion menyebabkan dilakukannya penelitian epidemiologi secara besar-besaran . Hasil penelitian sampai saat ini menyatakan bahwa varian baru CJD mungkin memang ada. Penyakit itu yang dikenal cebagai vCJD , dilaporkan muncul di Inggris dan beberapa negara Eropa. Akan tetapi sebenarnya CJD dan vCJD adalah dua hal yang berbeda, karena tidak seperti CJD yang menyerang orang-orang usia lanjut (60 ? 80 tahun, dan lebih dari 99% menyerang umur lebih dari 35 tahun) , vCJD menyerang anak muda (20-30 tahun), di samping itu hasil pemeriksaan elektroensefalografipun berbeda, dan perjalanan penyakit vCJD lebih panjang daripada CJD. Varian CJD berlangsung 12 ? 15 bulan sedangkan CJD hanya 3 ? 6 bulan. Dalam eksperimen pada otak tikus, ternyata otak sapi yang sakit dapat menularkan penyakit spongiform encephalopathy yang sama pada tikus. Meskipun demikian belum tentu BSE merupakan penyebab vCJD. Karena meskipun penyakit itu serupa namun banyak perbedaan yang jelas yang mendukung bahwa mungkin vCJD hanyalah suatu varian dari CJD yang ditemukan setelah dilakukan penelitian epidemiologi besar-besaran sehubungan dengan dugaan kemungkinan BSE sebagai penyebab CJD.Prion dapat menimbulkan penyakit sapi gila yang disebut dengan Bovine Spongiform Encephalopathy(BSE). Prion dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak hewan yang terinfeksi. Jaringan otak dapat mengalami degenerasi karakteristik menjadi bentuk yang berpori-pori menyerupai sponge. Pada jaringan otak juga ditemukan bentukan menyerupai benang-benang (fibril) (Handoyo, 2007). Sapi yang terinfeksi prion ini dapat diketahui pada sapi yang berusia antara tiga sampai lima tahun.Penyakit ini dapat menular dari hewan ke hewan lain maupun dari hewan ke manusia, mekanisme penularannya adalah sebagai berikut:
  1. Dari hewan ke hewan, dapat ditularkan sebagian besar karena pemberian pakan ternakdari daging atau tulang yang telah terinfeksi oleh penyakit sapi gila melalui pakan, juga dapat melalui peralatan kandang, kendaraan pengangkut maupun alat penggiling makanan. Selain itu penyebaran penyakit ini juga dapat ditularkan dari induk yang bunting kepada anaknya (Wawunx, 2008).
  2. Hewan ke manusia, melalui makanan yang berasal dari hewan (sapi) sakit BSE, material medis & produk hewan seperti: enzim, kapsul, vaksin yang menggunakan biakan sel otak yang berasal dari hewan sakit.
  3. Manusia ke manusia, dapat terjadi melalui donor darah. Penggunaan peralatan medis yang terkontaminasi prion juga dapat dijadikan penyebab, misalnya melalui operasi transplantasi kornea mata dan penggunaan elektroda perak pada stereotaktik elektroensefalografi operasi otak.
       Menurut Handoyo salah satu hipotesis (dugaan) mengenai bagaimana mekanisme prion dapat menular pada manusia adalah sebagai berikut:
  1. Pada setiap DNA sel individu normal terdapat gen yang disebut PrP (for Prion Protein). Gen tersebut terletak pada kromosom nomor 20 pada manusia. Pada manusia normal, PrP disebut PrPc (c= seluler). PrP abnormal disebut PrPsc ditemukan pada hewan yang terkena sindrom sapi gila.
  2. Injeksi gen abnormal pada hewan eksperimen normal dapat menyebabkan penyakit sapi gila.
  3. Ketika gen abnormal mengalami kontak dengan gen normal, maka gen PrP normal akan berubah menjadi gen abnormal.
  4. Selanjutnya molekul yang mengandung gen abnormal yang baru tadi akan menyerang molekul lain yang memiliki gen PrP normal. Akibatnya semua molekul DNA menjadi memiliki PrP abnormal dan terkena penyakit sapi gila tadi.
 3. Gejala penyakit sapi gila
       yaitu jaringan otak manusia maupun hewan yang terinfeksi mengalami degenerasi menjadi benda yang berlubang-lubang kecil seperti spons dan oleh karena itu disebut spongiform encephalopathy, keadaan itu sejalan dengan gangguan pergerakan anggota tubuh atau kelumpuhan yang terjadi yang semakin lama semakin parah yang akhirnya menimbulkan kematian.
Penyakit ini memiliki karakteristik dengan masa inkubasi yang panjang hingga beberapa tahun, Inkubasi BSE pada sapi berlangsung antara tiga tahun hingga delapan tahun, sedangkan pada manusia masa inkubasinya belum diketahui, tetapi diperkirakan sekitar 5 tahun hingga 20 tahun. Selama masa inkubasi tidak ada tanda-tanda penyakit yang kasatmata.Gejala atau tanda penyakit sapi gila :
kejang,halusinasi,cacat jantung,paralisis pernafasan,infeksi,kesulitan menelan,menyentak (tiba-tiba),kecemasan,depresi,lemah,kehilangan ingatan dan gangguan tidur.
4.Pengendalian          infeksi
       Prion dikenal menyebabkan penyakit pada binatang yaitu penyakit sapi gila, scrapie pada domba dan kambing, serta ensefalopati yang ditularkan pada minks, dan pada kijang Empat prion diketahui menyebabkan penyakit neurodegeneratif yang ditularkan.(transmissible neuro degenerative disease) pada manusia yaitu CJD , Gertsmann-Scheinker Syndrome, penyakit Kuru dan fatal familial insomnia. Seperti telah dibicarakan dimuka, pada tahun 1999 suatu varian baru CJD (vCJD) muncul dan dikaitkan keberadaannya dengan penyakit sapi gila. Meskipun demikian sampai sekarang belum ada bukti yang terdokumentasi bahwa infeksi prion pada manusia terjadi akibat penularan prion dari binatang. Sampai sekarang hanya manusia yang diyakini sebagai reservoir Creutzfeldt-Jakob Disease. Dalam catatan kepustakaan, penularan CJD dari manusia ke manusia dapat terjadi pada penggunaan alat yang tidak steril dari prion, misalnya pernah dilaporkan pada operasi transplantasi kornea mata, dan penggunaan elektroda perak pada stereotaktik elektroensefalografi . Di dalam penelitian di laboratorium, jaringan otak, cairan otak dan sumsum tulang belakang yang mengandung prion akan terus menularkan penyakit tersebut apabila diberikan kepada primata dan hewan        lainnya.Penularan prion yang terkait CJD sampai sekarang masih sulit dikontrol melalui sterilisasi karena sifatnya yang tahan terhadap cara-cara sterilisasi biasa termasuk merebus dalam air sampai mendidih, memberikan radiasi ultraviolet, radiasi pengion, alkohol 70%, dan formalin 10%.
Penyakit sapi gila ini menampakkan gejala kegilaan, yaitu kehilangan koordinasi, depresi, ketakutan, terlalu peka, tremor, agresif, gerakannya tidak terarah, gelisah, dan gejala psikis lainnya. Selain itu, produksi susunya juga menurun. Gejala itu muncul karena ada kerusakan otak yang terjadi secara perlahan-lahan, di mana akhirnya otak sapi tersebut berbentuk seperti spons. Makanya, dalam Bahasa Latin penyakit itu disebut bovine spongiformence phalopathy (BSE). Setelah itu, selama dua minggu hingga enam bulan sapi akan mati.
Penyakit sapi gila dikategorikan dalam daftar B yaitu kategori penyakit menular pada hewan yang memiliki kepentingan sosio-ekonomis atau kesehatan masyarakat,terutama dalam perdagangan hewan dunia. Selain daftar B, ada juga daftar A yaitu penyakit menular pada hewan yang memiliki kemampuan menular sangat cepat dan berbahaya. Contohnya adalah Penyakit Mulut dan Kuku yang menyerang sapi.
       Penyakit sapi gila pertama kali diidentifikasi di Inggris pada November 1986 sebanyak 170.000 kasus. Kejadian sporadis terjadi juga di beberapa negara Eropa. Hingga saat ini sejumlah kasus sapi gila masih teridentifikasi di sejumlah negara Eropa. Dari tahun 1989 hingga 2000 telah terjadi 1.642 kasus sapi gila di sejumlah negara, seperti Belgia, Perancis, Italia, Portugal, dan Spanyol. Merujuk data Organisasi Kesehatan Hewan Dunia, tidak pernah dilaporkan kejadian penyakit sapi gila di Indonesia. Penyakit penyakit yang umumnya menyerang sapi di Indonesia tercatat adalah haemorragic septicaemia, bovine anaplasmosis, bovine brucellosis, dan malignant catarrhal fever. Di negara-negara tetangga Indonesia yang berdekatan secara geografis seperti Malaysia atau Brunei Darussalam, juga belum pernah dilaporkan adanya penyakit sapi gila.
5. Penularan penyakit  sapi gila
Penularan yang paling banyak terjadi-melalui makanan sapi yang terbuat dari cacahan daging sapi atau tulang yang terinfeksi penyakit sapi gila atau dari bangkai hewan. Penyebaran penyakit ini cukup dengan sedikit saja bahan yang terkontaminasi. Sisa sedikit saja dari daging dan tulang yang tertinggal di mesin pencampur pakan ternak atau kendaraan pengangkut sudah akan menyebabkan persoalan besar.
Jalan terbaik untuk memutuskan penyebaran penyakit ini tidak bisa lain kecuali melarang sepenuhnya penjualan produk dari ternak yang terjangkit sapi gila. Dilaporkan pula kejadian penularan melalui induk sapi kepada anaknya, walaupun belum diketahui dengan pasti mekanisme biologisnya. Yang pasti, belum dilaporkan penularan melalui kontak langsung secara horizontal antara satu sapi dengan sapi lainnya.
6.Penularan penyakit kepada manusia
Penyakit sapi gila ditularkan kepada manusia melalui konsumsi daging sapi yang terinfeksi, atau berkontak dengan sapi-sapi yang terjangkit penyakit sapi gila. Penyakit sapi gila ini, menyerang jaringan saraf otak manusia dalam bentuk varian Creutzfeldt Jakob Disease (CJD) dan bersifat degeneratif. Manusia yang terkena penyakit CJD akan kehilangan kekuatannya, pertumbuhan badannya praktis terhenti. Penyakit ini, cepat atau lambat merambat ke otak kemudian membuat otak manusia tidak lagi utuh, berubah seperti spons atau busa kursi yang bolong-bolong. Jika ini terjadi, maka tidak ada kekuatan yang bisa menahan kecuali mukjizat Tuhan.
 Pada tahun 1998 ilmuwan juga menemukan bahwa agen penyakit itu tidak hanya berada di otak, tetapi juga di darah. Penyakit ini hingga sekarang belum ada vaksinnya, dan dilaporkan telah membunuh 92 orang (Departemen Pertanian AS/USDA), tetapi ada juga yang melaporkan hingga 129 (World Health Organization/WHO) dan 137 orang. Penularan BSE kepada manusia terjadi melalui konsumsi daging sapi yang terinfeksi yang kemudian menyerang jaringan syaraf manusia dalam bentuk varian Creutzfeldt Jakob Disease (vCJD) [ penurunan fungsi otak yang menyebabkan demensia dan yang paling parah] . Manusia yang terkena vCJD akan kehilangan kekuatannya, pertumbuhan badannya praktis terhenti. Penyakit ini cepat atau lambat akan merambat ke otak kemudian membuat otak manusia tidak lagi utuh, berubah seperti spons atau busa kursi       yang    bolong-bolong.Telah terinfeksi dengan penyakit ini akan memperlihatkan gejala klinis awal berupa sakit kepala, ketidakseimbangan refleks berjalan, gangguan penglihatan (mata kabur), dan vertigo. [sering juga disebut pusing berputar, atau pusing tujuh keliling) adalah kondisi di mana seseorang merasa pusing disertai berputar atau lingkungan terasa berputar walaupun badan orang tersebut sedang tidak bergerak ]. Juga gangguan mental berupa hilang ingatan dan perubahan mood (bisa menjadi kalem, marah atau romantis). Gejala ini muncul berkisar dua tahun sampai sepuluh tahun setelah seseorang mengkonsumsi daging sapi gila. Dalam tahap lanjut gejala tersebut berkembang menjadi tidak bisa mendengar dan tidak bisa berbicara. Sayangnya, sampai sekarang belum ditemukan obat maupun vaksin yang mampu mencegah penyakit tersebut. Selain menular dari hewan ke manusia, mad cow bisa juga menular dari manusia ke manusia bila orang sehat mendapatkan transplantasi organ dari orang yang mengalami BSE. Sampai saat ini di Indonesia belum ditemukan adanya kasus BSE baik pada sapi maupun pada manusia. Namun demikian penyakit ini harus tetap diwaspadai karena ada kemungkinan akan masuk ke Indonesia melalui peredaran daging secara ilegal.
7. Penyebaran penyakit sapi gila
       BSE tidak disebabkan oleh bakteri atau virus. Hal ini disebabkan oleh prion, protein yang tangguh tahan terhadap kebanyakan bentuk desinfeksi. Karena mereka memiliki komposisi yang tidak biasa (mereka berkembang ke dalam pola, yang tidak biasa), mereka sangat kuat dan karena itu tidak mudah dihancurkan. Prion masih memiliki beberapa infektivitas bahkan setelah terkena satu jam penuh panas kering pada suhu 680 derajat dan mereka tidak hancur dengan pembekuan, pengeringan, atau radiasi pengion.Prion dapat datang ke dalam kontak dengan protein otak yang normal dan dapat memengaruhi mereka untuk mengambil tiga bentuk dimensi protein prion, menghasilkan reaksi berantai dari semua protein tetangga. Protein yang telah berubah ini mengakibatkan penyakit fatal yang semakin tidak memiliki perawatan yang dikenal.Gejala penyakit itu adalah perubahan dalam kebiasaan makan dan tidur, maka kesulitan dalam berkonsentrasi dan kehilangan memori. Itu kemudian berlanjut pada perubahan perilaku, kehilangan penglihatan, ketiadaan koordinasi, inkontinensia, kejang otot dan kejang. Akhirnya, pasien menjadi tidak mampu untuk merawat diri, dan berikutnya kematian.Telah ditemukan dari populasi siswa kanibalisme di New Guinea  yang terkait penyakit prion  menular dari satu manusia ke manusia yang lain. Kelompok orang yang dengan ritual kanibalisme tertentu memerintahkan anak-anak makan otak orang tua mereka yang telah meninggal. Banyak anak-anak ini dinyatakan terkena kuru, penyakit yang mirip dengan penyakit Creutzfeldt-Jakob (CJD)-bentuk manusia dari BSE.Alat-alat medis yang terkontaminasi juga menyebarkan CJD karena prion sulit untuk dibunuh. Produk tubuh, seperti mata dan jaringan otak dari mayat manusia, telah dikaitkan dengan transmisi CJD.Sayangnya, saat ini tidak ada cara praktis untuk menentukan apakah sapi memiliki infeksi prion sampai memasuki tahap akhir dari penyakit, karena masa inkubasi yang panjang BSE yang khas. Hal ini juga disayangkan bahwa sapi mungkin memiliki BSE bahkan jika perubahan spongiform-tanda otak tidak ditemukan pada otopsi. Ini berarti bahwa perkiraan penyakit di kedua sapi (dan manusia) dapat terlalu diremehkan karena prion penyakit seperti CJD dan BSE memiliki periode-up seperti inkubasi yang panjang hingga 30 tahun dengan CJD dan sampai enam atau delapan tahun untuk BSE
8. Pengobatan
       Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, dan progresifitasnya tidak dapat diperlambat. Bisa diberikan obat-obatan untuk mengendalikan perilaku yang agresif (misalnya       obat     penenang,        anti-       psikosa).Pencegahan Menghindari pencangkokan jaringan manusia yang terinfeksi atau menghindari makan jaringan hewan yang terinfeksi. Hasil studi kristalografi dengan menggunakan sinar X ditemukan adanya dua struktur protein PrP yang berbeda. Pada protein PrP normal (Gambar 5), semua struktur sekundernya adalah alpha-heliks, sedangkan pada PrP yang menyebabkan penyakit, terdapat perubahan struktur pada daerah tertentu -sheet(Gambar 6). Dari hasil studi inib-heliks menjadi adari  -heliks menjadi beta-sheet inilah yangamenyarankan bahwa perubahan  menyebabkan protein ini menjadi desease agent. Protein yang menyebabkan penyakit sapi gila ini kemudian dinamai Scrapie PrP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sekali scrapie PrP terbentuk ia akan menginduksi perubahan struktur dari protein PrP normal untuk menjadi Scrapie PrP


BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan  
        Penyakit sapi gila merupakan salah satu penyakit yang menyerang syaraf pusat pada sapi yang berupa degenerasi sel sel syaraf sapi dewasa hingga jaringan otak mengalami perubahan mirip spons. Penyakit sapi gila ini tidak ditularkan secara langsung oleh sapi kepada ternak lainnya. penyebaran penyakit ini dengan cara sapi memakan atau mengkonsumsi bahan pakan yang mengandung bibit penyakit / prion. Yaitu suatu molekul protein tubuh yang telah mengalami perubahan konfigurasinya, di tandai dengan perubahan perangai, bisa dalam bentuk ketakutan ataupun nampak agresif, hilangnya koordinasi, tidak mampu untuk bangun, dan akhirnya menyebabkan kematian hewan penderita penyakit sapi gila.Penyakit ini bisa menular ke hewan lain dan juga manusia sendiri.
2. Saran
       Untuk meningkatkan mutu dan relevansi,penyusunan makalah ini mempertimbangkan pula berbagai kecendrungan baru dalam teori belajar,pendekatan belajar pembelajaran,maupun kecendrungan global pendidikan.
       Penulis menyadari,bahwa isi makalah ini masih jauh dari sempurna.Karena itu kritik masukan dan sumbang saran pembaca sangat kami harapkan.


DAFTAR PUSTAKA
lhttp://www.anneahira.com/sapi.htm
http://tripavillage.blogspot.com/2013/05/mengenal-penyakit-sapi-gila-dan.html












TUGAS MIKROBIOLOGI TERNAK
(Penyakit Sapi Gila)


logo UIN Alauddin Makassar.jpg
 
                                                         




OLEH:
KELOMPOK III
ARDIANSYAH (60700112049)      MARNILA L (60700112048)
YULIANTI (60700112050)              RANO KARNO(607001120520
                                    
JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar