Kegiatan GBIB adalah salah satu
kegiatan atau program pemerintah dengan tujuan untuk memperbanyak
populasi
ternak dengan masa siklus birahi yang cepat. Yang umum biasanya adalah 18-21
hari. Tapi tidak lagi, memperpendek masanya hanya 11 hari pada tahap I dan pada
tahap II selama 3 hari. GBIB adalah gertak birahi inseminasi buatan yang
dicanangkan pemerintah untuk meningkatkan swasembada daging di tahun mendatang
dengan waktu birahi yang bersamaan sehingga memudahkan dilakukan inseminasi
buatan diwaktu yang sama. Kehadiran adanya program unggulan pemerintah dari
sektor peternakan mengharapkan mampu meningkatkan angka kelahiran sapi.
Sehingga kendati demikian, selain untuk memperbanyak angka kelahiran sapi
tetapi juga untuk menyejahterahkan pemilik ternak itu sendiri. Melalui program
GBIB tersebut bertujuan untuk mempercepat proses kebuntingan sapi yang ada.
Dimana kegiatan ini terlebih dahulu dilakukan seleksi akseptor dengan melakukan
pemeriksaan kebuntingan, jika hal tidak mengalami kebuntingan maka dilakukan
sinkronisasi atau penyuntikan hormon khusus dimana hormon PGF 2 Alfa Capriglandin
yang tujuanya untuk merangsang pada ternak dan penyerentakan waktu birahi.
Sinkronisasi I selama 11 hari menunggu waktu masa terjadinya birahi. Jika ada
ternak yang telah disinkron 1 tidak mengalami birahi maka dilakukan sinkronke 2
dan setelah 3 hari sesudahnya dilakukan inseminasi buatan. Sebenarnya sapi
tersebut semuanya mengalami birahi, istilahnya birahi tenang tetapi terkadang
masih banyak yang belum mengetahui hal tersebut. Pada saat sinkron 2 tidak
menunjukan tanda birahi, tetapi sebenarnya terjadi birahi tenang dan sudah ada
folikel yang sudah terbentuk yang nantinya akan berkembang.
Seleksi akseptor dan
kegiatan Sinkronisasi dilakukan di berbagai kecamatan yang sudah menjadi target utama dari gertak birahi
inseminasi buatan (GBIB) yang merupakan arahan
dan kerjasama dari BIB Singosari. Di kabupaten Bone diberikan jatah GBIB
sebanyak 12.000 e, ada 5 kecamatan yang menjadi
tahap I terlebih dahulu dilakukan penyerentakan birahi kemudian menyusul dengan kecamatan lain
yang ada di Kabupaten Bone yang berjumlah 27 kecamatan dengan tujuan agar ternak sapi dapat mengalami
kebuntingan dan menghasilkan generasi baru untuk penerus selanjutnya. Ke V
kecamatan ini ialah Kecamatan Awangpone dari Tim I dengan ketua tim Drh. Conny
Liestriherayani, Tim II Kecamatan Palakka dengan ketua tim Ardawati, S.Pt,
M.Si, Tim III Kecaatan Barebbo dengan ketua Tim Muh. Yaqub, S. ST, Tim IV
Kecamatan Cina dengan Ketua Tim Kaharuddin, S.Pt, dan Tim V Kecamatan Tanete
Riattang Baat oleh Fahruddin. Kegiatan ini berlangsung beberapa bulan. Kegiatan
ini diawali dengan melakukan PKB dimana
pemeriksaan kebuntingan untuk mengetahui bunting atau tidaknya ternak sapi.
Kemudian hal selanjutnya yang bisa dilakukan adalah dengan menyinkron birahi
ternak sapi agar mengalami tanda-tanda terjadinya birahi tersebut. Menyuntikan
hormon birahi PGF 2α Capriglandin. Jangka waktunya ialah selama 11 hari, selama
itu ada yang sudah mengalami birahi maka bisa langsung dilakukan kegiatan
Inseminasi Buatan (IB). Jika pada sinkron ke I tidak mengalami birahi maka
dilakukan sinkron II agar dapat birahi.
Pada saat melakukan sinkron II, maka hal selanjutnya
ialah menunggu selama 3 hari untuk dilakukan Inseminasi Buatan, baik tidaknya yang mengalami birahi akan dilakukan
penyerentakan birahi. Penyerentakan birahi bertujuan untuk menyeragamkan dan
menyamakan bersamaan ternak yang birahi untuk mengalami kebuntingan.
Studi kegiatan
penyerentakan birahi yang ada di kabupaten Bone salah satunya ialah Kecamatan
Barebbo, sejauh ini dari Tim III GBIB sudah ada 10 desa yang sudah terealisasi kegiatan ini mulai dari PKB,
penyuntikan hormon PGF 2α Capriglandin.
Obat ini dapat merangsang pada ternak
sehingga dapat mengalami birahi sehingga siap di buahi oleh spermatozoa.
Keberhasilan untuk terjadinya konsepsi atau fertilisasi dengan cara dengan
melibatkan bantuan inseminator. Disinilah menjadi faktor utama untuk menunjukan
indikator keberhasilan dimana dengan melihat keahlian dan kemampuan seseorang
untuk pemasukan bibit unggulan pada induk betina yang siap akan dibuahi.
Kemudian merambah ke kecamatan Tellu Siattinge sudah ada sekitar 4 desa yang
sudah terealisasi kegiatan GBIB.
Penyinkronan kegiatan
tersebut sangat membantu masyarakat setempat yang memiliki ternak dan belum
pernah memiliki anak dari induknya dan sifatnya bersifat gratis tanpa ada
pemungutan biaya sepeserpun. Hal tersebut masyarakat merespon dengan baik dan
antusias untuk melakukan antrian untuk pemeriksaan pada ternak.
Bersiaplah, mental dan
fisik akan menantang dimana tahun depan
dihadapkan kesibukan yang padat para inseminator sekitar bulan Juni akan terjadi
Kelahiran massal yang telah dilakukan
kegiatan GBIB di semua kecamatan yang ada di Kabupaten Bone. Kegiatan GBIB di
mulai pada bulan Juli dan diperkirakan dan semoga ada sekitar 80 % yang
mengalami kebuntingan.